Nine

412 32 2
                                    

Mata Naeun terbelakak kaget. Banyak sekali orang yang berada di dekat toko bunganya. Pemadam kebakaran, ambulan, warga setempat dan wartawan. Mereka berkumpul di sana. Membantu memadamkan api dan juga mengevakuasi korban.

Matanya tidak dapat menangkap sosok Bona di sana. Ia benar-benar panik. Naeun berlari mendekati TKP membuat para wartawan yang sudah mengenali gadis itu langsung mengerubunginya. Mereka dengan bawelnya bertanya ini dan itu membuat kepala Naeun rasanya ingin pecah.

"Apa kalian melihat ada perempuan berambut pendek keluar dari toko itu?" Para wartawan menggeleng. "Korban. Apa ada korban seorang perempuan berambut pendek dengan seragam kerjanya?" Lagi-lagi mereka menggeleng.

Tanpa pikir panjang, Naeun langsung masuk ke dalam toko yang terbakar itu. Meninggalkan teriakan dari semua orang yang melihat aksi nekatnya. Ia menutup indra penciumannya dengan tangan.

"BONA-YA!! KAU DIMANA? YAK!!JAWAB AKU!! KAU DIMANA?"

Naeun mendekati tempat favorit Bona di toko bunga. Taman belakang. Tempat yang sedikit tertutup dan cukup jauh dari pintu masuk. Tapi Naeun bertekad dan berani masuk ke sana. Api terus berjatuhan, sehingga ia harus berhati-hati.

"BONA!!" teriaknya ketika melihat Bona tergeletak berdaya di tanah.

Dengan cepat ia mendekati Bona lalu menggoyangkan tubuh itu. "YAK!! BANGUN!!"

Dia pingsan.

Naeun berusaha keras mengangkat tubuh lunglai Bona. Dengan hati-hati ia membawa Bona ke pintu keluar.

Kreket.

Naeun mendongkak dan melihat ada kayu dengan api di sekitarnya akan jatuh ke tubuh Bona. Bola matanya membulat. Secara gesit ia memeluk tubuh Bona dari belakang.

Duk! Brak!

Kayu jatuh mengenai punggungnya. Sakit. Panas. Pedih. Ia merasakan itu. Tapi ia berusaha bangkit lalu keluar dari sana.

Tim medis langsung menghampiri keduanya. Tubuh Bona langsung diangkat ke brankar. Detik selanjutnya, tubuh Naeun luruh ke tanah. Yang terakhir ia dengar adalah teriakan dari orang-orang sebelum matanya tertutup.

***

Kekasih leader Super Junior jatuh pingsan setelah menyelamatkan seorang karyawan dari toko bunganya yang habis terbakar.

Napas Saeun tercekat. Tubuhnya bergetar dengan keringat dingin yang mulai muncul ke permukaan. Televisi itu menayangkan video berisi aksi nekat Naeun yang berakhir pingsan dan dibawa ke rumah sakit terdekat. Kakinya seperti jelly. Hampir saja ia pingsan jika Sungmin tidak datang dan menangkap tubuh lemasnya. Pria itu menepuk pipi istrinya pelan agar tetap sadar.

"Kau baik-baik saja?"

Sungmin mendudukan Saeun di kursi. Semua orang sama terkejutnya dengan perempuan itu.

"Antarkan aku ke rumah sakit." Raut khawatir dan panik tercetak jelas di wajahnya.

Sungmin menganggukan kepalanya. Ia tidak bisa melarang keinginan istrinya ini karena dia sudah tahu bahwa Naeun adalah sepupu Saeun. Tangannya mengambil coat dan memakaikannya di tubuh Saeun. Selanjutnya, mengambil kunci mobil.

Mereka melangkah keluar ruangan. Hampir sampai pintu ketika Saeun berbalik dan menatap tajam Leeteuk.

"Apa kau tidak akan menjenguknya setelah memberikan harapan sialan pada sepupuku?"

Dingin. Tajam. Nada itu yang terdengar oleh manusia di sekitarnya.Mereka kaget bukan cuma karena kata 'harapan sialan', tapi juga karena kata 'sepupuku'.

"Aku baru tahu jika kau adalah lelaki pengecut."

Detik berikutnya ia berbalik dan pergi dari ruangan terkutuk itu.

***

"Akhirnya kau sadar juga." Saeun berkata sambil menekan tombol di tembok atas ranjang Naeun. "Ada keluhan?"

Naeun terkekeh lemas, "jangan bertanya seolah-olah kau ini seorang dokter."

Ia menggerakan tubuhnya dan pada saat itu pula rasa sakit langsung menjalar di tubuhnya. Mulutnya meringis kesakitan.

"Astaga.. Naeun! Kau tidak boleh banyak bergerak! Aku tidak mau keadaanmu semakin bertambah buruk! Jadi diamlah dan turuti apa kata dokter."

Sungmin tertawa kecil mendengar omelan Saeun. Sementara, Naeun memutar kedua bola matanya—jengah. Ini yang ia tidak suka dari Saeun, terlalu protective.

Pintu kamar rawat terbuka. "Selamat siang.."

Dokter dan susternya tersenyum kepada mereka bertiga kemudian menghampiri Naeun dan memeriksa keadaannya. Setelah selesai, mereka berdua keluar dari ruangan VVIP Naeun.

"Kau sudah dengar, kan? Jangan.Banyak.Bergerak!" ucap Saeun penuh penekanan.

Naeun memutar bola matanya, lagi. "Kau cerewet sekali. Yang sakit aku, kenapa kau yang repot?"

"Makanya jangan jadi sok jagoan. Menolong seseorang dengan melukai dirinya sendiri."

Naeun melemparkan tatapan tajam pada Sungmin, "kau belum merasakan belaian halus tanganku ya?"

Mata Saeun terbelakak kaget. Ia panik. Ia mengetahui arti dari 'belaian halus tanganku' dari Naeun. Itu berarti bogeman atau pukulan keras oleh tangan Naeun. Fyi, Naeun adalah pemegang sabuk hitam taekwondo dan karate. Jadi ancaman itu tidak bisa dimainkan.

"Tidak! Jangan belai dia! Apa kau psikopat? Astaga! Aku akan menjauhkan tanganmu dari suamiku."

"Kenapa kau yang panik? Aku hanya bercanda," ucap Naeun.

"Kau pernah mengatakan hal itu dan di hari berikutnya aku mendengar kau membelai halus seluruh tubuh seseorang hingga dilarikan UGD."

"Apa?!" pekik Sungmin yang membuat Naeun menyeringai kepadanya. Tubuh pria itu langsung bergidik ngeri. Naeun lebih dari psikopat!

Pintu ruangan terbuka kembali. Mereka pikir yang datang adalah dokter atau suster, tapi ternyata seorang lelaki berwajah manis yang masuk. Ketiga orang itu masih terdiam meskipun lelaki itu memberikan senyumannya. Keranjang buah yang ia bawa disimpan di nakas. Kemudian tatapannya beralih pada Naeun yang menatapnya datar.

"Kau sudah baikan?"

"Sudah."

"Semoga kau cepat sembuh. Aku pamit, masih ada jadwal."

Naeun menganggukan kepalanya sekilas lalu memandangi punggung lelaki itu yang hilang dibalik pintu.

Helaan napas berat terdengar di telinga Sungmin dan Saeun. Mereka tahu saat ini, bukan hanya fisik Naeun yang sakit, tapi hatinya pun. Dan, itu semua karena seorang—

Leeteuk.

***

My Choice (Leeteuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang