Hari pertama Farhan bekerja di kantor cabang Palembang, berjalan dengan baik. Meski ada beberapa kendala, ia masih bisa mengatasinya.
Sepulang kantor, Farhan mengajak Aldi ke sebuah kafe untuk bersantai sejenak, dan karena sejak kemarin ada yang ingin ia bicarakan kepada sahabatnya itu.
"Kenapa, nih, lo ngajak gue ke sini?" tanya Aldi setelah meminum jus mangga yang dipesannya beberapa menit yang lalu
"Hmm ... ada yang ingin gue tanyain nih, sama lo," sahut Farhan sambil meminum jus jeruknya
"Ya, udah tanyain aja."
"Tapi gue harap lo jawab dengan jujur, ya."
Aldi pun melihat wajahnya yang serius kepadannya.
"Baiklah, Sob, gue akan jawab pertanyaan lo dengan jujur. Memangnya lo mau nanya apa, sih? Penasaran gue,"
"Lo pernah bilang kan, ke gue apa gue pernah melihat Fita sebelumnya?"
Aldi terkatup kaget dengan pertanyaan Farhan. Ia tidak menyangka akhirnya sahabatnya itu akan menanyakannya. Ia mencoba untuk setenang mungkin.
"Iya, sob, lo bener, gue pernah bilang itu ke lo. Terus apa yang ingin lo tanyain?"
"Yang ingin gue tanyain sama lo, kenapa lo bertanya seperti itu ke gue? Soalnya kemarin pas gue ketemu sama Fita di apartemenya, Fita juga menanyakan hal yang sama ke gue, yang katanya apa pernah kita bertemu sebelumnya, Han?"
Aldi kembali terkaget, mendengarnya. "Serius lo, Sob, kalau Fita bertanya seperti itu ke lo, kemarin?"
"Iya, Sob, Fita bilang seperti itu ke gue, kemarin. Nah sekarang lo jawab pertanyaan gue yang tadi."
Aldi pun bingung harus menjawab apa, dan sempat terbesit di benaknya untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Farhan, tapi diurungkannya, karena ia tak ingin terjadi apa-apa pada sahabatnya itu.
"Ya, gue cuma iseng aja, Sob, soalnya waktu itu gue lihat lo berdua seperti sudah akrab banget, makanya gue nanya itu ke lo."
Farhan pun memajukan badannya untuk menatap mata sahabatnya itu. "Bener, cuma karena itu, Sob?" desaknya
"Ya, iyalah, masa sih gue bohong sama lo,"
Farhan akhirnya memundurkan badannya hingga menyender di kursi tersebut lalu ia memejamkan matanya.
Gue tahu, Sob, lo sedang berbohong, dan gue yakin lo pasti punya alasan kenapa lo membohongi gue.
Ia kembali membuka matanya. "Hmm ... gue coba buat percaya sama lo. Ya udah, Sob, yuk, balik ke flat, udah capek badan gue pengen istirahat."
Aldi hanya mengangguk menurut. Maafin, gue, Sob.
Keduanya pun kembali ke flat masing-masing.
*****
Hujan turun cukup deras keesokan harinya, membuat banyak orang enggan untuk keluar rumah dengan cuaca dingin seperti ini. Tapi tidak untuk Farhan, Aldi dan juga Shiren yang harus tetap pergi ke kantor untuk menjalankan kewajiban mereka selama di kota ini.
"Akhirnya kelar juga," Farhan menghela napas lega. "Pekerjaan yang sangat padat hari ini bisa kita selesaikan dengan baik."
"Iya," Shiren mengangguk lega. "Mhmm, gimana kalau kita makan malam dulu bareng? Tapi sepertinya kita beli dulu makanan khas Palembang karena tidak akan lengkap rasanya jika belum ditemani pempek dan teman-temannya.
"Boleh," Farhan mengangguk setuju. Hari ini ia dalam mood yang bagus dan penuh semangat, meski masih ada yang mengganjal di benaknya tentang hubungannya dengan Fita. Tapi ia yakin seiring berjalannya waktu ia akan menemukan jawabanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fita untuk Farhan
Fiksi UmumSebuah kisah tentang dua insan manusia yang saling mencintai tapi mengalami ujian yang berat ketika keduanya sama-sama terkena Amnesia Anterograde, setelah sebuah tragedi hebat menimpa keduanya...