PUTRI PEDANG KIPAS

327 9 2
                                    

"Putri Videla, sebentar lagi Raja akan datang, dan dia ingin agar anda bisa makan malam lagi bersamanya setelah dia pulang, jadi ayo bersiap" Teriak seorang pelayan.

Sang putri masih terus asik mengadu pedangnya pada seorang yang lebih tua darinya. Tak lama setelah panggilan itu dia mengakhiri tarian pedang yang dilakukannya bersama dengan kepala pasukan.
#
.
.
.
Di ruangan ganti yang dipenuhi dengan ribuan baju yang menggantung hanya ada dia dan tangan kanannya, Velicia. Dia sedang bersiap untuk makan malam bersama ayahnya. Baginya itu adalah hal yang spesial karena ayahnya tak selalu ada di istana.

Dia memasuki ruang makan yang belum ada seorangpun disana. Dengan gaun putih yang menutupi gelang kaki pemberian ibunya, rambut silver sebahu yang diurainya, dan mata emas miliknya dia dengan percaya diri memasuki ruangan itu. Duduk di kursinya padahal belum ada siapa-siapa di sana. Dia melamun membayangkan bagaimana rasanya jika ada Sang Ratu di depannya dan mereka bertiga saling tertawa. Lamunannya buyar ketika ayahnya memasuki ruangan itu dan duduk di sampingnya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut mereka berdua.

"Besok akan datang Raja dan Ratu dari kerajaan Tri de rose, aku harap kau bisa menemani Putri dan Pangerannya berkeliling istana." Ucap Raja yang kemudian mencairkan suasana.

"Baiklah, ayah" ucap putrinya dengan nada lembut.

Makan malam itu berlalu hanya dengan dua percakapan itu. Mereka tak terlalu dekat. Sang Ayah yang selalu di luar kerajaan sementara Sang Putri yang selalu di kerajaan bermain pedang dengan para prajurit perang.
#
.
.
.
Dia sedang menyisir rambut silvernya di depan cermin di ruang ganti yang bergelantungan gaun indah. Tangan kanannya selalu berada di sampingnya.
Dipasangnya pedang dan kipas di pinggangnya yang telah di sambungkan dengan sebuah sabuk yang hanya tinggal di kencangkan. Tangan kanannya, Velicia memasangkan jubah putih yang menutupi pedang dan kipas di pinggangnya itu.
#
.
.
.
Keluarga kerajaan Bodlivia dari kerajaan Tri de Rose telah berada di depan mereka. Hormat kerajaan tak lupa di lakukan oleh kedua kerajaan yang baru saja menjalin kerja sama itu.

"Putri, Pangeran, aku telah menunggu kedatangan kalian. Aku akan mengantar kalian untuk berkeliling kerajaan ini. Namaku Videla Zoch, dan ini tangan kananku Velicia Zack."

"Namaku Livia Bodlivia, dan ini saudara kembarku Hann Bodlivia. Senang berkenalan denganmu. Dengan senang hati aku ingin melihat istanamu yang indah" Balasnya.
#
.
.
.
Mereka masuk ke ruang perhiasan istana. Disana ada banyak sekali perhiasan mewah. Putri Livia yang paling senang diantara semuanya.

"Oh... Videla ini sangat indah. Bolehkah aku mencobanya?" Tanya Livia.

"Silahkan tuan putri".

Hann, satu satunya orang yang tak senang dalam perjalanan tur ini. Dia hanya menyenderkan dirinya di dinding sambil melihat para anak perempuan melihat lihat perhiasan. Matanya tak sengaja melihat yang ada di bawah gaun Videla.

"Apa yang melekat di kakimu itu?" Tanya Hann yang mengagetkan Videla dan yang lainnya.

Videla mengangkat sedikit gaun birunya, dan terlihat gelang kaki silver berhiaskan berlian melekat di kakinya.

"Ini adalah pemberian ibuku, dia memberikanku sebagai jimat sebelum dia meninggal" katanya dengan nada datar.

Mata biru Livia berbinar melihat gelang kaki itu.

"Bolehkah aku mencobanya?" Tanya Livia

"Maafkan aku Tuan Putri, tapi aku telah berjanji untuk tidak pernah melepasnya" Tolak Videla

"Sebentar saja" Paksa Livia

"Janji adalah janji, putri sejati tidak akan pernah mengingkari janjinya"

Tentu saja jika aku melepasnya maka tubuhku akan terbakar. Karena semua ruangan ini pencahayaannya dari sinar matahari langsung. Ucap Videla dalam hati.
#
.
.
.
Untuk menghindari permintaan aneh lagi dari Sang Putri maka mereka langsung menuju ke ruang tahta. Videla memperlihatkan lukisan Sang Ratu. Lukisan yang paling megah diantara semua lukisan di istana itu.

"Ini adalah lukisan Sang Ratu atau bisa dibilang adalah ibuku" jelas Videla

Hann lagi-lagi yang paling terlihat malas. Lukisan besar itu terpajang rapi di depan mereka. Seorang ratu yang memegang kipas, dan tak ada yang menyadari bahwa Ratu memakai gelang kaki yang sama.
#


.
.
.
Hai lagi...
Saya harap anda terhibur
Tur Videla dan yang lainnya belum berakhir
Akan tetap saya usahakan untuk terus melanjutkan ceritanya.
Mohon beri aku bintang ya...
Seiklasnya saja.

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang