"Buruan woy! Kalau nggak ada yang maju pake kelompok yang lama aja."
Dua orang siswi yang menjabat sebagai sekretaris berdiri di depan kelas. Salah satu di antara mereka mulai tadi mengetuk-ngetuk papan tulis berusaha meminimalisir kegaduhan. Di sisi lain, rekannya sibuk meneriaki teman-temannya untuk segera maju mengambil lotrean.
"IYA!!!"
"Ogah gue ogah!"
"Gue yang lama sama siapa ya?"
"Kelompok yang lama aja. Lo dulu kan sama gue."
"Iya ya? IYA YANG LAMA AJA!"
"Gue dulu sekelompok sama.... Oh! Iya pake kelompok yang lama aja!"
"Nggak. Gue mau yang baru!"
"Baru! Baru!"
"Lama! Lama! Lama!" Suara khas suporter bola memenuhi langit-langit ruang kelas yang tidak terlalu besar ini. Siapa lagi kalau bukan gerombolan siswa laki-laki di bawah asuhan Arkavia Putra.
"Kelompoknya tetep aja ya?" tawar sang sekretaris sekali lagi. Sepertinya ia sudah lelah digantungkan dengan pilihan kelompok lama atau baru.
"Nggak adil. Iya kelompok lo enak. Gantian dong!"
"Pake kelompok bahasa inggris aja."
"Tidaaaakkk!!"
"Ampun kelompok bahasa inggris gue ancur."
"Ya kalo mau bikin baru cepet maju ambil lotreannya."
Kalau sekolah kalian termasuk yang menganut kurikulum 2013 kalian pasti pernah merasakan ini.
Susahnya menentukan kelompok.
Ada memang beberapa guru yang berbaik hati membantu menentukan anggota kelompok, tapi hanya segelintir. Cara menentukan kelompoknya pun mainstream, urut absen. Bagi beberapa siswa hal itu dapat menimbulkan kesengsaraan jika berlansung secara terus menerus.
Ada juga guru yang menyerahkan ke muridnya cara membagi kelompoknya. Pada kategori ini terdapat dua tipe. Satu, guru yang bersedia jam pelajarannya digunakan untuk membagi kelompok. Dua, guru yang tidak mau jamnya diambil untuk membagi kelompok dan hanya terima jadi.
Kalau sudah begitu sekretaris lah yang kerepotan. Seperti saat ini.
Para siswa laki-laki kebanyakan tidak peduli dengan pembentukan kelompok ini. Aku tahu prinsip mereka. Untuk apa pusing memikirkan kelompok, toh nanti yang mengerjakan para perempuan.
"Gue tiga!"
"Gue sama Niko kelompok sembilan!"
"Jangan bercanda."
"Serius."
"Eh, gigi kecomang, kelompoknya cuma sampe tujuh."
"Oh berarti ini enam. Gue sama Niko kelompok enam."
"Btw kecomang punya gigi?"
"Tau deh. Tanya tuh sama Yugo si juragan kecomang sekaligus pendiri fans club kerabat kecomang."
"Gue lima!"
"Aih, gue sekolompok sama bandar togel."
"Gue kelompok dua! Asyik bisa nggak kerja nih."
"Alhamdulillah gue sekelompok sama Onah."
"Mantab. Onah, aku padamu." Trian melambai-lambai mesra pada Onah. Jangankan dibalas, yang ada Trian hanya mendapat tatapan awas aja lo sampe nggak mau disuruh kerja dari Onah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKAVIA
Teen Fiction"Oh jadi lo bilang gue bodoh?" "Lo yang menyimpulkan." "Apa sebutan buat orang yang lebih bodoh dari orang bodoh?" "Tolol." "Kalo gitu lo tolol. Udah tau orang bodoh, masih aja dicontek." Aku merebut buku tulisku. "Lah, ngambek. Hahaha. Gue aduin k...