Kegemaran mereka mendaki gunung mengakrabkan hubungan Andre dan Widagdo. Entah sudah berapa puluh kali mereka mendaki gunung bersama-sama. Saling mengingatkan, saling menguatkan dan rasa senasib sepenanggungan makin mempererat persahabatan mereka.
Sebulan sebelum Andre menikahi Meike, mereka sempat mendaki gunung Merapi bersama-sama dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan.
Menikmati matahari terbit dari puncak gunung dan sekaligus mengibarkan bendera di sana. Membaui aroma rumput liar, hamparan bunga edelweiss sejauh mata memandang, juga aroma khas belerang yang menguar di sekitar kawah.
Dalam perjalanan pulang, Dagdo jatuh terperosok ke dalam jurang. Andrelah yang menemaninya di saat semua temannya memilih untuk turun mencari bantuan. Tulang kakinya patah, tempurung lututnya retak.
"Andre.......kau....kau baik sekali....," rintih Dagdo.
"Ssshh...jangan pikirkan macam-macam dulu. Yang penting, kakimu yang patah ini segera mendapatkan penanganan....jangan banyak bergerak," tangan Andre cekatan membebat kaki Dagdo.
Dua bilah kayu dipasangkan sebelah menyebelah agar tulang yang patah itu tak bergeser.
Setiap kali Dagdo hampir terlelap, Andre dengan sigap akan menepuk pipinya ataupun mengguncang bahunya perlahan.
Tujuannya hanya satu, Dagdo harus tetap terjaga agar suhu tubuhnya tak menurun.
Kabut tebal yang turun membuat pandangan mereka ke sekitar menjadi samar-samar. Dagdo menggigil, giginya gemeletuk, bibirnya membiru.
"Dagdo, buka bajumu. Cepat.....," perintah Andre panik.
"Apa....apa maksud...maksudmu....?"
"Jangan banyak tanya.....cepat.....," Andre dengan sigap membuka bajunya sendiri lalu.....ia meraih Dagdo dan memeluknya erat.
Skin to skin. Jaket tebal yang tadi dikenakannya sendiri diselimutkannya ke punggung Dagdo. Perlahan, Dagdo merasa tubuhnya mulai menghangat.
Tak henti-hentinya Dagdo bersyukur setelahnya. Tindakan sigap Andre telah menyelamatkan nyawanya.
Sejak peristiwa itu, hubungan pertemanan Andre dan Widagdo makin akrab.Tak ada rahasia yang mereka sembunyikan satu sama lain.
Salah satunya ........Widagdo mandul.
*********
"Inikah alasan Andre memintaku menemani Mardiana selama kehamilannya? Apakah Andre takut bila aku akan merebut Nana dari sisinya? Tapi kenapa Andre justru mengaku kepada keluarga besarnya bahwa ia mandul? Lalu kenapa pula ia harus mengadopsi Raina yang jelas-jelas anak kandungnya sendiri?"
Berbagai pertanyaan itu membuat Dagdo lebih banyak merenung, mencoba menggali dan mencari jawabannya.
Tbc