Dua Belas

82 38 14
                                    

Satu minggu berlalu sejak Fita meninggalkan Farhan di taman itu, satu minggu itu juga pikiran Farhan menjadi tak menentu dan tidak ada semangat dalam beraktivitas. Ia masih mencintai Fita, dan tidak ingin hubungannya dengan Fita berakhir begitu saja.

"Sob, lo kenapa sih, gue perhatiin selama hampir satu minggu ini, lo kayak nggak ada semangat gitu, kayak mayat hidup tau, gak, sih, lo?" tanya Aldi saat berada di teras flat Farhan, menikmati udara malam.

"Gue nggak kenapa-kenapa, Sob."

"Nggak kenapa-kenapa, gimana, lihat tuh, muka lo, kusut kayak gitu nggak enak banget lihatnya. Coba deh, lo, bercermin sana, kalau lo nggak percaya."

Farhan tak menyahutnya.

Aldi terdiam melihatnya. Ia sebenarnya tahu, sejak seminggu lalu, sahabatnya itu sedang ada masalah. Aldi sengaja tidak menanyakannya, dan menunggu Farhan yang akan bercerita. Tapi setelah seminggu berlalu, Farhan tidak juga menceritakan padanya. Akhirnya Aldi pun mencoba untuk menanyakannya.

"Oh ya, ngomong-ngomong, Fita mana ya? Kok, akhir-akhir ini gue jarang banget lihat Fita? Malah belum ketemu dia lagi seminggu ini?" Aldi mencoba mengalihkannya, tapi kemudian tersadar sesuatu. Apa ini semua ada hubungannya dengan Fita? Kemungkinan besar, iya, nih.

"Han, apa masalahmu itu tentang Fita?" Tanya Aldi akhirnya  

Farhan pun menoleh kepadanya. Namun hanya sesaat, kemudian kembali melihat langit lepas lagi.

"Lo kenapa nggak cerita sih, sama gue, kalau lo lagi berantem sama Fita? Siapa tahu gue bisa bantu...," Aldi masih berucap sendiri

"Bukan cuma itu masalahnya, Al," Farhan akhirnya membuka suara juga.

"Terus apa lagi masalahnya?"

"Gue udah putus sama Fita," ucap Farhan lirih.

"Huh!?" Aldi terkaget mendengarnya. "Apa, Sob, lo putus sama Fita?" Memastikan kembali pendegarannya. "Kenapa lo nggak cerita, sih?" Kali ini bernada sedikit kesal.

"Memangnya akan ada yang berubah, kalau gue cerita ke lo Al?" Farhan berbalik tanya

Aldi terdiam membenarkannya. Ia mencoba membaca wajah sendu sahabatnya. Ia tahu, Farhan masih sangat mencintai Fita.

"Lo masih sayang, kan, sama Fita?"

Farhan mengangguk lirih.

"Oke, sekarang gini aja, coba lo ceritakan ke gue, gimana lo bisa putus sama Fita? Dan gue akan coba bantu cari solusinya," ucap Aldi.

Farhan pun menceritakan semuanya pada Aldi.

Aldi mendengarkan dengan seksama, dan sampai pada kesimpulan, Ini pasti ulahnya Shiren dan Kevin.

Shiren mendengarkan percakapan Farhan dan Aldi, saat dirinya masuk ke dalam flat Farhan. Kebetulan pintu depan agak terbuka sedikit, sehingga ia menyelinap masuk tanpa diketahui si empunya flat.

Shiren masih terdiam mendengar semua curahan hati Farhan kepada Aldi. Ya, akhirnya Farhan dan Fita putus, sesuai yang direncanakannya. Tapi mengapa ia merasa sedih melihat seperti ini? Sebersit sesal di hati, ia sampai tega melakukan ini kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.

*****

"Ini semua ulah lo, kan!?" serang Aldi langsung kepada Shiren, keesokan harinya.

Shiren terkaget dengan serangan Aldi. Ia mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan. "Ulah apaan sih, Al? Nggak ngerti gue, maksud lo?"

"Lo, kan, yang bikin rencana untuk misahin Farhan sama Fita?" tuduh Aldi

Shiren tidak begitu terkejut dengan tuduhan Aldi. Setelah semalam ia mendengar curahan hati Farhan kepada Aldi, tentu Aldi akan langsung menuduhnya. Tapi ia tidak mau ketahuan begitu saja.

Fita untuk FarhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang