Thirteen - End

680 36 1
                                    

Puluhan orang-orang terpilih berkumpul di suatu ruangan. Ada yang sibuk dengan kameranya dan ada juga yang sibuk dengan laptopnya. Hiruk-pikuk berubah menjadi hening kala si pengundang acara masuk ke dalam ruangan. Baru saja orang tersebut duduk, tiba-tiba lampu padam. Hingga hiruk-pikuk disertai teriakan kembali terdengar.

Kim Jung Hoon, si pengundang acara, tersentak ketika ada yang menepuk bahunya.

"Ini Leeteuk.." Bisikan itu sampai ke telinga Jung Hoon. "Aku yang memadamkan lampunya. Bisakah kita bicara sebentar? Tapi tidak disini."

Jung Hoon mengangguk dalam kegelapan. "Baiklah. Ayo bicara di ruang rias." Pria itu berjalan diikuti oleh Leeteuk. "Jadi apa yang ingin kau katakan? Jangan katakan jika kau ingin membatalkan konferensi pers hari ini," selidik Junghoon begitu mereka sampai di ruang rias.

Leeteuk menghela napasnya. "Aku harap kau tidak marah karena kenyataannya memang seperti itu."

Junghoon tidak kaget dengan ucapan Leeteuk. Tapi baru kali ini ia melihat Leeteuk labil seperti ini.

"Jadi apa yang harus aku lakukan untuk mengalihkan mereka?"

"Katakan aku akan menikah dengan Naeun."

"MWO?! Apa kau gila?" Sekarang ia kaget bukan main. "Yak!! Kau bahkan belum izin kepada PD-nim."

"Sudahlah katakan begitu, urusan PD-nim biar aku yang bicara padanya." Leeteuk tersenyum lebar. "Aku pergi dulu ya, Naeun sudah menunggu. Dan, sebentar lagi lampu di ruang koferensi pers akan menyala. Bye, Saranghaeyo Hyung."

Leeteuk meninggalkan Jung Hoon yang kebingungan dengan sikapnya. Mungkin Jung Hoon beranggapan jika Leeteuk menjadi gila karena overdosis vitamin.

***

"Yak! Park Jung Soo! Neo micheosseo?" Naeun tiba-tiba membentaknya ketika masuk ke dalam ruang rias. Gadis itu baru saja kembali dari toilet. Namun saat melewati ruang konferensi pers, ia dapat mendengar sedikit namun jelas apa yang sedang dibicarakan para wartawan di dalam sana.

"Apa maksudmu? Sini duduk dulu, kau harus menjaga janinmu dengan baik." Leeteuk berucap sambil menepuk sofa kosong di sebelahnya.

"MWO? NEO JUGULLAE?" Naeun mendengus, "Sepertinya orang ini terlalu lama sendiri hingga jadi gila seperti ini," gumamnya lalu mendekati Leeteuk dan duduk di sebelahnya.

Baru saja pantat Naeun menyentuh sofa, Leeteuk langsung menarik pinggangnya dan memeluknya erat.

"Kau sudah mendengar beritanya?" Naeun merasa geli saat Leeteuk berbicara di lehernya. Hembusan napas lelaki itu begitu jelas terasa.

"Iya. Kenapa kau tidak bertanya padaku dulu? Bagaimana jika aku tidak ingin menikah denganmu?"

"Berarti kau mau menikah denganku. Lagipula kita saling mencintai bukan?"

Naeun mendorong dada Leeteuk hingga pelukan keduanya terlepas. "Yak! Aku kira kau akan melamarku. Dasar lelaki dingin! Nikah saja kau dengan Im Yoona. Bukankah wanita itu hanya menyukai pria yang menyediakan sendok dan sumpit ketika makan? Kau pasti bisa melakukannya tanpa harus memberikan sikap manis lainnya."

Bukannya marah, Leeteuk justru tersenyum manis. Senyum yang menjadi candu bagi Naeun. "Kau yakin ingin aku menikah dengan Yoona? Kau harus tahu bahwa aku bisa saja membayar para wartawan di konferensi pers untuk membatalkan pemublikasian berita ini dan menggantinya dengan berita lamaranku kepada Yoona."

Seketika tubuh Naeun menegang dengan pipinya yang memerah. "Terserah."

Gadis itu berdiri dari duduknya, hendak keluar dari ruangan itu. Namun tarikan kuat dari tangannya membuat ia kembali duduk. Naeun menolehkan kepalanya ke samping, ingin marah pada Leeteuk. Tapi semuanya musnah saat lelaki itu menarik tengkuknya dan memberikan ciuman tepat di bibirnya. Sontak mata Naeun melotot kaget. Terbuai dengan ciuman manis Leeteuk, Naeun perlahan ikut menutup matanya dan mencoba membalas ciuman Leeteuk.

***

"Yak, Park Jung Soo! Radiasi dalam handphonemu sangat tinggi. Tidurlah dengan benar atau aku akan mengacak-acak rambutmu itu." Naeun menggeram frustasi. Pasalnya Leeteuk tidur di kursi pesawat dengan handphone yang mengganjal lehernya untuk menjaga rambut agar tidak berantakan. Padahal handphone itu dapat menyebabkan radiasi yang sangat tinggi.

"Leeteuk! Handphone itu bisa menyebabkan kanker. Dan aku tidak mau memiliki suami yang berpenyakit akut."

Seketika Leeteuk terbangun dari tidurnya. Ia melirik Naeun melalui ekor matanya. "Kau tidak mau menerimaku apa adanya?"

Naeun mengacuhkan pertanyaan yang menurutnya konyol itu. Dengan sekali gerakan, gadis itu menarik handphone yang mengganjal leher Leeteuk. Lalu mengacak-acak rambut Leeteuk hingga berantakan. Melihat lelaki itu bangun dan melotot padanya, tidak membuat Naeun takut. Justru ia merasa jika aksi Leeteuk itu terlihat manis.

"Yak! Kang Naeun! Apa yang kau lakukan? Kembalikan handphoneku!" Bukannya mengikuti ucapan Leeteuk, Naeun justru menyembunyikan ponsel itu di balik tubuhnya.

"Ani. Jika kau ingin tidur seperti itu, lebih baik kau tidur di samping Im Yoona." Saat ini mereka memang sedang dalam perjalanan keluar kota untuk pelaksanaan konser SMTown.

"Baiklah. Aku akan tidur di samping Im Yoona." Lelaki itu berdiri dari dari duduknya dan hendak melangkah ke belakang pesawat, namun baru dua kali melangkah, ia berhenti karena mendengar ucapan Naeun yang di luar dugaan.

"Dan aku akan tidur di samping Oh Sehun. Lihatlah! Dia duduk sendiri." Naeun menolehkan kepalanya pada Leeteuk untuk melihat reaksi lelaki itu. Dan, ia cukup puas saat Leeteuk membuka mulutnya tidak percaya. Semua orang yang melihatnya menahan tawa melihat keadaan Leeteuk saat ini. Rambut berantakan dengan mulut terbuka. Sangat sempurna! "Ketahuilah, bahwa aku adalah EXO-L sejati. Aku adalah fans Oh Sehun. Bukankah akan sangat beruntung jika aku tidur di sebelahnya? Menatap wajahnya dan ya bisa saja kami berkontak fisik."

Langsung saja Leeteuk kembali duduk di kursinya. Tidak. Ia tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi. Matanya mengarah tajam pada Naeun.

"Jangan pernah mencoba berbuat seperti itu! Bercandamu sungguh keterlaluan."

"Kau yang memulainya. Aku tidak mau kau sakit akibat radiasi. Apa kau tidak tahu kalau aku mengkhawatirkanmu? Dasar lelaki dingin!"

Leeteuk menghela napasnya. Lalu menarik Naeun ke dalam pelukannya. Menepuk-nepuk punggung Naeun seolah menenangkan. Padahal Naeun baik-baik saja.

"Sstt.. Jangan menangis!"

"Neo micheosso? Aku tidak menangis, bodoh! Kau terlalu mendramatis keadaan."

Sialan!

Kata itu terlintas di pikiran Leeteuk. Dirinya baru saja di sebut bodoh dan itu oleh calon istrinya sendiri.

Sekali lagi,

CALON ISTRINYA.

-End-

My Choice (Leeteuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang