I dream of city lights
and late night drives
I dream of New York city
and neon signs
whispers and deep secrets
and open conversations
Fasya bergidik sedikit, lalu ditariknya ujung lengan sweater berwarna abu-abu itu untuk menutupi telapak tangan kecilnya yang kedinginan, "Kalo udah disini ya matiin ac-nya dong pak bos." protesnya kepada gue yang tengah memainkan handphone setelah kita sampai di villa keluarga gue yang ada di Dago Atas.
Ya, setelah hubungan pertemanan kami berjalan setidaknya 3 bulan, gue berani mengajak cewek berisik ini untuk berlibur sebentar bersama gue dan keluarga gue ke Bandung. Saat itu, saat gue mengajaknya sepulang sekolah, cewek ini langsung memekik kegirangan. Katanya, Bandung itu kota favoritnya. Katanya, kalau bisa dia memindahkan Bandung ke Jakarta, dia nggak bakal mau. Berat, soalnya.
"Hhh, kirain gue disini nggak bakal sedingin ini."
Gue pun menepuk bibirnya pelan dengan jari telunjuk gue, "Berisik." dan cewek ini malah mengerucutkan bibirnya.
Terdengar suara getaran kecil dari iPhone 5s hitam milik Fasya yang ujung layarnya udah retak karena jari brutal cewek ini ketika bermain game. Gue sedikit mengangkat wajah karena refleks melihat kearah dashboard dimana ponsel Fasya tergeletak. Merasa kenal dengan icon merah di ujung kiri notification, gue memicingkan mata.
Dan Fasya malah membelalakan matanya.
"EH DEMI APA SIH PATH GUE DI ADD SAMA KAK DOYOUNG??? ANJIR ANJIR." serunya heboh sambil menepuk-nepuk lengan kiri gue.
Doyoung? Doyoung yang gue kenal cuma Doyoung si kadept Kemahasiswaan di OSIS periode kemarin, dan dia juga baru aja lulus tahun lalu.
Seraya mendesis karena Fasya masih mengeluarkan suara-suara aneh dari bibirnya sambil memukul-mukuli gue, gue pun bertanya. "Kim Doyoung 2014?" Kok tau-tauan aja Bang Doyoung?
Ah, pasti karena waktu itu sempet ketemu di festival film-nya anak-anak ekskul sinematografi (kayanya sih itu satu-satunya alasan kenapa Bang Doyoung tahu anak ini). Tapi rasanya gue juga nggak inget pernah ngenalin mereka berdua. Ya iya, Fasya-nya aja sibuk sendiri di bazaar makanan.
Fasya mengangguk cepat, dan hati gue mencelos.
"Iya!!! Yang sempet gue tanyain di instagram lo waktu itu!" sahutnya dengan nada gembira yang membuat kedua mata gue mengerinyit tidak suka.
Cewek ini sekarang sudah sibuk dengan ponselnya setelah ibu jarinya men-swipe notification itu dan menekan tanda + di sebelah tulisan "Kim Doyoung wants to be your friend."
Dan Fasya masih aja men-scroll profile Path milik Doyoung mentang-mentang sekarang udah nggak ada notif "Tafasya Ali has visited your Path." lagi. "Sumpah ya dia itu lucu banget asli. Kalo gue eksis kaya lo terus deket sama dia udah gue pepet kali."
Dan entah kenapa gue semakin takut. Takut akan sesuatu yang belum jelas.
Apa mungkin karena gue tahu sifat Doyoung yang selalu gigih untuk ngedapetin cewek yang dia taksir, atau karena gue takut kalau gue nggak akan pernah bisa ngasih tau Fasya perasaan gue yang sebenarnya?
I dream of infinite nights
and skyscrapers and avenues
i dream of the littlest things
but never of losing you
KAMU SEDANG MEMBACA
( II ) DARKNESS.
Fanfictionas he look for her, he fell into the darkness. ( sequel to 'BESTFRIEND.' ) © 2017 charliesletter