Andela berdiri tegak menatap nanar sungai dihadapannya. Tempat kenangannya dulu bersama Hamids, Gracia dan tentunya Elaine dahulu.
Bulir air mata mengalir deras tapi tak ada isak tangis. Hatinya terasa sakit dan perih. Tangannya mengepal kuat, tangan yang telah dianggapnya merenggut nyawanya, merenggut cintanya dan menghancurkan persahabatannya.
"Ketua..."
Panggilan pelan itu membuatnya menoleh, ia menatap datar gadis berambut pendek dihadapannya itu. Hening seketika menyelimuti keduanya. Hanya suara semilir angin yang meniup rambut keduanya serta aliran air di sungai yang terdengar.
Helaan nafas keluar dari mulut Andela, "aku bukan lagi ketuamu. Kita telah lulus. Semua telah berakhir Viny." Jawabnya kembali memperhatikan sungai.
"Saya--"
"Tak perlu meminta maaf, ini bukan salah kamu atau Michelle. Pertarungan terakhir itu keputan kami bersama, keinginan Elaine. Itu pertarungan kami." Potong Andela.
"Apa anda baik-baik saja?"
Andela mengangkat wajahnya, diusapnya air mata yang kembali menetes.
"Apa aku akan baik-baik saja? Aku hancur Viny! Aku bisa apa?! Pertemuan terakhir kami sebagai musuh, bahkan aku belum sempat menyatakan cinta lagi padanya." Andela menjeda ucapannya, "tapi ini keputasannya, aku tahu dia tak mampu. Tapi dia tetap melanjutkannya. Ini keteguhan hatinya." Andela kembali menoleh pada Viny, "aku kalah, Vin. Kalah dalam segala-galanya."
"Ketua.."
"Terima kasih atas segalanya, Viny. Lanjutkan hidup kamu. Aku pamit. Aku titip Gracia, jaga dia, ya?"
Viny hanya terdiam dan membiarkan Andela pergi setelah menepuk bahunya.
~~~
Kini Andela berdiri di depan rumah Gracia, ditangannya sepucuk surat nampak digenggamnya. Ia tahu, seberapa lamapun ia menunggu, Gracia tak akan keluar dan menemuinya. Andela menghela nafasnya lalu meletakkan surat itu di depan pintu rumah Gracia.
"Aku pamit ya, Gre." Teriaknya. "Aku minta maaf, tapi kalau kamu merasa hanya kamu yang hancur, kamu salah. Aku juga hancur Gracia. Apakah kamu gak sadar itu? Aku bahkan merasa akulah yang membunuhnya! Seharusnya kamu mengerti itu!" Andela menjeda ucapannya, "kamu yang paling mengerti Elaine dan Hamids gak akan senang melihat kita seperti ini, Gracia aku mohon untuk terakhir kalinya--"
Cklek
Andela mengangkat kepalanya saat melihat pintu yang terbuka. Gracia perlahan mendekati Andela dan memeluknya. Andela pun membalas pelukan itu.
"Saat Hamids pergi, kita semua tahu. Tak seharusnya kita kembali menyatu. Dan setelah ini mungkin kita harus benar-benar berpisah. Selamat tinggal."
Pintu kembali ditutup oleh Gracia, dan tak akan terbuka lagi untuk Andela. Andela pun berbalik dan melanjutkan perjalanannya untuk pergi.
"Selamat tinggal Gracia, maafkan aku, Mids, Kwek." Air mata kembali menetes dari sudut mata Andela.
Kenangan-kenangan pun berputar di otak Andela, mulai dari ia yang suka modus pada Elaine hingga akhirnya ia dan Elaine jadian, menggoda Gracia yang membuat si gadis mungil mengamuk, kedatangan Hamids yang tak diundangnya, kematian Hamids yang membuat semuanya berubah sampai ia meninggalkan Elaine karen hal itu. Hingga satu tahun lewat, Elaine kembali datang ke kehidupannya, menjadi parasit yang bahkan dibenci sekolahnya, gadis mungil yang menjadi kekuatan bahkan harapan bagi Majijo, seseorang yang berhasil mengalahkan ketua Yabakune dan Majijo sekaligus, menjadi rival, musuh, sekaligus kekasihnya dalam satu waktu.
Kekasih?
Masih pantaskah Andela menganggap hubungannya dengan Elaine seperti itu?
Andela hanya bisa menghela kasar nafasnya. Terlambat untuk disesali. Hanya bisa mengucapkan kata maaf dari dalam lubuk hatinya atas kisah cintanya bersama Elaine yang berakhir tragis.
"Aku cinta kamu, Elaine."
End
Terakhirrrr banget, cerita singkat bagaimana perasaan Andela.
Maaf kalau tidak puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Majisuka Gakuen - Season 2 (JKT48)
FanfictionKini, Elaine menjadi ketua Majijo. Sementara itu Andela merupakan ketua Yabakune. Sekolah yang masih menjadi rival Majijo. Akankah kisah kasih dan semua pertarungan yang akan terjadi berakhir menyatukan mereka kembali? Highest ranking #29 in Action