Dino tersentak dalam duduknya. Didapatinya jemari lentik Chrisa mencubit lengannya cukup keras. Dibelakangnya Sheila hanya memperhatikan sambil menahan senyum.
"Apaan sih, Sa? Sakit tau!" kesal Dino.
Chrisa dan Sheila duduk di samping Dino.
"Yee salah sendiri lo ngelamun. Mikir jorok lo ya?" tuduh Chrisa.
Dino menarik tubuh Chrisa ke dalam pelukannya, membuat gadis itu memekik kaget. "Enak aja kalo ngomong. Lo tuh yang pikirannya jorok."
Chrisa terkekeh pelan. Tapi kemudian ia ingat sesuatu, "Oh ya, gue mau protes sama elo. Apa maksud lo nyuruh gue jadi pasangan temen lo di acara ultah temen kalian?"
Dino menaikkan sebelah alisnya, "Ya karna Romeo itu jomblo sejati. Dia nggak ada pasangan buat ke acara sepupunya minggu depan, so dia minta gue buat minjemin adek gue, yaitu elo, buat jadi pasangan dansanya."
Chrisa tampak mengerutkan kening, "Kenapa gue?"
"Karena Sheila bakal jadi pasangan gue. Lagian nggak mungkin dong gue jadiin lo pasangan gue? Kita tuh udah terlalu sering sama-sama, Sa. Kali-kali boleh dong kita pisah dulu."
Chrisa mengangguk-angguk mengerti, "Iya sih, Din. Lagian gue juga bosen liat muka lo mulu. Lama-lama bikin eneg tau nggak?"
Dino mengabaikan kalimat saudara kembarnya itu kemudian berkata, "Lagian... gue berpikiran buat ngejodohin kalian berdua."
Seketika Chrisa mendelik. Hampir saja ia menjatuhkan gelas yang tengah ia genggam. "Apa lo bilang?"
"Jodohin kalian. Gue rasa kalian pasangan yang serasi, ya nggak, Shil?"
Sheila yang sejak tadi hanya diam sambil menatap aquarium di hadapannya menoleh kaget, "Eng... yah, Kak Chrisa cantik, Kak Romeo cakep."
"Tuh kan, Sheila aja setuju sama gue. Coba lo pikir deh, Romeo itu udah cakep, pinter, setia, tajir lagi. Kurang apa coba?"
Chrisa mendesah, "Oke, gue akui Romeo itu emang cakep. Pake banget. Tapi, lo tau kan kalo gue itu suka sama Davin?"
Pemuda itu memutar bola matanya kesal. Dia benci jika Chrisa mengatakan hal itu. Seolah-olah hanya Davin cowok yang ia lihat.
"Honestly sister, gue nggak suka elo sama Davin. Dia nggak pantes buat lo," ujar Dino lembut tapi mampu membuat sisi egois Chrisa keluar.
"Why not, Deano Oliver?" katanya ketus.
"He is player, and you deserve more than him. Oke, kalo sekarang lo nggak bisa terima, tapi gue minta banget sama lo buat bantuin Romeo, oke? Gue janji bakal ngabulin apapun yang elo minta. Deal?"
Chrisa melirik Dino dengan sebelah matanya. Baginya itu tawaran yang menarik. Tapi jujur gadis itu juga masih kesal dengan kata-kata Dino tentang Davin. Harusnya Dino ingat apa yang sudah Davin lakukan untuk Chrisa selama ini. Menjadi pelindungnya kala Dino tidak bisa menjaganya.
"Ayo dong, Sa. Kali ini aja," bujuknya. "Pleaseee..."
Chrisa melirik Dino sebentar. Ya, mungkin dia akan menyetujuinya. Toh dia tidak akan rugi. Malah untung jika mengingat orang yang meminta tolong seperti Romeo.
Gadis itu melempar senyum termanisnya kepada Dino, membuat pemuda itu sudah sangat optimis jika bujukannya berhasil. Tapi kemudian Chrisa beranjak seraya berucap, "Gue pikir-pikir dulu ya, Din!"
Pemuda itu hanya melongo menatap tubuh ramping Chrisa dari belakang.
"Kakak kok nggak bilang sih kalo pake acara dansa segala?" tanya sebuah suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Too Far [End | Belum Revisi]
Teen FictionThey say "follow your heart", but if your heart is in a million pieces, which piece do you follow? Mungkin takdir hanya mempertemukan mereka. Mungkin takdir hanya ingin melengkapi ceritanya. Takdir tidaklah jahat. Ia hanya mengikuti apa yang telah...