Chapter 12

16.1K 1.4K 123
                                        

Naruto kembali ke kediamanya dengan perasaan kalut. Bila dulu saat memikirkan rencana ini, dia tidak memiliki perasaan takut untuk mati karena tugasnya hanya melindungi Kaisar serta Putra Mahkota dari Ratu Sara. Tapi kini, Naruto tidak ingin mati. Naruto ingin merasakan hidup bersama orang yang dicintainya. Kesempatan hidup untuk misi kali ini sangatlah kecil. Tapi janji tetaplah janji, Naruto akan terus maju. Tidak ada lagi jalan untuk mundur. Tidak ada kesempatan kedua dalam misi. Sekali gagal, itu tetap saja adalah kegagalan. Itu yang Naruto pelajari dalam militer.

Semua pelayan sudah menantinya di depan kamarnya. Mereka menanti Naruto dengan perasaan cemas.
"Naruto tolong biarkan saya menemani anda disini " kata pengasuhnya sedari kecil. Usianya sudah tua, Naruto tidak mungkin melibatkan dia dalam misinya.
"Tidak, nenek hanya akan menjadi penghambat. Aku memerlukan orang yang lebih muda dan kuat untuk melakukan rencana ini " ucap Naruto tegas. Naruto tau, ucapanya itu akan menyakiti hati pengasuhnya. Tapi hanya ini yang bisa Naruto lakukan untuk mencegahnya.

Dan pengasuh itu hanya bisa memberikan pandangan sedih kearah nonanya yang sudah dia anggap seperti putrinya sendiri. Dia sadar diri, bila dia ikut malah akan menyusahkan nonanya. Dia merasa tidak berguna.

Melihat raut sedihnya, Naruto menghampiri dayang tua itu dan memeluknya.
"Aku memerlukan bantuan nenek, bisakah nenek memenuhinya? " ucap Naruto dengan suara lembut.
"Tentu Naru "
"Kalau begitu pimpin para dayang untuk mempersiap diri nanti untuk mengobati kami "
"Ya! Naru, dayang tua ini akan melaksanakanya "

Naruto melepaskan pelukanya dan berbalik, mulai membagi bagi tugas. Sebenarnya Naruto melatih sendiri para pelayanya sesuai dengan keahlian mereka masing masing untuk mengantisipasi masalah darurat seperti ini. Dibagi dari beberapa kelompok, dari pengobatan, perang dan pertahanan serta strategi. Naruto melatih mereka dengan latihan ala militer, sehingga menghasilkan prajurit yang berkualitas. Walaupun Naruto hanya memiliki sepuluh orang prajurit. Naruto rasa itu sudah cukup kalau tidak ada masalah tidak terduga. Dalam hal pengobatanpun Naruto melatih mereka dengan keras. Naruto memakai cara memainkan psikologi mereka yaitu menggunakan peringkat. Peringkat paling atas mendapatkan hadiah dan paling bawah mendapatkan hukuman. Sehingga mereka akan berlomba lomba menjadi yang terbaik. Sekarang Naruto memiliki lima tabib terbaik, mereka menguasai pengobatan serta racun. Mereka dapat diandalkan. Dan dalam bagian strategi, Naruto memiliki orang luar istana sekaligus bertugas mencari informasi. Sisanya bertugas sebagai mata mata dan penyebar isu. Tentu saja itu Naruto lakukan dengan secara diam diam. Naruto tidak ingin musuh tau kekuatanya sehingga menjadi waspada terhadapnya. Dan Naruto tidak ingin membuat keributan, kebiasaan para mentri yang suka melebih lebih masalah untuk saling menjatuhkan bisa menyusahkanya. Bisa bisa dituduh makar nanti. Lebih baik orang lain menganggapnya seorang Putri yang jail dan anak kesayangan Kaisar, sosok Putri yang polos dan lugu, tidak tau apa apa soal dunia luar. Biarkan hanya orang orang tertentu yang mengetaguinya.

Semua sudah bersiap ditempat masing masing. Para dayang juga telah diungsikan diruang bawah tanah yang dibuat diam diam oleh Naruto beserta para pelayanya, mereka akan keluar pada saat saat darurat saja untuk menolong.

Sekarang sudah tengah malam, Naruto duduk dikursi menunggu dengan tenang sambil memejamkan mata. Terdengar samar samar suara gesekan sepatu dengan dedaunan. Naruto membuka matanya masih dengan santai duduk dikursinya. Beberapa orang berbaju hitam telah berdiri didepanya dengan pedang terhunus kearahnya. Tidak ada raut wajah terkejut ataupun takut diwajahnya. Membuat orang orang berpakaiyan hitam heran dibuatnya. Mereka juga merasa aneh karena tidak menemukan penjaga maupun pelayan dikediaman Naruto. Hanya Naruto sendiri, duduk dengan tenang seakan memang sudah menunggu mereka.

Naruto menghitung dalam hati, mereka ada lima orang. Dilihat dari cara mereka memegang pedang, Naru dapat tau kalau mereka seorang ahli pedang. Mungkin sekelompok pembunuh bayaran.

Naruto berdiri dengan tenangnya, tanpa takut walau kelima orang itu masih menghunuskan pedang kearahnya. Dengan cepat Naruto mengeluarkan dua buah pedang dengan panjang lima puluh centi dari balik pakaiannya. Tiba tiba para prajurit Naruto keluar dari persembunyian mereka dan mengepung kelima penyusup itu. Merasa terancam kelima penyusup itu mulai menyerang.

Mereka terlibat perkelahian yang sengit. Banyak dari mereka yang terluka termasuk Naruto yang terluka pada bagian pinggang, tapi masih berdiri tegak seakan tidak merasakan sakit. Naruto melihat beberapa pengawalnya telah tumbang, tapi tidak sampai meninggal. Sedangkan para penyusup itu belum ada yang tumbang satupun. Sepertinya mereka memang sudah berpengalaman sehingga banyak dari pengawalnya yang tumbang.

Kini dipihak Naruto hanya tinggal dua orang. Naruto memberikan isyarat dengan mata kearah prajuritnya untuk pergi keluar agar lebih leluasa bertarung. Dan para dayang bisa keluar untuk mengobati prajurit yang terluka. Naruto sudah memberikan tanda pada dayangnya untuk keluar dengan cara mengetuk lantai sebanyak tiga kali menggunakan kakinya tanpa para penyusup itu sadari.

Naruto pergi lebih dulu lewat jendela disusul oleh kedua pengawalnya serta para penyusup itu. Mereka kembali bertarung, kedua prajuritnya masing masing menghadapi satu orang sedangkan dirinya menghadapi tiga orang. Memang tidak seimbang, tapi para penyusup itu lebih mementingkan misi mereka, yaitu membunuh Naruto. Mereka tidak perduli kalau pertarungan mereka tidak adil. Yang penting misi selesai maka mereka akan mendapatkan bayaran.

Mereka semua terus bertarung, tak sengaja Naruto melihat Kaisar beserta beberapa puluh prajurit berlari kearah mereka. Naruto dapat melihat pandangan kawatir diwajah Kaisar.
"Srasss " suara gesekan pedang dengan kulit. Pedang dari salah satu penyusup itu berhasil melukai punggungnya dengan dalam.
"Narutooooo "
Kaisar segera menangkap tubuh Naruto yang bersimbah darah. Sedangkan para penjahat sudah ditangani oleh prajurit Kaisar. Mereka kalah dengan mudah karena sudah kelelahan saat bertarung dengan Naruto dan prajuritnya.

Minato segera memanggil tabib dan membawa Naruto kekediamanya, saat Minato masuk, dia melihat pemandangan yang kacau. Prajurit yang bertugas sebagai penjaga Naruto banyak yang terluka parah, tetapi sudah ditangani oleh pelayan Naruto. Tapi Minato tidak terlalu memperdulikanya, yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan nyawa putrinya.
Tabib datang dan segera mengobati luka Naruto. Saat Minato akan bangkit untuk memberi ruang bagi tabib agar bisa mengobati Naruto. Naruto menggenggan tangan Minato dan menyerahkan dua buah kertas. Setelah menyerahkanya Naruto menutup matanya, membuat Minato panik. Para tabibpun ikut panik, tetapi para dayang Naruto segera sigap menolong Putrinya. Mereka memberi ramuan pada Naruto dan segera mengobati lukanya. Dibandingkan tabib kerajaan, para dayang Naruto lebih cepat tanggap. Membuat tabib yang dipanggil Kaisar hanya bisa menganga takjub.

Tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba tiba para dayang Naruto panik dan memanggil manggil nama Naruto dengan panik. Salah satu dayang yang mengobati Naruto bilang bahwa detak jantungnya melemah. Perkataan dayang itu membuat semua orang jadi panik.

Sedangkan dilain tempat, terlihat Sasuke yang memacu kudanya kembali menuju kerajaan Namikaze, karena memiliki pirasat tidak enak tentang Naruto. Sebenarnya perasaan Sasuke tidak enak sejak meninggalkan gerbang, tapi Sasuke tidak mengindahkannya. Semakin jauh Sasuke pergi meninggalkan kerajaan Namikaze maka perasaan itu semakin kuat. Maka Sasuke memilih kembali bersama kedua pengawalnya sedangkan kakaknya, Sasuke perintahkan untuk lebih dulu pulang bersama rombongannya.

Sasuke terus memicu kudanya dengan kecepatan tinggi, tidak memperdulikan kedua pengawalnya yang tertinggal jauh. Sasuke terlalu panik akan perasaannya.
"Kumohon, jangan sampai perasaanku ini benar "

Dikediaman Ratu Sara

"Hahaha " Sara tertawa bahagia mendengar berita yang pelayanya sampaikan, walaupun Naruto masih hidup, tapi dengan luka seperti itu Sara yakin bahwa Naruto tidak akan selamat.

Sara menyuruh para pelayanya menyiapkan arak dan makanan untuk merayakan keberhasilan rencananya. Saat Sara sedang berpesta pora, salah satu dayang memandang benci kearah Sara.
"Kau tunggu saja, aku sendiri yang akan membalasmu "

TBC

Hey buat reader yang mau bantuin ngasih saran, hukuman apa yang paling pantas untuk Ratu Sara
1. Digantung
2. Minum racun
3. Diasingkan
Yang paling banyak, bakalan Ai masukkan dalam cerita.
Sebelumnya trimakasih udah sempatin baca. See you.... :)

My New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang