KEKUATAN

215 8 0
                                    

Di depan mereka berdiri sebuah lukisan Ratu Delefina. Ibu dari Videla. Kata kata takjub tak dapat keluar dari mulut Livia.

Perjalanan tur dilanjutkan sekarang Pangeran Hann ingin pergi ke tempat latihan para prajurit. Mereka telah sampai di pintu ruangan itu. Terlihat para prajurit yang sedang latihan berpedang menghentikan pedang mereka dan memberi hormat kepada para bangsawan.

"Ada apa putri sehingga anda ke tempat ini?" Kata Tuan Zack yang merupakan kepala pasukan di sana.

"Begini Tuan, Pangeran Hann ingin mengadu pedang..."

"ya... Dan aku ingin prajurit terbaikmu disini untuk mengadu pedang denganku!" Potong Pangeran Hann ketika Videla sedang berbicara.

"Jika itu keinginan Pangeran baiklah, kami tepati. Prajurit terbaik kami ada di samping anda" balas Tuan Zack

Dia menolehkan wajahnya pada prajurit yang berdiri di samping pintu yang kebetulan berada di samping kirinya. Dia menghunuskan pedangnya pada orang tersebut.

"Bukan dia, Pangeran!" Tuan Zack menghentikan.

Pangeran menolehkan pandangannya pada Putri Videla. Dia semakin congkak ketika mengetahui kalau prajurit terbaik adalah seorang putri. Tanpa pikir panjang dia menghunuskan pedangnya pada Videla.

"Keluarkan pedangmu" ujarnya

Videla mengambil pedang yang biasanya di pakai latihan. Pedang usang yang kini tak terlalu tajam. Dalam benaknya ia tak ingin melukai Sang Pangeran. Ia hanya ingin menjadikan ini sebuah permainan. Namun tidak bagi pangeran, ia menganggap ini serius dan melakukan apapun yang ia bisa untuk mengalahkan sang putri.

Permainan dimulai. Seperti pertarungan pedang lainnya mereka menyerang dan menangkis. Mereka berdua tak memperlihatkan kekuatan mereka. Yang satunya karena kecongkakkan dan yang satunya karena menganggap hanya sebuah permainan.

Karena tangan sang putri telah pegal mengayungkan tangan dia memainkan pedangnya dengan serius. Dia memutar pedangnya yang sedang ditangkis oleh pangeran sehingga pedang pangeran menancap di tanah. Pangeran terjatuh ke tanah dan dengan cepat ujung pedang Videla telah berada di tepat di depan matanya.

Pedang itu tertancap tepan di atas kepala Hann. Dia mencabutnya dari tanah dan memotong gaun Videla sehingga dapat terlihat gelang kaki yang dipakainya. Videla mundur dari posisinya. Tak hanya gaun yang dipotongnya, jubahnya juga dipotong hingga terlihat pedang emasnya.

"Apa yang ada di balik jubahmu?" Tanya Hann pada Videla.

"Ada apa denganmu? Aku telah memenangkan pertarungannya!" Jawab Videla

"Aku selalu menang" balasnya dengan congkak

Dia kembali menyerang Videla dengan pedangnya.

"Jika aku sebagai ibumu aku akan sedih telah melahirkan seorang anak yang sangat sombong" ledek Hann.

"Apa yang kau ketahui tentang ibuku?"

"LALU APA DAYAMU!!" Teriak Hann pada Videla.

"CUKUP PANGERAN!".

"KAU HANYA PUTRI DARI SEORANG PETANI YANG DIANGKAT MENJADI RATU, DENGAN MUDAHNYA KAU INGIN MENGALAHKANKU! DARAHMU TIDAKLAH MURNI! TAK PANTAS UNTUK MENANG MELAWANKU!!".

Videla mundur menjauh dari pangeran. Mata emasnya mulai membulat, dibuangnya pedang yang ada di tangannya dan menarik pedang yang ada di balik jubahnya. Pedang emas telah digenggamnya dan siap untuk menerkam musuhnya.

"VIDELA!!" Teriak Velicia seakan menyadarkan Videla yang sedang kerasukan.

"HENTIKAN!! VIDELA!!"
#
.
.
.
Pedang emas itu tertancap tepat di samping telinga Pangeran Hann. Putri Videla menggenggam pedang itu. Kepalanya tertunduk hampir mendekati wajah Pangeran, rambut silver itu acak-acakan tak beraturan. Dia menduduki badan sang pangeran.

"PUTRI!!" Teriak Velicia seraya menghampiri sang putri.

Mata emas itu terlihat lemas. Namun dia masih sanggup berdiri tanpa bantuan Velicia. Videla mengahampiri Putri Livia dan berlutut dihadapannya.

"Aku minta maaf atas kejadian ini. Velicia akan mengantarmu ke ruangan selanjutnya" ucap Videla dengan sangat lemas.

Hanya kata itu yang terucap dari mulutnya. Dia meninggalkan mereka berdua di ruangan itu.

"Anda ingin kemana Putri?" Tanya Velicia.

"Aku ingin ke kamar Videla" Balasnya.
#
.
.
.
Hai...
Maaf ya kalau ada kata atau penulisan yang salah.
Jangan lupa komentar dan bintangnya.

Hann nyebelin yah...
Kelanjutannya akan saya tulis lagi
Salam Miki-chan

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang