Kafe ini entah kenapa keliatan familiar. Tapi gue seratus persen yakin kalau gue belum pernah ke tempat ini sebelumnya. Setiap kali gue mencoba mengingat-ingat, yang gue dapatkan adalah pening.
Untuk turun dari mobil aja gue butuh sekitar 15 menit. Entah apa yang membuat gue menyalakan mobil dari rumah dan menyetir sampai kesini. Tetapi rasanya kaki ini berat untuk melangkah keluar mobil dan masuk ke kafe. Lalu apa yang sebenarnya menggerakan gue sampai akhirnya gue ada disini?
Setelah menarik napas dalam-dalam dan menghelanya, gue akhirnya memutuskan untuk tidak berlama-lama di dalam mobil dan langsung berjalan kearah pintu kafe. Walaupun sampai detik ini gue masih bingung dengan apa yang gue lakukan, memesan satu kopi dan satu bagel tidaklah salah.
Karena ini adalah kopi pertama gue setelah 6 bulan.
Begitu masuk kedalam kafe, gue disambut dengan bau khas kopi bercampur bau manis dari beragam kue yang ada di pastry case. Dan sesosok gadis seumuran gue dalam balutan kaus putih polos dan celana kulot berwarna biru tua. Gadis itu sempat menoleh sekilas kearah pintu tetapi hanya sebentar, dan mungkin dia juga nggak melihat gue.
Untuk sesaat gue bisa merasakan jantung gue berdegup kencang, karena gue tahu betul siapa cewek itu.
Tetapi gue belum berani untuk berspekulasi lebih jauh, karena sejak kejadian itu, gue menjadi sedikit ragu akan banyak hal.
"Satu hot cappuccino dan plain bagel. Di take away aja ya, mas." ujar gue kepada kasirnya yang langsung memproses orderan gue setelah gue menyodorkan kartu debit berwarna hitam. Untuk sesekali gue mencuri-curi pandang kearah gadis yang kini tengah memakan cheesecake-nya dengan kecepatan medium. Dan gue nggak bisa nggak senyum melihat itu.
"Pelan-pelan makannya," kata cowok yang duduk di serong kirinya seraya mengulurkan tangannya untuk melap sisa cheesecake yang ada di sudut bibir gadis itu.
Dan tiba-tiba aja tangan gue terkepal, ada rasa posesif dimana rasanya ingin marah saat melihat cowok itu menyentuh gadis itu. Tetapi gadis itu terlihat tetap tenang. "Laper." kata gadis itu kemudian. Dan suaranya cukup untuk meyakinkan gue.
Saat gadis itu melihat kearah cowok berjaket bomber hitam yang ada disampingnya itu, gue bisa melihat sedikit sisi wajahnya. Matanya yang kecil dan bulu matanya yang tidak terlalu panjang, pipinya yang memerah halus dan bibirnya-
Gue menggelengkan kepala pelan untuk mengenyahkan pikiran yang makin lama makin amburadul itu. Walaupun pikiran gue sebelum itu udah cukup amburadul, setidaknya gue sekarang tahu untuk apa Tuhan membawa gue kesini.
Bahwa gadis itu sebenarnya ada.
Tasya itu ada.
"Pesanan Kak Jae-"
Sebelum si barista sempat menyebutkan nama gue secara lengkap, gue buru-buru mengambil kantung kertas berwarna cokelat itu dari tangannya dan segera mengucapkan terima kasih. Dengan cepat gue langsung melesat kearah pintu keluar dan tersenyum kearah satpam yang berdiri di depan pintu.
Mungkin jika ada orang yang mengetahui kejadian ini, orang itu bakal memaki-maki gue karena gue dengan bodonya langsung pergi begitu aja padahal orang yang selama ini gue cari-cari ada di depan mata. Masalahnya sebenarnya bukan itu, gue hanya menunggu waktu yang tepat. Dan gue yakin cepat atau lambat gue akan bertemu lagi dengan gadis itu.
Jadi ini alasannya kenapa waktu itu dia bilang halo.
Karena kita akan bertemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
( II ) DARKNESS.
Fanfictionas he look for her, he fell into the darkness. ( sequel to 'BESTFRIEND.' ) © 2017 charliesletter