SEASON 2: PENGUNCI KEKUATAN

44 1 0
                                    

Hana pov:

Percakapan mereka cukup membuatku terheran. Tiba-tiba seseorang memanggilku dengan nama yang aneh. Thalassa?. Siapa dia?.

Kebingungan itu terus melandaku. Aku hanya memandang langit kamar dengan keadaan berbaring. Memilin kalungku yang berbentuk salip ini. Kalung yang terus ada di leherku sejak aku lahir, hingga sekarang. Terkadang aku bertanya kenapa aku harus memakai kalung ini terus?.

Ya, jawaban ibu hanya satu. Karena kalung ini adalah kalung penjagaku. Dia telah menjagaku sejak kecil hingga sekarang. Jika aku melepasnya, maka aku akan terkena sial.
#
.
.
.
Thalassa. Aku mencoba untuk mencari tahu siapa itu Thalassa. Thalassa, adalah dewi laut atau yang disebut dengan ibu para ikan. Lalu, kalau Thalassa hanya seorang dewi laut. Bukan berarti aku ini dewi laut kan?.
#
.
.
.
Hari itu adalah hari untuk kesekian kalinya aku menunggu kedatangan ibu ke ruangan kosong ini. Latihan pedang yang hanya aku seorang yang mendapatkannya.

Hari ini aku tampak berbeda. Aku mengikat rambut pirangku ini, memakai seragam latihan dan satu yang paling mencolok, aku tidak memakai kalung pemberian ibu.

Aku tampak lebih cantik tampanya. Dan aku tidak apa-apa setelah melepasnya.

Dia melangkah masuk, kewibawaannya yang tidak pernah lepas dari raut wajahnya itu dibawa masuk bersama dirinya ke ruangan kosong ini.

"Ibu" sapaku.

Dia memperhatikan penampilanku. Matanya seketika menampilkan perasaan amarah.

"Dimana kalungmu!" Tanyanya dengan suara yang agak keras dibanding biasanya.

"AKU TANYA DIMANA KALUNGMU!"

Kata-kata yang membuatku tidak ingin berucap. Aku takut menjawab.

"Ibu, aku ingin melepas kalung itu untuk sebentar saja" jawabku dengan nada rendah.

Ibu menarik tangan mungilku secara paksa. Memaksaku untuk jalan cepat walaupun kakiku hampir keseleo.

Ibu mendapati kalungku di depan cermin rias.

"Pakai" ucapnya sambil menyerahkan kalung itu padaku.

"Tapi, ibu harus memberitahuku apa arti dari Thalassa" jawabku.

Dia menatapku dengan tatapan pembunuh amarah.

"Itu artinya kau! Dan aku tidak ingin punya anak ikan sepertimu!".

Jawaban yang sangat telak dihatiku. Aku tahu aku salah, tapi tolong, anggap aku sebagai anakmu.

Kristal bening ini mulai keluar. Aku berlari meninggalkan ruangan itu. Entah tempat apa yang akan kutuju.
#
.
.
.
Kakiku berhenti di sebuah pelabuhan yang kosong nan sunyi. Apakah aku memang selalu sendiri.

Aaaaaaahhhhhh....

Teriakku pada laut yang hampa. Isak tangis ini tak ingin berhenti. Seakan mengerti akan semua penderitaanku, laut mengeluarkan gelombangnya yang besar yang hampir terus menerjang pelabuhan ini.

Aku menatap tubuhku yang terpantul di air. Dan satu hal yang pasti kulihat, rambut pirangku tidaklah pirang lagi.

Aku melepas ikatannya dan melihatnya, setengah dari rambutku berwarna biru laut dan setebgahnya lagi masih berwarna pirang. "Apa yang terjadi?" Pikirku dalam hatiku.
Gelombang laut semakin besar, menghempas pelabuhan ini, sementara aku yang masih bingung ada apa dengan semua ini.

Suara langkah kaki yang terdengar asing si telingaku melangkah mendekatiku.

"Kau ini siapa?" Tanyanya yang segera kusadari bahwa dia kini berada di belakangku.

Aku menolehkan wajahku walaupun dengan rambut yang acak-acakan.

"Aku, Hana" jawabku.

Dia tampak menatapku dengan tatapan heran. Matanya yang sehitam langit dan rambut hazelnya yang tertiup angin menambah kecantikannya. Di tangannya tergambar capung yang tampak seperti tato...

Siapa dia???
#
.
.
.
Hai semua apa kabar
Maaf baru sempet update, soalnya aku kehabisan ide, terus banyak tugas karena ini tahun pertamaku di SMA.
jadi, maaf untuk sebanyak-banyaknya.
Oh jangan lupa comment dan bintangnya.
Salam Miki-chan

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang