•Surat [7] : Takdir

17K 3.2K 158
                                    


Nara, hari ini kita sempat mengobrol di pinggir lapangan.

Tadinya, saat bel istirahat berbunyi, gue berniat berlari mengelilingi lapangan. Selagi gue masih mampu. Selagi kaki gue masih bisa bergerak, gue mau berlari secepat mungkin hari ini...

Tapi, tiba-tiba gue malah memilih duduk di pinggir lapangan.

Dan apa yang gue pikirkan?
Lo, Nara.

Gue tiba-tiba inget, saat pertama kali lihat lo di lapangan senyum-senyum kayak orang yang lagi jatuh cinta. Manis banget, sampai bikin gue jatuh hati.

Gue merenung, dan menghitung ... tinggal berapa hari lagi gue bisa hidup. Masih cukup lama, kok! Katanya satu tahun mah, gue masih bisa hidup. Yey!

Gue awalnya mikir, satu tahun itu lama.

Tapi, satu tahun itu ternyata nggak cukup untuk bisa terus bersama lo. Gue butuh lebih.

Gue butuh enam puluh tahun, agar bisa bersama lo sampai tua...

Astaga, gue mau banget hidup tua bersama lo, Nara...

Gue mau. Tapi, ternyata gue nggak bisa. Gue sedih, marah, dan kecewa. Tapi, gue terus berusaha ikhlas nerima semua ini...

Mungkin, takdir gue memang begini.

Takdir gue, nggak bisa merasakan bahagia hingga tua bersama lo.

Tapi, setiap detik yang gue lalui bersama lo, akan selalu gue inget. JANJI!

Walau gue nanti nggak ada, lo harus terus semangat. Anggap aja gue selalu ada di hati lo.

Atau, kalau di hati lo nanti ada cowok lain, gue rela kok pindah ke organ tubuh lo yang lain.

Jantung, mungkin? Haha.
Bercanda, kok.

Jangan usir gue dari hati lo, ya.

Salam penuh cinta,
Deeka

Last Letters ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang