Chapter 10

16.6K 1.4K 33
                                    

Ratu Sara masih terlarut dengan kesenanganya, karena dia yakin Naruto kali ini akan tidak akan selamat. Tanpa diketahui oleh dirinya, ada seseorang yang selalu mengawasi tindak tanduknya.
"Tidak akan kubiarkan kau melukai putri kami "
"Konan! Ambilkan arak terbaik, Dan Tayuya ambilkan aku makanan. Ha~h memikirkan rencana ini membuatku lapar "
"Baik Yang Mulia "
Di saat Sara sedang minum minum dan berpesta sendiri seakan rencananya akan berhasil.

Keluar seorang dayang memakai jubah hitam menutupi identitasnya, menuju kediaman Naruto. Pelayan itu memperhatikan bros berbentuk bunga mata hari kepada penjaga kediaman Naruto agar bisa masuk. Naruto memang memberikan sebuah bros pada masing masing orang orangnya sebagai penanda agar apabila ada penyusup akan segera tertangkap. Dan tidak sembarang orang dang bisa memilikinya, orang itu akan diseleksi oleh Naruto sendiri.

Dayang itu memasuki kamar Naruto dan langsung memberi hormat padanya.
"Apa ada berita baru? "
"Ya Tuan Putri "
"Bukankah sudah kubilang, bila ada disini tidak ada seorangpun yang boleh memanggilku dengan sebutan itu! " ucap Naruto dengan suara tajam
"Maafkan saya " ucap pelayan itu.
Naruto menghampirinya, dan masih memandangnya dengan tatapan tajam. Naruto mensejajarkan tubuhnya dengan pelayan itu, lalu tiba tiba.
"Grep " Naruto memeluknya dengan hangat.
"Bukankah sudah kubilang, panggil aku Naru saja bila tidak ada orang lain. Bukankah kita semua keluarga, dalam keluarga tidak ada yang namanya tuan putri dan pelayan. Bukankah begitu?"
Ucapan Naruto itu membuat pelayan yang dipeluknya serta pelayan yang berada diluar  merasa senang dan bersyukur karena mendapatkan tuan seperti Naruto. Yang tidak pernah memandang mereka dengan sebelah mata. Naruto menganggap mereka semua adalah sebuah keluarga besar. Bahkan Naruto tidak keberatan untuk makan satu meja dengan para pelayanya. Sikap itulah membuat semua pelayanya loyal terhadap Naruto.

Naruto melepaskan pelukanya dan membawa pelayan itu kekursi santainya.
"Jadi ada berita apa Nee-can? "
"Rencana Ratu Sara di percepat "
"Kapan? "
"Saat semua tamu akan pergi, saat semua orang sedang terfokus untuk menyiapkan keberangkatan para tamu, sehingga penjagaan akan berkurang. Saat itulah Ratu Sara akan memulai rencananya "
Naruto terdiam setelah mendengar laporan darinya.
"Lalu... apa yang akan kita lakukan "

"Hmmm, terus awasi dia dan panggil kedua Onii-can ku "
"Akan kulakukan Naru "
"Apa Nee-can sudah mendapatkan orang yang bersedia menjadi saksi pembunuhan ibuku "
"Itu masih bulum Naru, mereka masih telalu takut untuk buka mulut "
"Terus bujuk bujuk mereka, tanpa adanya saksi dan bukti maka kejahatan Ratu Sara tidak akan pernah terbongkar "
"Tapi bukankah kita sudah memiliki bukti? "
"Itu saja belum cukup, dia pasti akan menyangkal dengan berbagai alasan. Dia terlalu licik. Kita harus memiliki bukti yang kuat untuk menjeratnya "
"Aku mengerti, ah! Sebaiknya Nee-can segera kembali. Takutnya Ratu Sara akan curiga padaku, bila aku tidak berada disampingnya saat dia bangun nanti "
"Ha~h padahal aku masih kangen Nee-can, sudah lama kita tidak berbicara " Naruto mengeluh.
"Kau bersabar saja, saat Ratu Sara hancur. Kita tidak perlu lagi untuk pura pura tidak kenal"
"Kau benar Nee-can "
"Kalau begitu aku pamit undur diri "
Saat pelayan itu bangkit
"Nee-can! "
"Ya? "
"Hati hati, jangan sampai mati "
"Mmm "
Pelayan itupun pergi, kembali lagi kewilayah musuh.
"Ayame! " kata Naruto dengan suara tegasnya. Kalau Naruto sudah memanggil pelayanya tanpa embel embel dan memakai suara tegas. Maka Naruto sedang dalam keadaan serius.
"Ya, Naru "
"Siapkan pengawal untuk kejadian tidak terduga nanti "
"Ya! Akan saya laksanakan "
Ayame pun pergi untuk melaksan perintah Naruto.
"Akhirnya kau bergerak juga Ratu Sara. Ini yang sudah lama kunantikan " Naruto mengeluarkan seringainya

Keesokan harinya

Naruto mengirimkan pesan rahasia pada Ino melalui pelayan kepercayaanya.

Saat ini Naruto sedang menunggu Ino di tempat rahasia mereka.
"Kau sudah datang " ucap Ino, membangunkan Naruto dari lamunanya.
"Ah ya "
"Kenapa? Apa kau sedang ada masalah? "
"Ino, itu.... " ucap Naruto ragu
"Apa sudah waktunya? " tanya Ino dengan wajah sendu, seakan sudah mengerti apa yang akan dibicarakan Naruto.
"Ya "
"Kapan? "
"Saat tamu undangan akan pergi"
"Oh.. "
Setelah hening yang menyesakkan.
"Maaf " ucap Naruto
"Tidak apa apa, kalau dibiarkan malah akan semakin banyak korban " ucap Ino dan tanpa sadar air matanya keluar. Ino segera mengusap kasar air matanya, tapi tidak mau berhenti.

Naruto yang melihat Ino menangis segera mendekat dan memeluk Ino untuk menenagkanya. Naruto tidak punya pilihan lain, Ratu Sara sudah tidak punya niatan untuk berubah. Malahan semakin hari semakin menjadi kekejamanya. Sara akan terus menggunakan kekuasaanya untuk kepentinganya sendiri, tanpa memikirkan orang lain. Sadar atau tidak sadar, perbuatanya itu akan menyengsarakan banyak orang. Sudah bayak korban dari kekejaman Ratu Sara. Contoh yang paling dekat adalah Ratu Kushina dulu yang harus merenggang nyawa karena keserakahan serta keegoisan seorang Sara. Sara tidak ingin orang lain lebih darinya dalam hal apapun. Dari soal kekayaan maupun kedudukan. Maka dari itu kekejaman Ratu Sara harus dihentikan.

Sedangkan Ino, walaupun tau tentang kejahatan Ratu Sara dan menentang kelakuanya itu. Tetapi Ino tidak bisa menutup mata soal Ratu Sara adalah Ibunya. Ibu yang mengandungnya selama sembilan bulan, yang susah payah melahirkanya dan mengurusnya sampai sebesar ini, walaupun Ino tau bahwa dirinya dijadikan alat untuk menambah kekuasaanya. Ino masih memiliki perasaan sayang padanya. Sekarang Ino dalam dilema, menyelamatkan ibunya dengan taruhan semakin banyak yang menderita karenanya atau memilih teman serta saudaranya yang selalu ada disampingnya pada saat apapun dengan taruhan dia akan kehilangan sosok seorang ibu.

Ino melihat kearah Naruto yang ikut menangis bersamanya. Dia juga kehilangan seorang ibu sejak kecil karena keegoisan ibunya. Bukankah menghukum Ratu Sara adalah harga yang setimpal untuk penderitaanya. Bila Naruto sanggup melanjutkan hidup walaupun tanpa seorang ibunya, maka dirinya juga bisa sanggup. Apa lagi Ino memiliki Naruto, Kurama serta Kaisar disisinya. Lagi pula ini untuk kebaikan semua orang, keadilan memang harus ditegakkan.

Ino sudah memantapkan hatinya untuk mendukung Naruto.
"Naruto! Ayo kita lakukan " kata Ino yakin.
"Tapi bagai mana denganmu "
"Kau tidak usah memikirkanku. Walaupun aku sedih, tapi kesedihanku tidak bisa menyamai kesedihan orang orang yang sudah ibuku berikan"
"Baiklah! Ayo kita lakukan "
Akhirnya kebimbangan Naruto sudah hilang karena jawaban serta keteguhan yang diperlihatkan oleh Ino.
"Kalau begitu... bisakah kau membantuku? "
"Bantuan apa yang kamu butuhkan? "
"Tolong bujuk pelayan yang bisa menjadi saksi pembunuhan ibuku. Tapi kalau itu berat untukmu, kau tidak usah melakukanya " ucap Naruto buru buru menambahkan.
"Tentu aku akan melakukanya "
"Trimakasih "
"Tidak masalah "

"Oh'ya! "
"Apa? " tanya Ino heran
"Bagai mana kelanjutan hubunganmu dengan Pangeran Gaara? " tiba tiba wajah Ino bersemu merah. Melihat reaksi Ino membuat Naruto penasaran.
"Apa? Apa? Apa? Jangan membuatku penasaran "
"Itu... Pangeran Gaara melamarku "
"Benarkah? "
"Iya, dan sekarang Pangeran Gaara sedang bertemu dengan Otou-sama untuk melamarku. Dia bilang setelah sampai dikerajaanya dia akan segera kembali bersama orang tuanya untuk melakukan lamaran resmi "
"Wah. Kupikir dia pendiam, tapi dia ternyata orang yang agresif "
"Ya! Apa maksud perkataanmu itu! "
"Tidak ada " jawab Naruto cepat, takut Ino mengamuk.
Ino memicingkan matanya, curiga. Tapi langsung merubahnya jadi pandangan jail.
"kalau begitu, bagai mana dengan Pangeran Sasuke " tanya Ino sambil menaik turunkan alisnya.
"Memang ada apa denganya? "
"Sepertinya dia tertarik padamu"
"Ti.tidak mungkin! " entah kenapa Naruto menjadi gugup karenanya.
"Aku bicara yang sebenarnya "
"Dari mana kau tau? "
"Insting. Instingku tidak pernah salah kalau soal lelaki "
"Bisa saja instingmu itu salah. Sudahlah aku mau pergi, masih banyak urusan "
"Tapi.."
"Dah~ " pamit Naruto cepat cepat, tidak ingin mendengar perkataan Ino tentang Sasuke lagi.

TBC

My New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang