Bab 11-Keputusan

7.4K 694 116
                                    

Kepalaku terasa amat pening, penglihatanku berkunang dan berputar. Ada rasa sakit yang berdenyut di pelipisku, seperti habis dipukuli. Untuk sesaat aku kehilangan kemampuan untuk mengenali sekelilingku, semuanya masih nampak kabur. Seperti baru saja tenggelam dan diselematkan, tidak sepenuhnya sadar apa aku masih hidup atau sudah mati.

Setelah beberapa menit, kesadaranku berangsur-angsur pulih. Aku mulai bisa mengenali situasi disekelilingku, namun tak yakin apa yang kulihat ini nyata. Aku berada disebuah ruangan yang hampir gelap, hanya cahaya dari senter redup yang menjadi sumber pencahayaan. Aku tak bisa menemukan alasan yang jelas kenapa mereka tidak menyalakan lampu saja. Cahaya-cahaya itu menyorot kearahku, hampir menyilaukan. Lantai yang kududuki terasa begitu dingin, menembus celana denim yang kukenakan. Ruangannya sangat pengap, aroma darah bercampur keringat memadatinya.

Tiga orang yang memegang senter ditangannya, tidak ada satupun yang kukenali. Didalam keremangan mereka bertiga berdiri cukup jauh dariku, menempel di dinding pojok ruangan. Mereka tidak kelihatan mengancam tapi kelihatan takut. Wajah mereka tertutup bayang-bayang, sulit melihat wajah dan ekspresi mereka.

Di sisi kananku, Aldo berdiri. Aku langsung mengenalinya dari postur tubuh dan cara berdirinya. Lagi-lagi aku kesulitan untuk melihat wajahnya, disini terlalu gelap. Tapi aku melihat sesuatu yang ganjil, Aldo bukan hanya sekedar berdiri disitu. Dia menggenggam ujung sebuah tali ditangannya. Mataku menyusuri tali itu dan berakhir di pergelangan tanganku.

Sebuah teror terpampang dihadapanku, kengerian seketika melanda. Kepalaku berputar cepat untuk melihat keadaan sekeliling. Seseorang lainnya melakukan hal yang sama seperti yang Aldo lakukan. Saat kugerakan kedua tanganku, barulah kusadari tanganku terikat dengan Aldo memegangi salah satu talinya.

“Apa yang kalian lakukan?” tanyaku dengan penuh kengerian.

Satu-satunya yang terbersit di kepalaku saat ini adalah, aku akan disiksa, disembelih lalu dikorbankan pada iblis.

“Emily, tenanglah.”

Suara perempuan yang tidak kukenali membuatku terkejut setengah mati. Sosoknya tidak bisa kulihat, namun saat dia menyentuh pipiku aku tahu dia berdiri dibelakangku.

“Lepaskan aku!” jeritku.

Aku meronta-ronta persis seperti orang kesetanan. Kutarik tanganku tapi ikatan talinya begitu kuat sampai pergelangan tanganku terasa perih. Otakku penuh dengan gambaran-gambaran mengerikan yang mungkin akan terjadi, membuatku tidak bisa berpikir. Aku hanya memohon sambil menangis, meraung minta dilepaskan. Mereka sama sekali tidak menanggapiku, bahkan Aldo.

“Fenny, tolonglah.” Kata perempuan yang berdiri dibelakangku.

Sedetik kemudian perasaanku berubah, semua rasa takut itu lenyap seketika. Aku merasa sangat damai dan tentram, semua bebanku seperti menghilang. Tidak ada rasa sedih, frustasi atau apapun perasaan negatif. Perasaan bahagia memenuhiku, membuncah didalam tubuhku. Kenapa aku ini? Seperti inikah yang disebut kelainan bipolar?

“Herlan, sekarang!” Lagi-lagi kata perempuan dibelakangku, suaranya begitu mendesak seakan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi sebentar lagi.

Salah seorang yang memegang senter berjalan mendekatiku setelah memberikan senternya pada teman yang berdiri disebelahnya. Saat dia berdiri tepat dihadapanku, aku mendongak untuk melihat wajahnya. Matanya tertutupi bayang-bayang namun kubisa melihat bibirnya yang tipis, tidak ada senyum disana. Tangannya yang kurus dan berwarna coklat gelap terulur, jari-jarinya memegangi kepalaku dengan lembut. Tidak ada perasaan ingin melawan sama sekali, aku hanya diam. 

“Semoga ini berhasil,” kata pria bernama Herlan ini dengan lirih, lebih pada dirinya sendiri.

Awalnya tidak ada yang terjadi, dia hanya terus memegangi kepalaku dan diam dihadapanku. Namun perlahan potongan-potongan gambar muncul dikepalaku, berkelebat secara acak. Mataku memejam berusaha fokus dengan satu gambar namun sulit sampai membuatku gemas. Kugertakan gigiku saat cuplikan episode singkat muncul, tentang Lily.

[TD-2] Destiny Blood (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang