MALAM TERAKHIR

113 2 0
                                    

"Dasar bang**t, tega-teganya dia melakukan itu pada adiknya sendiri, apa dia nggak punya hati?".

Suara kekesalan itu keluar dari mulut Videla. Seolah Videla adalah putri yang selalu mengucapkan hal itu.

"Tenanglah Videla, aku yakin ada yang bisa mengatasi ini" ucapan Velicia tetap saja tak bisa menenangkan Videla.

Videla masih tetap saja memutar-mutar dari tadi memikirkan cara untuk mengatasi Hann. Dengan kelakuannya siapa yang tidak jengkel?.

"Kita harus segera sampai di tempat Regina!" Videla semakin bersemangat.
#
.
.
.
#Day 29
"Ayolah, kita harus tidur. Ini sudah malam dan kita ada di hutan. Nanti, kalau kita dimakan serigala gimana?" Crist mulai mengoceh karena capek berjalan menjauh untuk segera ke istana Regina.
"Ck... Kita sudah sejauh ini. Kalau kau terus mengeluh aku akan menjadikanmu makanan serigala" Videla mulai menampakkan wajah marahnya.

"Crist benar Videla, ayo kita istirahat sebentar. Kita akan kalah melawan Regina kalau kita tidak istirahat" Velicia memperingatkan.

"Banyak bicara kalian. Yaudah! Cari tempat peristirahatan" Videla mulai menampakkan wajah kesalnya pada kedua orang itu.

Bulan purnama bersinar. Kali ini Velicia dan Crist yang tertidur, sementara Videla masih sibuk memandang bulan dan menerima kenyataan pahit bahwa besok adalah hari terakhirnya.

Jika esok dia gagal, maka semua yang ia rencanakan akan berakhir begitu saja.
#
.
.
.
#Day 30
Pagi-pagi sekali mereka sudah berjalan. Ya, perjalanan mereka masih sangat jauh.

Matahari mulai menyengat. Peejalanan mereka terhenti ketika mereka melihat dari balik pepohonan istana yang menjulang tinggi. Aura jahat mulai dirasakan ketiga orang itu. Penjaganya terlihat bukanlah manusia maupun hewan. Tapi karena kemantapan hati Videla dia memberanikan diri mendekati istana itu.

"Apa kau punya siasat lagi?" Tanya Velicia.

"Hmm..." Videla memegang dagunya seperti orang yang tengah berpikir dengan keras.

"Aku tidak punya ide".

Perkataan itu membuat Crist dan Velicia ingin memukulnya menggunakan batu. Mereka masih bingung. Dan karena tak punya rencana, mereka hanya menyerang asal-asalan.
Crist berlari kearah mereka sambil mengangkat pedangnya. Menyerang kedua makhluk yang tak pasti apa itu. Satu tusukan, dan dua tusukan. Akhirnya mereka bisa memasuki istana itu.

"Aku tidak mengerti, bagaimana bisa dia menggunakan sihir sementara ini adalah bulan biru?". Velicia bertanya sambil berlari melewati lorong istana yang tidak tahu apakah ada ujungnya.

"Aku juga tidak tahu, atau apakah dia mempunyai gelang itu?" Vedela menjawab.
Mereka berhenti di ujung lorang panjang itu. Ruangan yang saat ini mereka tempati berbentuk lingkaran. Isinya kosong dan di depan mereka ada 3 pintu yang pastinya menuju lorong lagi.

"Jadi kau telah datang, Putri Videla".

Suara yang tak asing itu terdengar dan menggelegar di seluruh ruangan. Mereka tak melihat sumber suara alhasil mereka hanya bisa berjaga-jaga.

"Kau, tunjukkan dirimu! Aku akan mengalahkanmu!" Teriak Videla.

"Kalau kau bisa mengalahkan para pengikutku"

Tak lama kemudian dari keempat pintu itu muncul lagi makhluk yang antara manusia dan hewan itu.

"Aku tidak ingin pedangku ternoda dengan lendir itu lagi" keluh Crist.

"Ayolah, Videla akan memolesnya" Velicia membalas.

"Hei, aku tidak perlu memolesnya anggap saja ini adalah latihan untuk membunuh, siap! Serang!!" Videla memberi aba-aba.

Mereka bertiga segera mengayungkan pedang mereka. Menusuk satu-persatu makhluk yang menodai pedang mereka dangan lendir.

Videla menusuk makhlukh itu dan menendang yang ada di depannya lalu menusuk lagi, lagi, dan lagi. Crist juga sama sangat sibuk mengoyak tubuh makhlukh itu. Sementara Velicia menusuk makhlukh itu  tepat di bagian dadanya dengan pedangnya. Dan alhasil lendir itu keluar dengan deras dan mengenai baju yang dipakainya.

"Aku menusuk tepat di jantungnya, iyuh..." Keluh Velicia.
#
.
.
.
Bulan purnama berwarna biru muncul lagi. Mereka telah selesai mengayunkan pedang mereka. Tanpa pikir panjang mereka berpencar pada 3 pintu yang belum mereka lalui.

Cukup lama mereka bertiga berlari, ternyata ketiga lorong itu mengarah lagi pada satu ruangan. Ruangan yang sangat besar.

"Tampaknya kita telah sampai pada ruangan milik regina" Velicia berkata.

Mata mereka bertiga menyisir ruangan itu. Hanya terdapat seorang gadis yang tertidur di dalam penjara. Dan jam yang menunjukkan jam 20.00.

"Jadi, kalian hebat juga".

Sekali lagi suara itu terdengar di seluruh ruangan.

"Regina! Perlihatkan dirimu!" Videla mulai marah.

Asap hitam mulai mengepul. Dan segera menghilang menampakkan sosok yang sangat dikenal Videla. Videla terduduk melihat sosok yang selama ini menjahatinya. Sosok itu adalah ibunya sendiri.
#
.
.
.
Aduh... Udah mau sampai halaman terakhir nih...
Baiklah jangan lupa comment, bintang dan sarannya.
Makasih, dan maaf kalau ada kesalahan.
Salam Miki-chan

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang