Two

549 42 0
                                    

       Kim Saeun—istri Sungmin—luruh didekat pintu. Ia berjongkok dan menyembunyikan wajahnya diantara kedua kakinya. Saeun menangis sejadi-jadinya. Akibat perbuatannya di masa lalu, orang yang dulu dekat dengannya kini menjauh. Kesalahan fatal yang membuat orang itu terluka.

       "Kau kenapa?" Sungmin menatap khawatir istrinya. Ia memeluk Saeun dan mengelus punggungnya lembut. Sedangkan gadis lain yang berdiri didekat mereka masih diam. Ia masih meresapi kejadian yang sebelumnya terjadi.

       Pintu dorm terbuka, menampilkan sosok lelaki dengan kaos putih dan celana bahan hitamnya, tanpa jaket. Ia terlihat kedinginan, mengingat sekarang adalah musim salju.

       "Sebenarnya ada apa? Saeuna, kenapa kau menangis?" tanya Leeteuk yang bingung dengan suasana di dorm.

       Saeun masih terisak dipelukan suaminya. "Stt.. Berhentilah menangis. Kau membuatku ikut sedih," ucap Sungmin.

       Saeun mendongkakan wajahnya lalu menghapus sisa-sisa air mata diwajahnya. Ia tersenyum kepada suaminya, "aku tidak menangis."

       "Eonni, kau baik-baik saja?" Perempuan yang sedari tadi diam, kini memperhatikan Saeun.

       "Aku baik-baik saja. Oh iya, tadi aku dan Haera membeli banyak bahan masakan. Bisakah kau membantuku membawakannya di mobil?" tanya Saeun kepada Sungmin yang langsung diangguki olehnya.

×××

       Naeun menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang. Pikirannya berkecamuk, memikirkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Kejadian yang membuatnya menjadi pribadi yang dingin dan cuek. Kejadian yang membuatnya sulit percaya kepada orang lain. Juga kejadian yang membuatnya kesepian dan kurang kasih sayang.

       Naeun gembira ketika orang tuanya yang sedang berada di Amerika mengiriminya surat dan kado dihari ulang tahunnya. Kado itu berisi sepasang sepatu berwarna hitam yang terlihat manis sekali.

       Namun ia merasa sedikit aneh. Biasanya kedua orang tua Naeun tidak akan memberikan hadiah yang sama dihari ulang tahunnya, namun sepatu ini adalah hadiah yang sama seperti tiga tahun yang lalu. Untuk mengobati rasa penasarannya, ia mencoba menghubungi orang tuanya. Tapi sudah berulang kali telepon itu tidak dijawab, padahal pulsanya masih banyak dan cukup untuk menghubungi nomor dari luar negeri.

       Kali ini Naeun mencoba menghubungi kakak sepupunya—Kim Saeun, orang yang tahu banyak tentang orang tuanya dan orang yang sangat ia percayai.

     "Halo?" Naeun mengernyitkan dahinya ketika mendengar suara Saeun terdengar aneh.

       "Eonni, kau ada dimana? Bisakah kita bertemu? Aku ingin membicarakan sesuatu."

       "Maafkan aku Naeun. Aku tidak bisa menemanimu. Hari ini aku sedang sibuk mengerjakan tugas kantor di rumah." Lagi-lagi Naeun mengerutkan keningnya, tidak biasanya Saeun menolak ajakan bertemu dengannya.

       "Baiklah. Aku bertanya disini saja. Apa orang tuaku baik-baik saja di Amerika?"

       "T-tentu, tentu saja. Mereka sehat, bukankah kau baru menerima hadiah dari mereka?"

       "Eonni betul. Tapi eonni tau dari mana jika aku mendapatkan hadiah dari mereka?"

       "Em.. Hari ini kan hari ulang tahunmu. Setengah jam yang lalu mereka menghubungiku hingga lima belas menit yang lalu kami memutuskan sambungannya. Mereka sedikit bercerita tentang hadiah yang mereka berikan padamu." Nara mencuramkan alisnya. Jika begitu, harusnya orang tua Naeun juga mengangkat panggilannya karena ia menghubungi mereka lima belas menit yang lalu, sebelum memutuskan menghubungi Saeun.

       "Naeun kita berbicara lagi nanti, aku sedang sibuk."

       "Baiklah. Kalau begitu aku tutup sambungannya." Naeun langsung memutuskan sambungan teleponnya. Ia merasa ada yang tidak beres dengan Saeun.

      Akhirnya Naeun memutuskan untuk pergi ke rumah Saeun. Satu keanehan muncul kembali. Rumah Saeun kosong, tidak berpenghuni. Padahal Saeun mengatakan jika dia sedang mengerjakan tugas kantor dirumahnya. Naeun memutuskan mencari Saeun disetiap sudut rumah, namun hasilnya nihil. Tak sengaja matanya melihat ponsel di meja ruang tamu. Ia mengambilnya. Ternyata itu adalah ponsel milik bibinya. Naeun membuka kunci ponsel itu. Begitu terbuka, tempampang jelas sebuah pesan yang membuat tubuhnya membeku. Pesan itu berisi—

      Drrtt...

      Naeun tersentak, ia mengerjapkan matanya, berusaha menghilangkan bayangan masa lalunya. Ia mengalihkan perhatiannya pada ponsel diatas nakas yang bergetar. Naeun mengambilnya dan melihat ada panggilan dari Bona—teman kerjanya ditoko bunga. Ia menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

       "Halo?"

       "Naeun! Kau harus segera ke toko hari ini! Ada seseorang yang ingin menemuimu. Cepatlah! Kita dalam bahaya!" ucap Bona disebrang sana bergebu-gebu.

       "Baiklah. Aku akan segera kesana." Gadis itu memutuskan sambungannya lalu berganti pakaian. Ia memakai rok diatas lutut berwarna merah dan sweeter berwarna putih tulang. Tak lupa juga Naeun memakai coat yang panjangnya selutut, mengingat ini musim salju jadi ia harus memakai pakaian hangat. Ia memakai kaos kaki dan sepatu sneakers-nya lalu pergi setelah sebelumnya mengambil tas yang berisi barang-barang keperluannya.

×××

My Choice (Leeteuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang