4. Kampus Biru

20 2 0
                                    

Sore itu kampus sudah sangat sepi, sepanjang jalan nampak pohon sakura masih meranggas. Cuaca cukup dingin suhu udara 3 derajat celcius. Firda melangkah sendiri di trotoar yang lengang. berbagai pikiran berkecamuk diotaknya. Kenangan masa lalunya seolah-olah berlomba-lomba keluar dari long term memorinya. Sungguh mengingat semua kejadian itu membuat Firda tersenyum dan menangis di waktu yang bersamaan. Sambil terus melangkah, firda berkata pada dirinya sendiri " jalan ini terlalu sunyi dan dingin kulalui sendiri, namun aku tidak pernah merasa sendirian ada Allah dijiwaku dan ada kamu dipikiranku, sejujurnya aku tidak pernah menyimpanmu dihatiku karena Allah Maha membolak-balikkan hati, aku menyimpanmu dalam do'a disujud panjangku, aku mengingatmu kemanapun aku pergi" apabila memang pertemuan kembali ini tidak bisa dihindarkan lagi dan sudah menjadi bagian dari peran yang harus aku jalani, mengapa aku harus berlari. Bukankah aku tidak memintanya, maka biarlah waktu yang menjawab semua tanya ini.

Begitu masuk ke dalam kereta yang akan membawanya kembali ke apartement, Firda mulai merasa hangat, Semua kendaraan umum di Jepang selain dilengkapi dengan AC untuk musim panas, saat musim dingin pemerintah memfasilitasi dengan penghangat ruangan. Sehingga selama diperjalanan penumpang tidak akan merasa kedinginan. Kendaraan umum di Jepang sangat nyaman, selain bersih dari segi keamanan juga sangat mendukung. Tak jarang Firda harus berdiri saat pulang dari kampus, jika jam kepulangannya bertepatan dengan peak hours kereta akan penuh sesak. Pada umumnya penduduk Jepang khususnya masyarakat di Tokyo lebih memilih bepergian dengan menggunakan kendaraan umum, meskipun jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, biaya transportasi di Jepang tergolong termahal. Biaya yang mahal ini sebanding dengan fasilitas yang diperolehnya, sehingga hampir dipastikan jarang sekali terjadi kemacetan di Jepang.

Budaya disiplin yang sangat tinggi dan kebiasaan hidup sederhana menunjang kesuksesan pemerintah Jepang dalam mengatur mobilitas penduduknya. Firda memandang keluar jendela, jalan ini telah dilaluinya selama satu tahun terakhir sejak dia di pindah rumah. Sebelumnya firda tinggal di Tsukuba, sebuah provinsi terdekat dengan Tokyo yang jaraknya 100 Km, jika ditempuh dengan kereta dari Akihabara sekitar satu jam tiga puluh menit. Firda menyelesaikan pendidikan magisternya di Tsukuba University. Kemudian memperoleh pekerjaan sebagai staf peneliti di mebaga penelitian Tsukuba University. Kemudian dia memutuskan pindah ke Tokyo agar dekat ke kampusnya. Apartemennya sekarang lebih dekat, firda hanya membutuhkan tiga puluh menit untuk sampai ke kampus.

Sesampai di apartemen firda mengambil hanphone dan mulai mengetik kalimat untuk membalas pesan yang telah diterimanya sejak semalam. " Hai Adie, maaf baru membalas, terima kasih menghubungiku, aku tinggal di Tokyo sekarang" hanya kalimat itu yang akhirnya terkirim. kemudian firda bergegas mengambil air wudhu utuk menunaikan sholat magrib. Sejak kecil Firda sangat disiplin untuk menunaikan sholat di awal waktu. Itulah salah satunya yang membuat Adie diam-diam mengagumi Firda, tentu saja Firda tak pernah tahu akan hal ini. Beberapa saat kemudian alunan ayat suci Al- Qur'an terdengar memenuhi ruang apartement yang berukuran 4 x 5 meter persegi. Kemudian Firda menuju meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat tertunda tadi siang.

Baru saja Firda memulai menulis beberapa paragraf untuk melengkapi dan memperbaiki laporan penelitiannya. Tiba-tiba handphone nya berbunyi, firda lupa untuk membisukan suara benda pengganggu utama ketenangan hidup manusia itu. Disadari atau tidak semua manusia sekarang sangat tergantung kepada media komunikasi itu, bahkan harus diakui handphone juga merupakan teman setia yang selalu dibawa kemanapun manusia pergi. Dengan sikap enggan firga menggeser tempat duduknya meraih handphone yang terletak tidak terlalu jauh dari meja kerjanya. Dan seperti dugaanya pesan yang diterima adalah dari Adie. Terdengar jelas firda mengambil napas panjang dan berat, apa sebaiknya aku membalas pesan ini sekarang atau aku abaikan saja. Aku tidak boleh membuat dia menunggu bukankan aku sudah melakukannya kemarin dan kali ini aku harus membalasnya, apalagi mood menulisku juga mulai hilang. " Tokyo musim dingin sekarang, bagaimana dengan jakarta?" itu pesan pertama yang dikirim. dan akhirnya kurang lebih 30 menit firda chating dengan adie.

Puzzle Yang Tak BerbentukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang