Bab Enam Belas

999 145 2
                                    

Note : Part ini sempat terhapus. Sebelumnya sudah dibaca 200 kali dan dikomentari 40 kali. Maaf atas ketidanyamanan ini ya, Teman :")

Berbayang, senyap, dan kaku.

Itulah yang dirasakan Declan pertama kalinya saat ia berusaha untuk membuka mata. Kelopak matanya terasa sangat berat seolah berton-ton baja hinggap di atasnya, tubuhnya seperti terbakar, dan jantungnya memompa amat cepat.

Ia langsung mengetahui keberadaannya ketika rongga hidungnya mencium aroma medis menyengat. Aroma yang membuatnya selalu berpikir bahwa ia pria terlemah yang pernah ada, dan rentetan terapi yang selama ini ia jalani tidak ada gunanya sama sekali.

"Kau sudah bangun?" Samar, tampak seorang pemuda menatapnya sambil berdiri. Dahi Declan mengerut, mencoba mengenali sosok di sisinya.

"Chris?" lirihnya. "Sedang apa kau disini?"

Pemuda yang sekarang tampak jelas itu tersenyum miring. Chris mengambil sesuatu dari saku celananya, lalu menggoyang-goyangkan benda itu di depan wajah Declan. Kunci mobil. "Aku baru mengambil mobilmu yang terlantar atas suruhan Hye-Soo. Kau pasti berharap Hye-Soo sedang menunggumu di sini, bukan?"

Hye-Soo. Apa tanggapan Hye-Soo tentang kejadian tadi? Pasti anak itu terkejut dan berpikir Declan bukan seseorang yang dapat diandalkan. Bukan seorang kakak yang bisa dipercaya.

"Di mana dia?" Declan berusaha bangkit.

"Eit, kau masih belum stabil, Sobat. Tenanglah dulu," cegat Chris, mendorong Declan perlahanuntuk kembali pada posisi berbaringnya yang nyaman. "Hye-Soo baik-baik saja, dia sedang pergi membeli sup buah di kantin RS. Kau tahu, kan? Sekarang kondisimu belum memungkinkan untuk berjalan."

Declan memejamkan mata sejenak. "Hye-Soo meneleponmu?"

"Ya.. Dia meneleponku dengan suara terpanik yang pernah kudengar."

"Dia.. menangis?"

"Tepat sekali."

"Oh." Declan mendesah putus asa.

"Kau bisa menjaga kesehatan sampai tanggal sepuluh nanti, kan?" Chris mendudukan diri di sofa, menyilangkan kaki dengan gaya bos besar. Declan berpikir, akan lebih baik ia bangun dan langsung bertemu pandang dengan adiknya. Tidak perlu berhadapan dengan bocah macam Christoper.

"Ya, jangan khawatir, aku manusia bertanggung jawab. Di mana ponselku?" Declan melirik meja kecil di sisi tempat tidur, di saku celananya, lalu di balik bantal, tapi tetap tidak ada. Kemudian tangan Chris terulur ke arah Declan dengan ponsel dalam genggamannya.

"Aku mengambilnya untuk mencari kontak walimu," ucap Chris ringan.

Declan melongo, sembari mengambil ponselnya. "Kau menelepon siapa?"

"Harry Jim. Satu-satunya kontak di daftar favorit. Aku meneleponnya tadi, dia babysittermu, ya?"

"Yang benar saja." Declan pura-pura ingin melempar ponselnya ke arah Chris, sementara Chris hanya menyambutnya dengan tawa.

"Berarti dia langsung berangkat dari London.." gumam Declan.

"Yap! Persis seperti apa yang ia katakan tadi." Chris menjetikkan jarinya. "Dia juga bilang padaku.. kalau kau sudah siuman, sebaiknya aku langsung meneleponnya."

"Tidak perlu," sahut Declan. Saat Chris berniat menyahutinya, terdengar suara pintu kamar dibuka tiba-tiba—bukan secara normal, melainkan dengan gerakan kasar.

Seorang wanita muncul dari balik pintu. Chris langsung bangkit berdiri saat melihatnya, Declan hanya mengerjapkan matanya. Wanita itu tidak lain ialah Song Mi-Ran atau Ibu Declan atau Ibu Hye-Soo. Tetapi seharusnya wanita itu belum tahu tentang kedatangan Declan, atau kenyataan bahwa Declan sebenarnya adalah Jae-Hyun. Jadi untuk sementara, Chris tidak mengerti mengapa Song Mi-Ran bisa berakhir di sana.

Seoul Complex | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang