Twelve

476 35 5
                                    

Leeteuk berlari masuk ke dalam gedung SM dengan ponsel yang menempel di telinga. Suara Naeun belum juga terdengar di sana hingga Leeteuk menjadi panik dan semakin mempercepat larinya. Ruangan yang pertama dikunjunginya adalah ruangan dance Super Junior. Pintunya ia buka dengan kencang sampai menimbulkan suara yang mengagetkan semua orang yang berada di dalam ruangan. Tapi Leeteuk tidak menanggapinya, ia sibuk mengedarkan mata ke seluruh ruangan—berharap ada Naeun disana.

"Ada apa deng—"

"Kalian melihat Naeun?" Ucapan Donghae terpotong oleh Leeteuk.

Ryeowook dan Eunhyuk menatap malas kepada Leeteuk karena nama seseorang yang mereka benci kembali terdengar. Sementara, Saeun berdesis tajam, ia tidak suka jika Leeteuk penasaran mengenai sepupunya disaat mereka tidak punya hubungan apa-apa lagi.

"Untuk apa kau menanyakan dia?" tanya Saeun dingin.

"Ini bukan waktunya untuk berdebat. Cepat beritahu aku dimana Naeun!" Keringat dingin bercucuran di pelipis Leeteuk.

"Kenapa kau panik seperti itu?" tanya Siwon.

Leeteuk menarik nafasnya dalam-dalam. "Naeun dalam bahaya saat ini. Cepat beritahu aku atau nyawa Naeun akan melayang."

***

Naeun menggerak-gerakan kedua tangannya agar keluar dari kungkungan tali yang diikat rapat. Mulutnya dilakban hingga dirinya sulit untuk berteriak. Bona, wanita ular itu tertawa melihat kepedihan Naeun. Tapi itu masih tidak cukup baginya hingga Naeun meneteskan air mata dan memohon ampunnya. Ia melangkah mendekati Naeun.

Plak.

Tamparan keras mendarat di pipi Naeun. Tak cukup dari itu, Bona mendorong kepala Naeun ke belakang dengan keras hingga kepalanya terkatuk kursi.

"DASAR WANITA TIDAK TAU DIRI! AKU TAK AKAN MEMBIARKANMU BAHAGIA!"

Plak.

Tamparan itu mengenai pipi Naeun lagi. Perih dan panas bercampur menjadi satu. Gadis itu mati-matian menahan air matanya. Tidak. Ia bukan wanita lemah.

Srett..

Lakban hitam yang menutupi mulut Naeun dibuka secara kasar oleh Bona.

Cuih.

Tiba-tiba Naeun meludahi wajah Bona. Perempuan berhati iblis itu langsung murka dan menjambak rambut Naeun.

"Beraninya kau meludahiku! DASAR WANITA MURAHAN!" ucap Bona sambil melepaskan jambakannya dengan kasar.

"Murahan? Bukankah seharusnya itu julukan yang cocok untuk dirimu," balas Naeun.

Bona menatap bengis Naeun. "Kau yang murahan! Apa kau lupa dengan apa yang telah kau lakukan beberapa tahun yang lalu ketika di Amerika?" Perempuan itu tertawa miris. "KAU TELAH MEMBUNUH TUNANGANKU, STEVEN!"

Seketika tubuh Naeun menegang. Steven. Laki-laki yang telah lama menjadi sahabatnya. Lelaki yang kini sudah berada di alam yang berbeda dengannya. Sahabatnya yang telah meninggal dunia.

Kala itu hujan turun dengan derasnya di Kota New York. Air mengalir membasahi jalan perkotaan tanpa henti. Memberikan sebuah kehangatan dibalik kedinginan. Menenangkan pikiran dan membuat setiap orang ingin bermain bersama hujan.

Perempuan berkacamata itu diam memperhatikan rintikan hujan lewat jendela kamarnya. Hati dan pikirannya sedang butuh ketenangan karena masalah yang mungkin menurut orang lain adalah hal sepele. Sahabatnya sebentar lagi akan menikah dengan perempuan yang bekum pernah Naeun lihat wajahnya dan ia pun akan menetap di negara lain. Baginya itu bukanlah hal yang sepele. Ia tidak punya teman selain lelaki itu. Sungguh ini berat baginya.

My Choice (Leeteuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang