21

404 26 0
                                    

"Masih ada satu pa.....Siapa Rania sebenarnya? Ada hubungan apa dengan Mardiana isterinya Dagdo? Mama merasa, Mardiana selalu memandangi Nana dengan sinar mata penuh cinta Lalu saat pernikahan mereka, kenapa sikap kalian langsung berubah saat mama mendatangi papa dan Dagdo? Apa yang kalian sembunyikan dari hadapanku?......"

Akhirnya bobol juga pertahanan Meike.

Pertanyaan demi pertanyaan yang dipendamnya sekian lama meluncur tanpa terkendali...

Andre terhenyak. Dihelanya nafas panjang berusaha mengusir beban di dadanya.

Pertanyaan Meike itu....

pertanyaan yang sangat tidak ingin didengarnya. Ia tahu, apapun jawaban yang akan diberikannya pada Meike, pasti menyakiti hati perempuan itu. Perasaan bersalah terasa meledak-ledak di dalam pikirannya.

Lama Andre menimbang-nimbang. Ia masih bimbang untuk jujur atau menyembunyikan semua kisah kelam yang dilakukannya di belakang Meike. Apa yang harus kulakukan?

Adilkah bila aku menyembunyikan semuanya dari Meike?

"Pa......," Meike menyentuh tangan suaminya. Andre terlonjak kaget.

"Oh....eh....,"

"Papa nggak dengar pertanyaanku?" selidik Meike.

Andre memandangi wajah Meike. Kesungguhan terpancar dari sorot matanya. 

Inikah saatnya?

Haruskah kubuka cerita kelam itu sekarang? 

Debar-debar di dadanya terasa makin menyesakkan dada.

"Ini ada kaitannya dengan Surat Keterangan dari dokter Baroto tempo hari ma.....," kata-kata Andre terdengar bagai halilintar di siang bolong di telinga Meike.

Tak satu kalimat pun yang bisa tercerna dengan baik oleh Meike. Pikirannya kacau balau, perasaanya panas dingin tidak karuan.

Benarkah apa yang ia dengar ini? Rania – bayi yang diasuhnya sejak berusia 1 bulan adalah anak kandung Andre sendiri? Lalu kenapa pula Andre membohonginya dengan mengatakan bila Nana itu anak adopsi dari panti asuhan binaannya?

Meike menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak mengerti.

Inikah jawaban dari beberapa kemiripan yang ditemuinya pada Nana dan Andre?

Nana yang senang sekali mendaki gunung, papanya yang singa gunung selagi masih kuliah dulu.

Rasanya Meike ingin berteriak sekeras-kerasnya untuk menghilangkan beban di dadanya. Tapi ia bahkan tak sanggup untuk sekedar menampar Andre sekalipun.

Ia hanya bisa terhenyak di kursinya, pikirannya kosong.

Tak sepatah katapun keluar dari bibir Meike bahkan hingga ia beranjak ke tempat tidurnya malam itu.

Andre tak tahu harus berbuat apa menanggapi reaksi isterinya.

Ia segera menyusul Meike ke kamar, memeluk dan mengecup keningnya seperti biasa sebelum tidur.

Meike diam tak bergerak. Ia pun tak memberikan reaksi seperti malam-malam sebelumnya bila Andre memeluk dan mengecup keningnya.

Andre seperti tengah memeluk gedebog pisang yang kaku dan dingin.

Seribu satu permintaan maaf tak akan berguna bila diucapkan di saat-saat seperti ini.

Andre mengerti, Meike masih belum bisa menerima semua kebohongan yang telah dilakukannya selama ini.

Tbc

NanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang