SEASON 2: HANA

87 2 0
                                    

Dia menyiapkan hatinya untuk perayaan ulang tahun pertamanya. Musik mengalun indah, tanda bahwa dia harus keluar dari tempatnya.

Dia melangkah keluar menunjukkan dirinya pada semua orang. Mata birunya menyisir seluruh ruangan. Dia melangkahkan kaki menuruni tangga. Semua mata menuju padanya.

Kini dia dihadapan semua orang. Mahkota baru yang diberikan oleh ibu dan ayahnya adalah tanda bahwa dia telah resmi menjadi putri pewaris.
#
.
.
.
Rambut pirangnya tertiup angin lembut. Tangannya sedang sibuk merangkai bunga mawar putih. Senyuman indahnya masih terus terukir di wajah manisnya.

Di taman itu tak ada seorangpun yang mengetahuinya, kecuali orang yang pernah mencari putri Hana, dan baginya itu adalah tempat yang sangat berharga baginya.

Lonceng jam berbunyi, tanda bahwa sekarang jam 12.00. Dentuman jam itu membuat Hana meletakkan bunga yang sedang di rangkainya. Dia berlari meninggalkan bunga itu, beserta tamannya.

Dia terus berlari menuju sebuah ruangan. Sesampainya di depan pintu, dia mencoba mengatur nafasnya, dan membuka perlahan pintu itu.

Yang pertama dia lihat adalah ibunya yang sedang memegang pedang di tangannya. Dia masuk ke ruangan itu, seketika ibunya melemparkan pedang dan dia menangkapnya.

"Ayo latihan, mulai sekarang kau akan dilatih menjadi seorang pewaris".

Setelah mengucapkan kata-kata yang cukup membuat Hana takut, dia langsung menyerang Hana dengan pedangnya.
#
.
.
.
Kekalahan Hana sudah pasti melawan seorang ratu yang pandai berpedang.

Dia berusaha mengatur nafas setelah melawan ibunya. Ibunya melangkah dan membantu Hana berdiri. Senyuman manis Hana diluncurkan pada ibunya yang selalu terlihat tegas.

"Peningkatan yang bagus, Hana. Tapi waktu seumurmu aku sudah mengalahkan separuh pasukan" ucap ibunya sambil meninggalkan Hana, dan hilang dibalik pintu ruangan itu.

Hana hanya menghela nafas. Dia meletakkan pedangnya ke tempatnya.

Sesampainya di kamarnya, dia menghempaskan diri ke tempat tidurnya. Baru saja dia ingin terlelap, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dia membuka pintu dan betapa terkejutnya karena seseorang telah memeluknya.

"Kakek?" Ucap Hana, sementara orang yang memeluknya melepaskan pelukannya.

"Ini punyamu, kan?" Tanya Kakeknya sembari menyodorkan rangkain bunga mawar putih.

"Iya" Hana mengambil rangkaian bunga itu.

Kakeknya menangkap sesuatu di tangan Hana. Hana yang menyadari itu langsung menyembunyikan tangannya dibalik punggungnya.

Kakeknya menarik paksa tangan itu. Setelah berhasil, dilihatnya luka lecet di semua permukaan tangannya.

Dia menggandeng tangan Hana untuk duduk di atas tempat tidur Hana. Dia mengambil beberapa obat tradisional dan sehelai kain.

"Tanganmu terluka pasti karena merangkai bunga ini" ucap kakenya sambil mengolesi obat tradisional.

Hana mengangguk kecil.

"Luka itu tidak boleh disembunyikan, nanti membesar".

"Kakek kenapa ibu suka sama mawar putih?" Tanya Hana.

"Karena mawar putih itu seperti dirinya. Cantik tapi berduri".

Kakeknya mengikat kain yang membungkus kedua tangan Hana. Dia tersenyum lalu pergi meninggalkan Hana. Hana masih memandangi pintu yang dipakai oleh Kakeknya untuk keluar.

Dia kembali menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya. Dia menatap langit-langit kamarnya.

"Cantik, tapi berduri" ucapnya lirih, yang kemudian dia memejamkan matanya dan masuk ke mimpi indahnya.
#
.
.
.
Videla menutup pintu kamarnya, dan disana ada suaminya yang menunggunya.
"Apa kau capek?" Tanya Crist pada istrinya itu.

"Aku sangat capek" balas Videla sembari membaringkan tubuhnya ke tempat tidur.

"Jadi, karena alasan kau capek kau jadi mengabaikan anakmu?". Pertanyaan Crist seakan menghina Videla.

"Apa maksudmu?". Videla bangun dari baringannya.

"Apa kau tidak sadar? Kau tidak pernah membarikan kasih sayang pada anakmu" Crist mulai meninggikan suaranya.

"Aku tidak mengerti".

"Apa kau masih tak paham, Hana selalu menganggapmu sebagai kebahagiannya. Ketika kau bahagia, dia juga bahagia. Tapi apa kau tahu kau tidak pernah membahagiakannya! Kau bahkan tidak pernah tersenyum padanya!".

Mata Videla berkaca-kaca mendengar semua perkataan Crist. Dia menundukkan kepalanya. Rambut silvernya menutupi wajahnya.

"Aku hanya tidak ingin dia menggunakan kekuatannya. Aku hanya ingin itu adalah pertama dan terakhir kalinya dia memakainya" ucap Videla sambil sesekali terisak.

Crist melunakkan hatinya. Dia memeluk istrinya. Kini dia sadar bahwa semua yang dilakukan Videla adalah untuk kebahagiaan Hana.
#
.
.
.
Baiklah... Mulai dari sini aku hanya akan update pada hari senin.
Kenapa?
Karena saya sudah memasuki musim sekolah.
Tahun baru di SMA.
Maka, saya harus tetap mempertahankan prestasi saya.
Baiklah jangan lupa comment dan bintangnya.
Salam Miki-chan.

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang