three ; dia

2K 379 11
                                    

Sejak awal kita ketemu, gue udah tahu kalau gue bakal ngelakuin apa aja untuk dia. Gue tahu kalau gue bakal ngelakin apapun untuk melihat senyumnya; senyumnya yang manis itu.

Seperti obsesi yang memabukkan.

Kalau gue nggak pernah ketemu sama dia, gue nggak bakalan tahu kalau gue mampu untuk mencintai seseorang sebesar ini. Gue nggak bakalan mengalami apa yang orang lain nggak pernah sempat lakukan dalam kehidupan mereka.

Yang terpenting, kalau gue nggak pernah ketemu sama dia.

Gue nggak bakalan tahu bagaimana rasanya bener-bener jatuh cinta.





----------------------------------





"Jaehyun!"

Seruan itu selalu bisa membuat perhatian gue sepenuhnya teralihkan dari apapun yang sedang gue lakukan. Walaupun saat itu gue sedang nerusin pr buku besar akuntansi yang nggak sempat gue kerjakan di rumah, dan deadline-nya sudah 10 menit lagi.

Semenjak hari itu, Tasya resmi menjadi teman sebangku gue. Awalnya tentu saja Yugyeom hampir murka karena dia selalu duduk di sebelah gue dari kelas 11, tetapi begitu Tasya meminta maaf sambil menunjukkan senyumnya (yang selalu bisa bikin gue salah tingkah), Yugyeom jadi nggak tega mau marahin.

Oh, have I told you that this girl is really touchy? No?

Minggu lalu, gue pernah bertanya ke dia, "Kenapa sih lo suka banget megang-megang gue?" Saat itu pertanyaan tersebut terlontar karena Tasya selalu tak segan-segan memeluk, merangkul, bahkan mencubit dan memukul orang-orang terdekat di sekitarnya.

Termasuk gue.

Dan kalian tahu apa jawabannya?

"Karena skinship can tell a lot more than our mouth ever does, just like our eyes!"

Gue semakin terbiasa dengan keberadaan Tasya yang grasak-grusuk. Berbeda dengan gue yang selalu tertata dan rapi, Tasya itu sebaliknya. Gadis ini kurang begitu peduli dengan kerapihan. Seragam putihnya yang sering balapan sama rompinya, kaus kaki warna-warni, dan oh- jangan lupa kebiasaan dia yang suka naruh kaki di meja sembarangan. Kalau di paha gue sih gapap- hm. Masalahnya, dia ini perempuan. Dia ini pakai rok. Entah Tasya emang lupa kalo dirinya ini cewek atau gimana, nggak tau juga gue. Anaknya mesti dikeplak dulu kakinya baru nurunin, abis itu cengegesan nggak bersalah.

Dan dia berisik.

Sangat berisik.

Baru pertama kali ketemu aja, dia udah bawel. Seperti nggak ada kata diam di kamus sehari-harinya, Tasya selalu punya sesuatu untuk dibicarakan. Dari hal-hal penting seperti politik, sampe ngomongin gimana caranya bikin kelinci kesurupan.

Kalau kata orang-orang, kita berdua seperti bumi dan langit. Yang satu lurus, yang satunya lagi belok-belok.

Iya, yang belok-belok itu maksudnya Tasya. Ya siapa lagi?

Mungkin satu hal yang gue suka dari gadis ini adalah, despite her being so talkative, dia masih mau mendengarkan orang lain. Dia masih mau mendengarkan gue, dia masih mau mendengarkan curhatan dan keluh kesah gue.

Dia masih mau untuk menemani seseorang yang kaku dan bermain aman seperti gue.

Dan gue, seorang Jung Jaehyun, yang hidupnya selalu tertata sempurna, ibarat seragam putih yang gue pakai sehari-hari ke sekolah, menemukan seorang Tasya yang ibaratnya adalah spidol warna-warni yang digunakan untuk mencoret-coret seragam putih bersih ini.

Akibatnya, seragam itu jadi nggak sempurna lagi setelah tinta dari spidol-spidol tersebut memenuhi setiap helai benang yang menyatu itu.

Dan untuk pertama kalinya, gue nggak mengeluh atau menyesal karena kesempurnaan gue dirusak oleh gadis yang notabenenya baru gue kenal kurang lebih 2 bulan ini.

Gue malah senang.


























Karena dengan adanya dia, hari-hari yang gue jalanin jadi terasa lebih berwarna.

( II )  DARKNESS.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang