Three

517 39 0
                                    

       "Kau!" Naeun menatap tidak percaya Leeteuk yang kini duduk di salah satu kursi di toko bunda itu.

       Lelaki itu tidak memakai masker, kacamata atau topi. Ia dengan santainya bergaya seolah-olah ia adalah lelaki biasa. Seketika tubuh Naeun tersentak kala ingat bahwa ketika pria itu berbicara dengannya pada saat dipinggir jalan kemarin, Leeteuk tidak memakai masker atau topi.

       "Aku datang hanya ingin membawa sepedamu kembali. Aku harus memastikan jika sepedah itu diterima olehmu secara langsung. Maka dari itu, aku meminta temanmu untuk menyuruh kau datang kemari."

       "Oke, lupakan masalah itu. Sekarang yang terpenting adalah privasimu. Kau! Kau tidak memakai benda yang dapat menutupi wajahmu. Bagaimana jika aku terlibat skandal denganmu?" Naeun melirik sekitarnya. Banyak orang yang melewati mereka sambil mengangkat kamera. Dengan segera Naeun menutupi wajahnya dengan coat yang dipakainya. "Lebih baik kau pergi. Sekarang sepeda itu sudah ada padaku."

       "Tidak apa-apa. Kita bisa mengonfirmasikan bahwa kita sepasang kekasih dan soal sepeda, apa kau tidak ingin berterimakasih padaku?" Leeteuk masih tenang ditempatnya.

       "Terima kasih, Park Jung Soo." Darah Leeteuk berdesir mendengar Naeun memanggil nama lengkapnya. "Sekarang enyahlah kau dari sini!"

       Leeteuk menatap Naeun dengan senyum merekahnya, "setidaknya beri aku traktiran makan atau minum. Kau tau kan membawa sepedah itu membutuhkan bensin. Hitung-hitung balas budi."

       Naeun menghela nafas berat. Menghadapi laki-laki keras kepala seperti Leeteuk membutuhkan energi banyak.

       "Baiklah. Tapi tidak sekarang. Aku akan menghubungimu nanti. Berikan saja nomor ponselmu."

       "Kau mencari kesempatan dalam kesempitan ya. Bagaimana jika kau menipuku? Mengingat kau adalah seorang hater Super Junior, bisa saja kau ingin mengangguku dengan nomor telepon itu."

       Amarah Naeun sudah berada diubun-ubun. Ia menggeram marah lalu menuliskan nomor teleponnya dan memberikan itu kepada Leeteuk dengan kasar.

       "Sudah. Sekarang pergilah!"

       "Bagaimana jika nomor ini palsu?" Naeun menahan gejolak amarah yang ada dalam dirinya. Wajahnya yang putih kini memerah.

       "Pergi atau kuhancurkan mobilmu sekarang?"

       "Baiklah-baiklah. Aku pergi sekarang. Sampai jumpa nanti." Leeteuk berjalan menjauhi Naeun.

       "Semoga kita tidak pernah bertemu lagi." gumaman Naeun terdengar oleh Leeteuk. Pria itu membalikan lagi tubuhnya, lalu berjalan lagi menghampiri Naeun.

       "Sayangnya kita pasti akan bertemu lagi," ucap Leeteuk.

       "Pergilah!" pekik Naeun.

       "Baiklah. Aku pergi sekarang." Lelaki itu mencium kening Naeun sekilas tapi membuat gadis-gadis diluar toko menahan nafasnya dan Naeun yang membeku oleh kelakuan Leeteuk.

×××

       Drrt...

       Naeun mengambil ponselnya yang bergetar diatas kasur. Ia melihat layar ponselnya yang menampilkan ada seseorang yang menghubunginya tanpa nama. Naeun yang tidak pernah menjawab sosok yang tidak dikenalinya langsung melemparkan lagi ponselnya, tidak peduli. Namun si penelpon terus berulah membuat Naeun geram sendiri.

       Ting.

       Satu pesan masuk ke dalam ponselnya. Naeun membuka pesan itu, yang ternyata dari sosok yang sedari tadi menghubunginya.

From: 01-0××××××××××
Apakah benar ini nomor Kang Naeun?

        Sekarang Naeun yang kebingungan. Bagaimana sosok stranger ini mengetahui namanya. Akhirnya ia pun memutuskan untuk membalas pesan itu.

Ya, betul. Ini siapa?

Bisakah kau menjawab panggilanku? Kau akan tau jawabannya setelah menjawab panggilanku.

Naeun berpikir keras. Akhirnya ia pun mengiyakan. Detik berikutnya ponsel Naeun bergetar, ia segera mengangkat panggilan dari orang sebelumnya.

       "Halo?" Naeun membuka pembicaraan.

       "Ah, syukurlah. Aku pikir kau menipuku," ucap seseorang diseberang sana yang membuat Naeun membeku. Jantungnya berdegup kencang kala mendengar suara yang terdengar manis itu.

       "Kau.. Leeteuk?" Naeun bertanya sedikit ragu. Entah kenapa tiba-tiba ia menjadi gugup seperti itu.

       "Kau benar. Tolong save nomor teleponku. Jika kau akan meneraktirku, hubungi saja aku," ucap Leeteuk.

       "Baiklah. Kalau begitu aku tutup teleponnya."

       "Oke. Selamat malam. I love you, Sweety."


       Deg.

Jantung Naeun berdegup kenacang. Darahnya berdesir. Wajahnya merona. Ada apa dengannya?

       'I love you, Sweety.' ucapan Leeteuk terngiang kembali dikepalanya. Wajahnya semakin panas, apalagi ketika ia teringat pada kejadian Leeteuk yang mencium keningnya. Astaga!! Naeun menampar pipinya sekeras mungkin, untuk menyadarkan hal mustahil yang terjadi padanya.

       Semoga hal yang dipikirkannya tidak benar-benar terjadi.

×××

My Choice (Leeteuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang