SEASON 2: VERONICA SI DEWI AFRODIT (CINTA)

52 2 1
                                    

Kembali ke tangannyamasa lalu
Veronica pov:

"Aku tidak mau ayah!" Teriak seorang wanita berusaha melepaskan tangannya.

"Tapi dia itu adalah saudagar kaya".

Pertengkaran antara anak dan ayah itu semakin menjadi-jadi saja. Akh, rasa sakit karena bersembunyi di semak-semak yang penuh duri ini menusuk di kakiku.

Aku tidak suka orang yang menyukaiku karena auraku. Sejak dahulu aku selalu dilambangkan cinta. Hampir semua orang meminta bantuanku agar hubungan mereka baik, atau sekedar menjodohkan anak mereka.

Aku mulai memainkan gaun robekku. Aku tidak suka, aku hanya ingin dengannya.
#
.
.
.
Hari itu aku berlari tanpa henti. Bagaikan kendaraan tanpa rem. Bruk! Aku menubruk seseorang. Seorang pria yang tampak biasa saja. Dari pakaiannya semua orang biasa.

"Kamu tak apa?"

Dia membantuku berdiri. Tangannya terasa hangat. Dia pergi berlalu begitu saja. Dan untuk pertama kalinya aku melihat seseorang yang tak terpengaruh auraku. Dan hingga sekarang wajah itu terbayang dalam mimpiku.
#
.
.
.
Aku ketakutan. Aku mancengkram dengan kuat gaun robekku ini. Aku merinding. Seseorang memegang pundakku.

"Kau yang dulu kan" katanya mengagetkanku. Aku hanya bisa mengagguk.

"Kau kenapa?" Tanyanya lagi.

"Aku tidak suka. Ayahku ingin agar aku menikah dengan saudagar kaya itu" jawabku.

Dia menarikku, berusaha untuk berlari ke suatu tempat. Laut, adalah tempat yang kupandang saat ini bersamanya.

"Aku bisa langsung tahu kalau kau adalah jelamaan dewa ketika kau menabrakku".

Aku mengalihkan pandanganku. Tatapan tak percaya kuberikan pada matanya yang juga sama menatapku.

"Jelmaan?" Tanyaku tak mengerti.

"Kau adalah jelmaan, jelmaan yang ditunjuk untuk memusnahkan penyihir. Sama sepertiku".

"Oh, seperti itu".

Diam, dan hening sejenak. Beberapa orang datang menghampiri kami. Mereka tersenyum lembut padaku, lalu berbalik. Dia mengikuti segerombolan itu seraya menarik tanganku untuk mengikutinya.

Aku menariknya balik. Gerombolannya meninggalkannya semakin jauh. Dia menatapku heran.

Lambut dan hangat. Tanpa sadar aku menciumnya. Tubuhnya kaku dan dingin bagaikan mayat. Masih terlihat rona di pipinya. Aku pun merasakan bahawa hal yang sama terjadi padaku.

"Aku menyukaimu" ucapku lirih.

Hari itu adalah hal yang terindah bagiku.
#
.
.
.
Ini lanjutannya. Maaf ya harus nunggu lama
Soalnya tugas udah kayak gunung.
Jangan lupa dukungannya
Salam Miki-chan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang