Empat Belas

92 35 10
                                    

Fita semakin sering mengajak Farhan ke berbagai tempat yang biasa dikunjungi oleh sepasang kekasih. Jujur, Farhan sedikit terheran dengan yang dilakukan kekasihnya itu. Bukan tidak suka, hanya, sejak mereka bersama, baru sekali ini Fita melakukannya.

"Sob, gue mau bilang sesuatu nih sama, lo," kata Farhan pada Aldi ketika berada di flat sahabatnya itu

"Lo mau bilang apaan sih, Sob? kayaknya penting banget, nih?"

"Hmm ... gue mau bilang, kalau sikapnya Fita akhir-akhir ini aneh banget."

Aldi mengerutkan kening, terheran. "Aneh gimana, maksud lo?"

"Maksud gue, aneh kayak gini, Sob, kenapa ya, Fita akhir-akhir ini lebih sering ngajak gue ke suatu tempat yang indah banget bagi sepasang kekasih?"

Aldi terdiam mendengarnya. Sebenarnya wajar, jika Fita mengajak Farhan ke tempat-tempat tersebut, agar Farhan bisa mengingat Fita kembali sebagai seseorang yang sangat istimewa di hati Farhan.

"Terus masalahnya dimana?" Aldi berbalik tanya

"Masalahnya, Fita ini nggak seperti biasanya. Karena selama aku menjadi kekasihnya Fita, baru kali ini ia bersikap seperti ini padaku."

"Bukannya malah bagus ya, Sob, kalau Fita ngajak lo ke suatu tempat yang indah seperti itu, jadi kalian berdua bisa menghabiskan waktu bersama di tempat yang indah itu sebagai sepasang kekasih."

"Iya, Sob, gue juga tahu kalau itu hal yang bagus untuk kami berdua, tapi masalahnya ini nggak seperti biasanya, Sob. Karena seperti yang aku bilang tadi, Fita baru kali ini ia melakukan hal ini padaku."

"Udah, Sob, nggak usah dipikirkan yang kayak begini,  aku yakin kok, Fita melakukannya pasti tujuannya baik, so nggak usah dipikirin lagi, ok?"       

"Bener juga sih, apa kata, lo. Ya udahlah, kalau gitu gue nggak akan mikirin ini lagi," sahut Farhan seraya berdiri untuk keluar dar flat Aldi

"Eh, mau kemana, lo, Sob? Mau balik ke flat, lo, ya?" 

"Nggak, Sob, gue mau keluar menghirup udara segar sore hari, sumpek gue di flat melulu. Oh ya, mau ikut nggak, lo?"

"Kayaknya nggak, deh, Sob, soalnya gue capek banget nih, pengen istirahat. Memangnya, lo nggak capek apa?"

"Capek, sih, tapi gue keluar bentar aja mau menghirup udara segar. Tahu sendiri kan, kalau di Jakarta, mana bisa kita dapet udara segar sore hari, macet dan penuh polusi!"

"Ya udah, kalau gitu hati-hati ya, Sob."

"Siippp."

Setelah itu Farhan keluar dari flat untuk berjakan kaki di sekitar flat, sambil menghirup udara segar sore hari. Ia butuh menenangkan pikirannya, memikirkan tentang Fita.

Sebenarnya apa sih yang terjadi padamu, Fit? Apa mungkin, dia mengajak aku ke tempat-tempat indah seperti itu karena Fita ingin aku melakukan hal yang romantis padanya? Farhan penuh tanda tanya

"Ah, sepertinya memang begitu," Farhan mengangguk sendiri, dan melanjutkan langkah kakinya.

Ia pun melewati sebuah lapangan bola dengan anak-anak yang sedang bermain bola di sana.

Begitu tenggelamnya ia dalam pikirannya, Farhan tak menyadari sebuah bola melayang ke arahnya.

DUK! Bola tepat mengenai kepalanya.

Pusing dan sakit yang Farhan rasakan setelah itu. Farhan memegang kepalanya dengan memejamkan matanya. Ia tak mendengar anak-anak di sekelilingnya berteriak minta maaf. Rasa sakit itu berlanjut kepada munculnya beberapa adegan di kepalanya seperti sebuah film yang sedang diputar.

Fita untuk FarhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang