Page #5 - First Dates

12 0 0
                                    


  Keramaian kota ini membawa khas sendiri pada penghuninya...

  Sang fajar telah bersembunyi dibalik ufuk barat. Sebuah mobil yang panas mesinnya, kala digunakan pemiliknya mengantar rangkaian bunga. Mobil itu berderu halus, tidak seperti truk bulldozer.

  Pemiliknya bernafas lega. Bukan karena deru mobilnya yang tak bising, melainkan dengan pekerjaannya, yang seluruhnya telah selesai. Ah kuingin lelap ditengah tidur nyenyak nanti malam...

  Ia lalu memandang seseorang disampingnya. Jari telunjuknya sibuk mengusap-usap layar ponselnya. Cahaya ponsel menyinari wajahnya yang cantik. Instagram, sosial media yang populer di kalangan remaja itu, ia mainkan.

  "Vi, gue anter pulang lo langsung ya?"

  Seseorang itu menggeleng. "Jangan ah, gue masih  mau lama-lama sama lo," tatapnya sambil tersenyum.
"Cari makan yuk Noel, gak masalah kan?"

  Manuel menggeleng. "Ayolah."

 
  Sebuah cafe bernuansa modern tak jauh dari situ. Menarik mata untuk mengunjunginya. Tak terkecuali sepasang anak kuliahan ini. Tanpa perlu berdiskusi panjang, sebuah mobil terparkir di depannya, diantara rentetan mobil lain yang tertarik dengan cafe ini.

  "Gue rasa juga ini pas. Gak selalu makanan fast food melulu," celoteh Manuel sambil melepas sabuk pengaman.

  "Hehe. Memang kenapa Noel?"

  Manuel menatap tubuh Viletta. "Lo gak mau gendut kan?"

  Viletta menggeleng cukup cepat.

  "Kalo kafe begini ya gue rasa, ada makanan yang sehat aja. Daripada KFC atau semacamnya," tatap Manuel akan pelang kafe. "Ayolah,masa berbincang di mobil melulu,"

  Ia lalu keluar dari mobil, diikuti gadis disampingnya. Tangannya langsung mengamankan mobilnya dengan remot ditangannya. Lalu masuk ke kafe tersebut.

  Kafe, di waktu-waktu menjelang malam. Ramai, tentu. Tetapi setidaknya mereka mendapatkan sebuah meja, meski sedikit menyudut.

  Viletta langsung menarik kursi, lalu duduk. Tak jauh dengan dirinya, turut duduk. Gadis itu langsung mengeluarkan ponsel dan memainkannya. Tak ayal, memang orang milenial seperti ini.

  Waitress tak lama kemudian datang, membawakan daftar menu. Manuel langsung meraihnya, dan memilih sesuai kemauan yang ia inginkan.

  "Vil, sup jagung mau?" bicaranya pada Viletta tanpa memandangnya.

  "Tidak ada pilihan lainkah?"

  Manuel kembali mengeja daftar menu. "Sup jagung kan enak Vil. Coba aja,"

  "Oke deh."

  "Dua ya mbak, sup jagung dan nasi."

  "Minumannya kakak?" potong waitress sambil menulis menu yang diinginkan mereka.

  "Jus jeruk aja dua. Jangan masam ya mbak," potong lagi Viletta. "Ada kan?"

  Waitress itu kembali menulis. Sementara Manuel memandang Viletta, tanpa lagi gadis itu bertanya apa minuman yang ia inginkan.

  "Oke. Jadi dua sup jagung, dua piring nasi, dan dua jus jeruk." ulangi waitress itu, sebelum menyobek bon dan menempelkannya di meja.

  Viletta menggangguk sambil menjawab. "Oke mbak."

  Waitress itu meninggalkan meja, tak ketinggalan secarik kertas bon warna kuning menempel.

  "Vil," panggil Manuel.
  "Ya?" tatap Viletta selepas tatapan ponselnya.
  "Kenapa jus jeruk?" tanyanya heran.

Aku Cinta Tapi MaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang