Prolog

741 207 255
                                    

"Fit, pegangan yang kuat!" Farhan memekik pada kekasihnya, beberapa detik sebelum sebuah tragedi menimpa mereka berdua.

Hari itu Farhan baru saja melepas kerinduannya pada kekasihnya yang sangat ia cintai. Tidak pernah menyangka jika hari itu menjadi awal terjadinya sebuah tragedi yang sangat tidak diinginkan keduanya.

Beberapa menit sebelumnya

"Fit, makasih, ya," ucap Farhan, di sela fokus mengemudikan mobilnya.

Fita mengerutkan kening, tak mengerti yang diucapkan Farhan, lelaki yang belum lama menjadi kekasihnya.

Farhan pun bisa menangkap raut kebingungan itu."Terima kasih, karena kamu juga mempunyai perasaan yang sama denganku. Juga terima kasih, karena hari ini kita bisa jalan-jalan lagi, setelah beberapa hari kemarin kita tidak bisa melakukannya," ucapnya dengan tersenyum bahagia.

Fita membalas tersenyum. Tetapi lima detik berikutnya, senyum itu pudar teralihkan dengan sorot lampu tepat di depan mereka. Sebuah mobil meluncur kencang ke arah mobil mereka.

"Fit, pegangan yang kuat!" pekik Farhan. Ia harus melakukan sesuatu. Refleks ia menginjak rem, dan mencoba membuang arah kemudi, untuk menghindari benturan kedua mobil. Namun terlambat, mobil di hadapan mereka sudah terlalu dekat, dan tabrakan pun tak dapat dihindarkan.

BRAAAAKKKK!!!

*****

Farhan terbangun dengan aroma yang tak asing menyentuh indra penciumannya. Ya, dia berada di sebuah rumah sakit selepas kecelakaan hebat yang menimpanya, beberapa jam lalu. Diketahui mobil yang menabraknya, dikemudikan oleh seseorang yang sedang mengalami masalah, hingga berniat untuk mengakhiri hidupnya. Niatnya tercapai, sang pengemudi tewas di tempat, pasca kejadian. Keputusan yang sangat bodoh. Setiap persoalan tentu memiliki penyelesaiannya, dan tidak harus melibatkan, serta membahayakan orang lain dalam menyelesaikannya.

Saat terbangun, Farhan bisa melihat seluruh keluarganya menyambutnya, terkecuali sang ayah yang sedang menemui dokter.

"Han, kau sudah sadar, Nak?" ibu Farhan tak dapat menyembunyikan cemasnya.

"Mas, kamu panggil dokter," ucap Siska, kakak perempuan Farhan, pada Johan suaminya.

Johan segera keluar kamar untuk mencari dokter.

Tak menunggu lama, seorang dokter datang dan segera memeriksa keadaan pasiennya. Selama pemeriksaan, seluruh keluarga Farhan menunggu di luar.

Hingga akhirnya sang dokter keluar dari kamar untuk memberikan hasil pemeriksaannya.

"Pak Prasetyo, sepertinya apa yang telah saya perkirakan sebelumnya, dan ternyata memang terjadi," sang dokter berucap sesal. Beberapa jam sebelumnya, ia telah mengajak ayah Farhan untuk membahas kemungkinan kondisi yang akan terjadi.

Teringat dengan pembicaraan mereka, tak ayal ayah Farhan terkatup tak dapat menyembunyikan kesedihannya.

Keluarga lain yang tidak mengerti apa yang keduanya bicarakan, semakin merasa ketakutan.

"Dugaan apa, Dok?" Siska mencoba bertanya.

"Dokter, apa yang terjadi dengan anak saya?" Ibu Farhan semakin ketakutan.

Sang dokter menarik napas sebelum menyampaikan kabar yang mungkin tidak ingin didengar seluruh keluarga ini. "Mohon maaf, tapi Farhan mengalami amnesia."

Sebuah berita yang memakukan semuanya. Ibu Farhan hampir jatuh lunglai terkaget, jika tidak ditahan oleh suaminya.

"Yang sabar, Bu," ayah Farhan mencoba menguatkan.

"Tapi ibu tenang saja. Berita baiknya, Farhan masih dapat mengingat keluarganya. Dia hanya kehilangan ingatan pada kejadian-kejadian yang baru terjadi," ucap sang dokter , sedikit melegakan ibu Farhan.

"Bagaimana bisa, Dok?" Johan, kakak ipar Farhan, tidak mengerti

"Ya, Farhan mengalami Amnesia Anterograde, yang mana hanya mampu mengingat masa lalu, tapi tidak bisa mengingat kejadian masa sekarang. Setidaknya, peristiwa yang terjadi empat bulan terakhir ini, terhapus dari ingatannya," Dokter menjelaskan.

Seluruh keluarga menghela napas perih, itu artinya Farhan tidak akan mengingat Fita kekasihnya yang amat dicintainya.

Di ruangan lain, Fita yang juga dilarikan ke rumah sakit yang sama, mengalami hal serupa dengan Farhan. Fita pun mengalami Amnesia Anterograde, yang dapat dipastikan tidak akan mengingat sosok kekasihnya, Farhan.

Keesokan harinya, sepulang kuliah, ketiga kawan Farhan dan Fita; Aldi, Dinda dan Zein, datang menjenguk. Mereka cukup kaget mendengar kecelakaan yag menimpa dua teman mereka. Tapi sayang, hanya Aldi yang dapat diingat Farhan. Sementara Fita, sama sekali tidak mengenali ketiganya.     




Fita untuk FarhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang