Satu

518 46 19
                                    

Cantik. Populer. Disukai banyak orang. Punya orang tua baik hati. Sheila tersenyum getir. Semua itu hanya omong kosong baginya. Tidak ada satupun dari kategori itu yang ia miliki.

Jika saja takdir bisa ia tentukan sendiri. Jika saja ....

"Sheila ayo berangkat!" teriak seorang gadis dari arah garasi.

Tak sengaja Sheila menjatuhkan sendok yang tengah digenggamnya. Dengan gerakan cepat ia meneguk susu yang terhidang di atas meja kemudian beranjak pergi.

"Ma, Pa, aku berangkat dulu ya," ucapnya pada sepasang wanita dan pria yang sedang berada di dapur.

"Iya, Sayang. Baik-baik ya di sekolah," pesan ibunya sambil mencium kedua pipi Sheila.

"Iya, Ma, love you."

Tin, tinn ....

"Sheila! Entar elo telat!"

"Iya, Kak sebentar."

"Eh, Shil, nggak mau bareng Kakak aja berangkatnya?" tanya seorang pemuda yang tampak  baru bangun tidur.

"Enggak, Kakak lama, hari ini kan aku MOS. Kalo telat gimana coba?"

"Iya juga sih. Ya udah deh, sono gih berangkat entar Chrisa marah-marah lagi."

Sheila tersenyum simpul sambil memukul lengan Dino. "Gitu-gitu kan kalian kembar."

"Yah ... gue agak nyesel sih jadi kembaran dia. Berisik banget sih."

"Sheilaaa!" teriak Chrisa lagi.

"Aku duluan ya, Kak!" katanya pada Dino.

Tak lama ia sudah duduk di kursi penumpang di samping Chrisa.

"Lama," ucap Chrisa yang hanya dibalas ringisan dari wajah adiknya itu.

***

"Nama Sheila Adinda dari SMP Widya Mulya. Hobi masak."

Sheila mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Sementara kedua tangannya saling bertemu dan bertautan. Ia menunggu cukup lama hingga seorang cowok jangkung mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Sheila udah punya pacar belum? Boleh dong bagi nomor hpnya."

Suara tawa membahana yang disertai sorakan terdengar riuh. Cowok tadi hanya cengar-cengir. Sheila semakin gelisah. Berkali-kali ia melirik seniornya yang mendapat tugas membimbing kelas barunya, berharap mereka bisa menghentikan kegaduhan teman-teman barunya. Tapi harapannya pupus lantaran para senior lebih menikmati kegusaran yang tengah dirasakan Sheila.

Kegaduhan baru berhenti ketika seorang pemuda yang ia tahu juga anggota OSIS memasuki kelas dan memasang tampang tidak suka pada seisi kelas. Mata elang bermanik coklat terang itu berhenti pada Giselle dan Lena yang menjadi pembina kelas Sheila.

"Gis, Len, bisa nggak sih jangan bikin ribut. Ini MOS bukan acara pensi," katanya ketus.

Kedua gadis tadi hanya saling pandang. "Iya, iya, Tuan Romeo yang terhormat," kata Giselle akhirnya.

Setelah mengatakan itu Romeo pergi begitu saja dengan wajah arogannya. Sementara Sheila masih diam di tempatnya, terlalu terkejut dengan Romeo.

"Oke, Sheila sekarang lo boleh balik ke tempat duduk elo. Dan kalian semua jangan berisik nanti kita kena omel lagi."

Sheila menurut. Ia kembali duduk di tempatnya semula, sementara kedua seniornya membacakan susunan acara MOS selama 3 hari ke depan yang kebanyakan hanya acara pengenalan sekolah dan bimbingan sikap.

The Way Too Far [End | Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang