Dua minggu berlalu. Dan ujian nasional udah bisa dihitung jari kedatangannya. Seluruh teman-teman seangkatan gue berbondong-bondong belajar bareng, dan ada juga yang lebih mengandalkan kunci. Walaupun beberapa teman dekat gue seperti Yugyeom dan Jungkook sudah mendapatkan vendor kunci yang paling topcer, tetap saja rasa panik ada di dada mereka, maka dari itu mereka memutuskan untuk belajar bareng di rumah gue.
Tentu saja bersama Fasya yang selalu mereka elu-elukan kepintarannya dalam pelajaran bahasa inggris.
"Makanya kuping tuh dikorek dulu sebelum belajar! Listening udah gampang begini masih aja hampir salah semua???" pekik Fasya nggak terima setelah dia mematikan radio tape yang memutarkan cd listening yang di dapat dari buku bank soal UN. Tangannya ia kepalkan dan ancang-ancang untuk membogem Jungkook, tapi teman gue itu hanya mencibir. Dan gue lagi-lagi cuma tertawa.
"Abis lu marah-marah mulu sih Sya kan gua jadi nggak konsen,"
"Alesan!!! Ulang lagi!"
Yugyeom yang takut kalau beneran dibogem oleh Fasya lebih memilih untuk bungkam dan mengulang listeningnya karena dia sendiri juga masih banyak yang salah.
Gue pun akhirnya turun tangan, memegangi Fasya yang sudah hampir berdiri karena emosi menghadapi Jungkook. "Sya, sabar... sabar..." Dan dengan begitu cewek itu langsung duduk lagi.
"Eh..." suara Yugyeom akhirnya muncul. Refleks semua pasang mata yang ada di ruang keluarga gue memandang dia.
"Lu pada nggak inget besok hari apa?" tanya Yugyeom.
"Hah? Ya Rabu kan?"
"Lah iya kan Rabu?"
Yugyeom menepuk jidatnya frustasi, kemudian menyerahkan ponselnya yang sedang membuka laman SNMPTN. "Besok pengumuman undangan, nyet."
Kali ini gue yang menepuk tangan sendiri karena baru ingat, yang lainnya juga mendesah karena sama-sama baru ingat. Kami semua benar-benar sibuk karena jadwal try out yang selalu ada hampir setiap hari dan juga beberapa pelajaran tambahan lainnya.
"Gila anjir tembus nggak ya gue???" panik Jungkook karena pilihan pertamanya termasuk jurusan yang paling diminati. Sementara itu Fasya yang tadinya bolak-balik mengomeli Jungkook malah menepuk-nepuk pundak temen gue itu untuk menyemangatinya.
"YUK SEMANGAT YUK SEMUANYA AAAAAAAAAAAA!!!!" pekik Fasya karena tiba-tiba suasana di ruang keluarga jadi suram mengingat besok adalah hari pengumuman undangan. Gue tersenyum karena sadar Fasya ngelakuin itu supaya yang lain nggak begitu kepikiran.
Oh ya, perihal undangan Fasya jadi milih apa, ya?
---------------------------------------------------------------------------------
"WOY ASLI GUA TEMBUS????? PILIHAN KEDUA SIH TAPI TEMBUS WOY?!?!?!?!"
Jungkook masih menatap layar ponselnya dengan tatapan tidak percaya, tetapi tangannya sibuk meng-screenshot laman tersebut dan mengirimkannya ke group chat keluarganya. Sementara itu gue juga baru bisa bernafas lega begitu melihat warna hijau di bawah nama dan asal sekolah gue.
Sekarang kami berempat lagi ada di MCD deket sekolah, baru aja selesai PM dan memutuskan untuk makan sore disini. Plus, wifi MCD kenceng, jadi nggak perlu repot buat buka website SNMPTN.
"AAAAAH anjir kok gua keterima dah kan iseng-iseng doang masuk kriminologi???"
Yang ini baru gue bingung. Yugyeom keliatan nggak begitu seneng begitu tau kalo dia lolos masuk Kriminologi. Fasya yang mendengar itu melempar satu kentangnya kearah Yugyeom, "Bukannya bersyukur!!!" sungutnya.
Gue menoleh kearah Fasya, "Lo nggak buka?"
Fasya cuma menggeleng singkat, "Nanti aja di rumah." dan gue mengangguk pelan. Tentu gue nggak sabar untuk ngabarin Mami dan Papa soal ini.
Bisa gue lihat Fasya kini memandang Yugyeom dan Jungkook dengan tatapan bangga, sementara dia sendiri belum mengetahui hasil pengumumannya. Tangan kanan gue bergerak untuk menggenggam tangan Fasya dan bersyukur begitu cewek itu balas memegang tangan gue.
Di saat itu gue sangat lega, tapi kenapa juga gue tiba-tiba merasa takut?
KAMU SEDANG MEMBACA
( II ) DARKNESS.
Fanfictionas he look for her, he fell into the darkness. ( sequel to 'BESTFRIEND.' ) © 2017 charliesletter