Siang cukup terik hari ini. Dirinya lebih memilih berlabuh di sebuah cafe di samping universitas. Duduk sambil memainkan ponselnya. Sesekali mengawasi sekelilingnya. Dari semua yang duduk di dalam cafe yang sejuk ini, hingga kaca jendela disebelahnya. Berkata 'amin' jika dirinya tidak terbentur kaca jendela.Senyum samar kadang menghiasi wajahnya. Senang campur rasa bangga bisa membantu sosok gadis yang ia sukai. Membaca riwayat obrolan angkatan SMAnya di grup.
"Sabtu nonton yuk," ketik Adeline dalam grup itu.
Manuel sempat membalas sebagai orang pertama.
"Emang usaha lo nyari duit berhasil?""Berhasil Nic. Makasihh yaa.."
"Laku keras nih kemarin minggu,""Baguslah," kirim Manuel diselingi stiker jempol.
"Mantap lah Nic."
"Haha," tawa Manuel pada ketikannya yang baru ia kirim sekarang.
Manuel mengalihkan pandangannya. Ah senangnya bisa membantu dia. Gue harap dia punya rasa tertarik buat suka sama gue...
Ponsel berdering lagi. Manuel dengan kecepatan cahaya langsung menatap ponselnya.
"Serius neh gak ada yang mau nonton sama gue?" tanya Adeline lagi di grup.
Manuel mengabaikannya. Ingin sekali menonton bersamanya, tapi kalau menanggapinya, bisa dikondisikan dengan sebutan "modus" dengan sahabat lainnya di grup.
"Ini mas pesanannya," datang seorang waitress."Oh ya." Manuel meraba kantong celananya, dan terdapat selembar uang dua ribu agak lecek, tapi ia tetap memberikannya. "Ini tipnya."
Waitress itu mengambil tipnya. "Terima kasih," dan meninggalkan Manuel bersama nasi gorengnya dengan topping telur mata sapi, taburan bawang dan kerupuk yang mengunggah selera. Disertai dengan minuman jus jeruk. Sebuah kenikmatan surga ditengah siang bolong.
Ia lalu memegang sendok, dan hendak mencicipi masakan yang cukup khas di Indonesia ini. Tapi tangannya gagal meraih sendok itu dengan deringan ponselnya. Dan ia beralasan membukanya, jikalau ada urusan penting.
"Eh temenin gue dong, masa gue sendirian nonton." gerutu Adeline dalam grup.
Manuel -tidak meninggalkan tatapannya pada ponsel- kembali meraih sendok, lalu mengaduk bawang goreng pada nasi goreng yang ia beli.
Kali ini apa yang digerutukan Adeline ditanggapi teman-teman yang paling dekat dengan dirinya saat SMA. Tentu perempuan.
"Gue gak bisa Line. Kakak gue nih nikahan,"
"Yah gue ada acara keluarga,"Manuel tetap membiarkannya. Ia mematikan ponselnya dan mengaduk rata bawang goreng. Setelah rata, ia mengambil sesuap dan menerbangkan sendoknya ke mulut.
Ponselnya berdering ~ kedua kalinya. Kedua kali pula ia membatalkan suapannya ke mulut.
"Yah masa gak ada yang mau nonton dah. Banyak film seru-seru nih," Adeline terus menggerutu.
Manuel melepas sendoknya, dan kali ini kedua tangannya memegang ponsel.
"Mungkin sibuk kali,"
Read by 1. Hanya itu yang dilihat Manuel. Jarinya lalu mengeluarkan aplikasi pesan singkat, dan menjadikan tampilan ponselnya beranda menu.Manuel membiarkannya hingga layarnya mati sendiri. Kini ia mempedulikan nasi gorengnya yang mulai kehilangan kehangatannya. Inilah dirinya, bisa saja bermain ponsel sambil makan, tetapi sejak kecil ia diajarkan orangtuanya agar tidak memainkan sesuatu sambil makan. Keep eating first!

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Cinta Tapi Malu
RomanceMencintai sahabat SMA tetapi malu diungkapkannya sampai ia berkuliah. Pengalaman yang dialami pemuda kuliah bernama Manuel. Nama Adeline selalu terbayang saat ia duduk di jenjang bangku SMA. Tetapi dirinya yang malu, memaksanya memendam kata hatiny...