•Surat [16]: Terbongkar

13.5K 2.7K 116
                                    


Nara, semuanya udah terbongkar.

Hari ini lo datang ke rumah sakit dengan Roni, dan menangis sambil memeluk gue.

Gue bahagia karena akhirnya bisa memeluk lo. Tapi, kenapa lo harus tau sekarang? Gue belum siap, Ra.

Maaf banget, gue malah bohongin lo soal perasaan gue. Gue malah maki-maki lo, dan bilang kalo perasaan lo cuma omong kosong.

God, no.
Gue sangat senang saat mendengar pengakuan langsung lo, kalau lo suka sama gue. Gue bahagia banget! Tapi, gue bener-bener nggak mau nyakitin lo lebih jauh lagi.

Gue nggak mau, Ra.
Gue nggak mau ngaku dan membalas perasaan lo. Karena apa? Karena hidup gue udah nggak lama lagi...

Percuma.

Percuma, Ra.

Apa yang akan terjadi kalau gue membalas perasaan lo? Kita pacaran? Terus? Saat gue meninggal, nasib lo gimana?

Gue lebih milih jadi 'bukan siapa-siapa lo', daripada jadi pacar yang nantinya akan pergi ninggalin lo. Setidaknya, lo nggak akan ngerasa terikat dengan gue...

Gue harap lo ngerti, Ra.
Nggak semua cinta harus bersatu.
Kita saling cinta, tapi ... takdir yang nggak mau melihat kita bersatu.

Tapi, hey! Pasti ada rencana lain yang Tuhan rancang untuk kita, Ra.

Mungkin, Tuhan ingin kita bersatunya saat di surga aja.
Gimana? Lo mau?

Aduh, gue mulai ngaco.
Maaf, Ra.

Saat lo baca surat ini, lo akan sadar betapa besar rasa cinta gue ke lo. Lo harusnya berhenti menangis, dan mulailah lanjutin hidup lo dengan senyuman...

Semangat, Nara sayang!

Salam rindu,
Deeka.

Last Letters ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang