Mereka berdua melangkahkan kaki masuk ke kamar Videla. Rupanya Videla sedang mengganti bajunya di ruang ganti. Kamar yang sangat luas karena tak banyak barang yang ada di sana bahkan mungkin tidak ada. Kamar yang berbentuk melengkung itu hampa hanya ada kaca jendela dan disepanjang dinding yang melengkung yang ada di depan mata Livia.
Tangga yang ada di Samping kiri pintu masuk dinaikinya bersama dengan Velicia. Di lantai dua kamarnya sangat sempit hanya ada tempat tidur dan rak buku kecil di depan dan belakang tempat tidurnya, serta lukisan pertama saat dia lahir bersama ayah dan ibunya. Dan lagi lagi lantai dua kamar tidurnya berbentuk melengkung dengan kaca jendela di sekelilingnya.
"Siapa yang merancang kamar ini?" Tanya Livia saat menuruni tangga bersama Velicia.
"Tuan Putri sendiri" jawabnya dengan senyuman kecil.
Mata Livia terbelalak saat mengetahui itu. Dia merasa seakan kamar ini dibuat hanya untuk melihat langit dan isinya.
Videla keluar dari kamar ganti dan betapa kagetnya karena dia melihat Livia dan Velicia.
"Tubuhmu indah juga ya Videla" goda Livia yang untuk pertama kalinya melihat Videla tanpa jubah.
Pipi putih itu seketika menjadi merah. Dia segera masuk kembali keruang ganti dan menutup pintu ruangan itu.
"Ada apa dengannya?" Tanya Livia.
"Dia memang seperti itu ketika ada seseorang yang menggoda penampilannya. Mulai dari rambutnya cantik, mata emasnya indah, tubuhnya bagus, dan kulitnya sangat putih. Itu semua akan membuat pipinya merah seperti tomat" jelas Velicia.
"DIAM!!" Teriak Videla.
"Akui saja tuan putri kalau tubuhmu memang indah terutama bagian atasnya" goda Velicia
"Kubilang diam!!"
"Kenapa kau bisa tahu Velicia?" Tanya Livia
"Karena aku pernah mandi dengannya di pemandian air panas pertamanya" jelas Velicia.
Tak lama setelah mengatakan itu Videla keluar dengan tatapan marah pada Velicia. Tatapan marah itu hanya berbeda 10cm dari matanya. Tak ada rasa takut di mata Velicia. Videla menghembuskan nafas dan berhenti melawan Velicia. Velicia tertawa pada Videla.
"Hahaha... Kau tetap seperti itu, Videla" sambil tertawa terbahak-bahak
"Apa hubunganmu dengan Videla, Velicia?" Tanya Livia
"Putri, sebentar lagi makan malam. Ayo kita ke ruang makan" potong Videla
"Akan kuceritakan padamu saat di perjalanan" bisik Velicia.
#
.
.
.
Aku dan dia telah bertemu sejak umur 10 tahun. Lima tahun kami bersama, aku sudah tahu semua yang ada pada dirinya. Aku adalah satu-satunya teman sekaligus sahabatnya. Dahulu dia itu selalu sendiri, tapi raja membuat keputusan bahwa setiap pelayan bisa membawa anak mereka untuk dipekerjakan atau bahkan sekedar bermain dengan Putri. Ayah membawaku dan saat itulah pertama kali kami bertemu. Umurku dan umurnya cocok dan mulai saat itu kami selalu bersama. Ayah selalu melatihnya dan aku akan selalu menyemangatinya."Jadi seperti itu" ucap Livia.
#
.
.
.
Di ruang makan yang telah ditata semewah mungkin dua kerajaan yang baru saja bekerja sama makan malam bersama. Pangeran menatap sinis Videla yang sedang menyantap makanannya."Apa kau senang anak-anak berada disini?" Tanya raja yang melihat ke Livia
"Ya" sahut Livia.
"Tidak" sahut Pangeran juga.
"Kenapa anda tidak senang pangeran?" Tanya Raja.
"Karena anakmu" jawabnya singkat.
"Apa yang telah kau lakukan Videla?".
"Aku hanya menurutu kata kata mereka saja" balas Videla.
"Bohong! Dia mencoba membunuhku dengan pedang yang ada di pinggangnya!" Balas Pangeran.
"Itu karena kau menghina Ratu kerajaan ini"
"Aku hanya memintamu untuk menjadi lawanku dan kenapa kau malah ingin membunuhku. Raja anakmu ini dia haus darah. Dengan pedangnya itu dia akan menumpahkan darah banyak orang"
"Tidak ayah! Itu tidak benar!" Bentak Videla
Karena Videla yang membentak akhirnya raja percaya bahwa Videla sengaja untuk menunjukkan kekuatannya untuk membunuhnya.
#
.
.
.
Hai lagi...
Maaf kalau ada yang salah penulisannya
Selamat membaca
Jangan lupa bintang dan komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Damnation (Kutukan)
FantasyNamanya Videla Zoch. Ia adalah seorang putri yang terlahir dari raja dan ratu yang sangat terkenal. Suatu hari sang putri mengurung diri di kamarnya selama sepuluh tahun. Tak ada seorangpun yang pernah melihat putri dengan julukan Si Pedang Kipas. ...