"Mas, bisa kita ketemu sebentar? Ada hal yang ingin kubicarakan.....," pesan pendek itu mengejutkan Andre. Tanpa ada hujan, tanpa ada angin. Tiba-tiba saja Nana ingin bertemu dengannya. Ada apa?"Kutunggu di Café Permata, jam satu siang," Andre membalas pesan itu dengan menelepon balik.
Sekuat tenaga ditahannya rasa ingin tahu yang menggantung di ujung lidah. Tidak. Ia tak ingin mengacaukan ritme kerjanya dengan jawaban Nana. Ia akan menunggu hingga saatnya tiba.
"Saya keluar sebentar Tanti. Tolong jadwalkan ulang pertemuan dengan Pak Ibrahim siang ini. Saya harus ketemu dengan seseorang. Penting.....," pesannya pada sekretaris. Setengah berlari, Andre menuju ke lift dan menghilang di balik pintunya.
*******
Tangannya melambai ke arah Nana yang celingak celinguk mencarinya.
"Nana.....sini....,"
Mardiana – si pemilik nama Nana – segera melangkah ke arah Andre. Senyumnya hangat saat tangannya menjabat telapak tangan Andre yang terulur menyambutnya.
"Duduklah," Andre menarikkan kursi untuk Nana.Hening. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibir tipis Nana. Ia hanya mengulurkan amplop putih berlogo Rumah Sakit terkenal.
"Bukalah......," pintanya lirih. Sempat terlihat linangan air mata di pelupuknya.
Dirobeknya amplop itu tak sabar."Apa ini Nana?" tanyanya tak mengerti.
"Aku.......aku......," Nana terisak. Bahunya terguncang-guncang.
Andre menepuk jidatnya. Wajahnya memucat, tangannya gemetar.
Dipandanginya hasil test lab yang diulurkan Nana dengan mata nanar.
"Jadi.....aku....aku akan menjadi seorang ayah.....," ejanya pelan-pelan saat sudah bisa menguasai diri lagi.
Diremasnya jemari Nana, kebahagiaannya melambung ke awang-awang.
"Aku laki-laki sejati. Seorang ayah......," gumamnya tanpa sadar.
"Tapi mas.....," sedu sedan Nana membuyarkan lamunannya. Andre menoleh. Wajah Nana menyiratkan kebingungan dan ketakutan.
"Aku akan menikahimu," Andre menjawab mantap. Perasaan bahagia itu mengalahkan segala logika yang ada.
"Kau gila mas. Meike mau dikemanain? Kau mau menghancurkan hidupnya?"
"Tidak. Meike tak perlu tahu masalah ini. Kita menikah dan biarkan jabang bayi itu terlahir ke dunia ini."
"Tapi mas......," sergah Nana khawatir.
"Tidak. Tak ada tapi-tapian.....Aku ayahnya. Aku yang akan merawatnya nanti. Kau tak usah khawatir....," kata-kata Andre makin tak terkontrol.
=====%%%%%%%=====