SEASON 2: KEKUATAN YANG SEBENARNYA

34 2 0
                                    

"Jadi, aku ini jelmaan dari Dewi Thalassa, lalu kenapa ibu tak memberitahuku!" Teriak Hana seakan sangat marah pada ibunya.

"Karena aku tidak ingin kalau ada seseorang yang mengincar kekuatanmu" jawab Videla.

"Bisakah kau menjelaskan satu-persatu siapa sebenarnya kalian?"

"Baiklah, yang pertama kami para jelmaan bertugas untuk memusnahkan penyihir. Kedua, kami ini membenci para penyihir. Mereka semua mencuri kekuatan dari para dewa dan dewi. Dewa dan dewi yang belum dicuri kekuatannya akan memberikannya pada manusia sebagai jelmaan. Dan, hanya kami yang tersisa" jawab pria yang mempunyai mata yang berbeda

"Apa saja yang telah dilakukan para penyihir selama ini?".

"Salah satunya, mempermainkan mayat nenekmu" sela Videla.

Hana mulai mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti. Tapi, seketika langsung tahu apa maksud ibunya.

"Kapan kalian semua mendapatkan kekuatan itu?" Tanya Hana.

"Kami semua mendapatkannya ketika lahir. Hanya kami menyadarinya ketika seseorang memberitahu kami" jawab pria dengan mata yang berbeda.
#
.
.
.
Hana memandangi rambutnya yang setengah biru. Dia lalu memasang kalungnya kembali, seketika rambutnya kembali pirang semua. Dia mulai membuka satu persatu gaun indahnya. Membuka semua perhiasan termasuk mahkotanya dan melangkahkan kakinya masuk ke kamar mandi.

Air mulai membasahi sekujur tubuhnya. Menggosoknya secara perlahan.

"Ah, hari ini adalah ulangtahunku. Oh, sekarang aku sudah berumur 15 tahun". Gumam Hana dalam hati.

Dia mulai melangkah menuju lemari gantinya. Mengambil baju piyama yang berwarna putih.

Malam sunyi menjadi latar taman istana kali ini. Desiran suara angin malam yang menusuk hingga tulang bagaikan teman Hana saat ini. Gelap. Seseorang menutup matanya dari belakang. Hana membuka matanya secara perlahan dan langsung menengok ke belakang.

"Rielfar!" Teriak Hana dengan senang ketika melihat sosok yang ada di belakangnya.

Hana lalu meloncat dan memeluknya dengan erat. Pelukannya dibalas dengan hangat oleh lelaki itu pula.

Hana menatap dalam wajah lelaki yang sedang berdiri dihadapannya itu. Lelaki bermata emerlad itu sama dalamnya menatap Hana.

Dia adalah teman Hana ketika dia kecil. Dia salah satu putra pelayan di istana Enemy. Waktu kecil, hanya dia yang bisa menghibur Hana ketika dia bersedih karena ibunya. Atas suatu alasan, dia pergi meninggalkan kota Enemy yang damai. Selama sepuluh tahun, akhirnya dia kembali ke Hana. Sahabatnya yang telah lama sekali berlalu.

"Kau kemana saja?" Bisik Hana pada Rielfar.

"Aku hanya pindah untuk sementara. Dan aku kesini untuk menemuimu, putriku" sambil memegang tangan Hana.

"Rielfar!" Hana terlihat tersipu malu.

"Maukah kau cerita padaku apa yang terjadi padamu setelah sekian lama?".

"Seperti biasa. Aku latihan dengan ibu, menjadi putri sesungguhnya dan... Aku punya sahabat. Seorang teman perempuan. Dia itu polos, dan aku menemukan jati diriku" ucap Hana seakan dikejar hantu. Ia tidak sabar untuk menceritakannya pada sahabat lamanya.

"Bagaimana kalau kita menikmati malam ini, sambil kau bercerita. Kita berdua" ajak Rielfar.

"Dengan senang hati" Hana menundukkan diri layaknya memberi hormat pada raja.

Hana mulai bercerita sedikit demi sedikit pada Rielfar. Senyumnya kembali mengembang jika bersama laki-laki itu. Mulai dari taman istana, danau, hingga halaman istana sudah mereka kelilingi berdua. Layaknya pasangan yang sedang kencan.

Rielfar terus saja menggenggam tangan Hana. Hana yang sedang berjalan diatas tembok istana yang rendah itu terus saja berhati-hati dan memperhatikan langkahnya. Hana lalu melepaskan tangannya dari genggaman tangan Rielfar.

"Aku, akan terus jadi sahabatmu" ucap Hana pda Rielfar yang ada di depannya.

Angin malam mulai berhembus, meniup kain putih yang tersimbak memperlihatkan kulit putih pualam milik Hana. Dengan kedua tangannya Hana menutup bagian yang tertiup angin. Rielfar mulai tertawa melihat hal yang terjadi pada Hana. Argh... Gerutu Hana. Akibat gerutuhan itu, keseimbangan Hana hilang dan dia terjatuh menimpa tubuh Rielfar.

Mata biru langit bertemu pandang dengan mata emerladnya. Surai pirang Hana menutupi wajah mereka berdua yang hanya berjarak beberapa cm. Nafas mereka saling beradu memperdengarkan detak jantung mereka masing-masing.

Mereka saling menarik diri. Menjauhkan wajah mereka masing-masing.

"Kamu tidak apa-apa putri?" Tanya Rielfar yang kemudian membantunya berdiri.

"Tidak apa-apa"

Hening beberapa saat.

"Maaf tapi aku mau tidur. Selamat tinggal" Hana mulai berlari meninggalkan Rielfar sendirian di malam yang kelam.
#
.
.
.
Hana hanya memandangi langit-langit kamarnya. Kejadian itu bagaikan televisi rusak di otaknya. Diapun menutup wajahnya dengan bantal. Berharap bahwa dia bisa hanyut dalam bunga mimpi.
#
.
.
.
Hai semua...
Namiki Ozoru disini...
Maaf ya gak sempat update soalnya saya sibuk kerja tugas sekolah yang udah kayak gunung.
Gomennasai...
Baiklah terima kasih sudah baca cerita saya. Dan setelah saya survei ada beberapa teman saya yang bilang bahwa karangan saya bagus.
Nah, buat yang bilang bagus saya mau bilang terima kasih banyak.
Dan jangan lupa comment dan bintangnya
Salam Namiki Ozoru

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang