•Surat[21] : Jangan menyesal

13.7K 2.5K 119
                                    


Sudah lama aku tidak menulis surat untukmu.

Cie, aku-kamu.

Kali-kali, aku mau coba romantis.
Tangan aku dengan ajaibnya tiba-tiba bisa bergerak, terus aku akhirnya mencoba menulis surat ini. Yah, walau tulisan aku jelek, gapapa ya?

Aku nggak mungkin minta tolong Roni, karena aku malu. HAHA. Ini rahasia kita berdua aja.

Nara, hari-hari yang kita lalui bersama itu sangat membuatku bahagia. Apalagi saat kita ke Puncak kemarin. Aku bahagia banget, karena bisa sangat dekat dengan kamu, Nara.

Walau singkat, hanya satu hari, tapi itu udah lebih dari cukup.

Fakta kalau kamu ingin aku dioperasi, sebenernya sempat membuatku bingung.

Kalau operasi itu gagal, aku akan bener-bener nggak bisa lihat kamu, Ra. Aku ngerasa nggak siap untuk operasi, karena itu.

Aku masih ingin terus melihatmu.

Tersenyum.

Tertawa.

Marah.

Kesal.

Pokoknya, aku ingin terus melihat kamu, Nara. Aku nggak pernah merasa bosan setiap melihatmu.
Kamu cantik, sih. Dan baik. Dan manis juga. Tulus. Lucu. Gemesin. Pokoknya, kamu spesial.

Jadi, aku butuh beberapa hari lagi bersamamu. Kalau aku sudah siap, aku akan operasi. Janji.

Aku senang, karena akhirnya kamu  bisa optimis sama satu hal.

Yaitu, operasi aku akan berhasil.

Kalau kamu baca surat ini, berarti ... operasi itu gagal, dan aku udah nggak ada, ya.

Apa kamu menyesal memintaku untuk operasi?

Aku harap, nggak.
Karena kalau nggak operasi, aku mungkin masih hidup ... tapi hari-hari aku akan terasa tersiksa.

Jadi, jangan merasa bersalah.
Ini semua udah takdir, Nara.

Ini adalah takdir kita.
Kita memang nggak ditakdirkan bersama...

Tapi, aku akan selalu hidup di hati kamu. Percayalah...

Salam rindu,
Deeka.

Last Letters ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang