Ketika kau berpikir semuanya mulai berjalan seperti yang diinginkan, bahwa semua harapan yang sudah kau pupuk akan tumbuh jadi sesuatu yang manis.
Well, seseorang harus menghentikan semua omong kosong itu.
Hidup tidak pernah sebrengsek ini padaku.
Rasa perih di punggungku bukanlah apa-apa saat kutatap matanya yang berkaca-kaca, mulutnya yang mungil tersenyum dalam pucat. Kusentuh wajahnya, perasaan menjengkelkan itu menelusup lagi, perasaan seperti ‘ini yang terakhir’.
“Kau akan baik-baik saja,” suaranya bergetar, pecah di akhir kalimatnya yang menyedihkan.
Kutarik dirinya, tidak perduli betapa kasarnya aku saat ini. Dekapanku lemah, rasanya benar-benar putus asa. Tubuhnya yang penuh darah teman-temanku, darahku dan darahnya, yang coba kulindungi dalam rentang lenganku yang gemetar.
Aroma tubuhnya yang masih bisa kuhirup lagi-lagi membawa perasaan menjengkelkan yang sudah melingkupiku daritadi.
“Jangan,” rengekku, memohon.
Jika aku bisa melakukan apapun untuk mencegahnya, apapun itu. Tapi bahkan jika aku membunuh diriku sendiri, takdir itu tak terbantahkan.
Di bawah terangnya rembulan, hembusan angin yang dingin dan bau amis. Di kelilingi tubuh teman dan musuh kami, harapan kecil itu menatapku. Lembut bibirnya membawaku ke dalam liang kesedihan yang sangat, bendungan itu pecah berurai seperti hatiku.
Menatap wanita itu berjalan menjauh dariku adalah salah satu hal paling menyakitkan yang pernah terjadi sepanjang hidupku. Hidupku yang tak berarti apapun tanpanya. Langkah kakinya terlihat mantap, menerjang si brengsek yang mentertawakan kami dalam naungan sinar rembulan.
Senyumku tertarik, menatapnya yang menatapku balik. “Mati kau bajingan!”
Jeritanku lantang, menyayat bahkan bagi telingaku sendiri. Saat itu aku tahu, semuanya telah berakhir.
***Foxyslady, 4 Juni 2017***
[Terimakasih buat yg masih setia sama DB. Para pembaca setiaku, i love you! Sampai jumpa di chapt selanjutnya, ciao!]
KAMU SEDANG MEMBACA
[TD-2] Destiny Blood (Sudah Terbit)
Paranormal[Beberapa part di private!] Apa yang harus dilakukan Emily jika ia dihadapkan pada satu kenyataan yang akan menghancurkan dirinya? Ketika dia harus melakukan sesuatu yang dianggapnya mulia. Takdirnya. Apa yang harus dilakukan Aldo saat dia tahu wani...