Gue melirik ke lapangan. Kosong.
Tadi gue juga udah ngintip ke ruang lab. bahasa, tapi nggak ada orangnya. Iya, gue nyariin Dean. Nggak tau juga kenapa gue nyariin, pengen liat aja mukanya.
Dia ke mana, ya? Kok, nggak keliatan di sekolah.
"Eh, Fan," gue mencegat Fani yang berpapasan dengan gue. "Lo liat Dean, nggak?" tanya gue.
"Nggak masuk anaknya. Kenapa, Drey?" tanya Fani bingung. Gue hanya menggelengkan kepala. "Ya udah, gue duluan ya. Betewe, lo udah ditungguin Manda tuh, di kantin."
"Sip!" ujar gue menanggapi ucapan Fani lalu melangkahkan kaki menuju kantin sambil merogoh ponsel.
Membuka aplikasi sosial media lalu mencari akun Dean. Baru aja mengetikkan namanya, gue mengunci layar ponsel.
Nggak usah dipikirin amat deh. Hanya Dean. Kenalan doang. Penyangkalan banget gue. Kagum deh, kagum.
•••
a.n: eyak pendek, kepo gak?
(kok ngeselin ya)

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall Over Vain
Historia CortaDia sosok yang nyata, namun selalu menjadi bagian dari imaji yang kubuat. Aduh, dramatisnya sih begitu. Padahal mah, ini hanya tentang kehidupan seorang perempuan di SMA yang awalnya pengen ngerasain gimana rasanya pacaran tapi gak ada yang deketin...