AWAL PENDERITAAN

191 7 0
                                    

Malam itu bulan purnama. Videla mendekap lututnya menatap ke jendela. Matanya yang menatap bulan purnama kini tak lagi terlihat berwarna emas. Angin membuat gorden-gorden di ruangan itu terkibar. Lukisan Sang Ratu kini hanya bisa menatap mata sendu dari anaknya.

Semua orang di ruangan itu tahu kalau dia tak ingin membunuhnya. Pedangnya seakan bergerak sendiri ingin memusnahkan pangeran yang congkak itu. Velicia tidak ingin mencampuri perasaannya saat ini dia hanya menatap tangga yang menuju ke tempat tidur Videla.

Kriet... Seseorang membuka pintu kamarnya. Dia menaiki tangga yang menuju ke tempat tidur Videla.

"Dia memang seperti itu, itulah kenapa semua orang memusuhinya" ucapnya dengan nada pelan. Suara itu adalah suara milik Livia yang sedang berdiri di belakangnya.

"Apa aku sebuah kesalahan dari ibuku?" Tanya Videla pada orang itu.

"Seorang anak dilahirkan untuk mempunyai tugas tertentu. Tuhan tidak akan menciptakan benda yang tak berguna, sama halnya dengan para penemu" ucap Livia menenangkan Videla.

Videla hanya diam membisu. Livia sibuk menolehkan kepalanya pada rak buku milik Videla. Dia bingung karena semua rak buku itu hanya diisi oleh buku-buku sihir.

Videla yang sedari tadi membisu membuat Livia kembali ke kamarnya. Malam ini keluarga Bodlivia menginap di istananya. Dan membuat Velicia geram karena istananya dinodai oleh saudara kembar Livia.
#
.
.
.
Keluarga kerajaan itu pulang dengan dengan rasa hormat yang direndahkan karena Hann. Namun tidak dengan Livia dia merasa bahwa Videla adalah orang yang sangat baik.
#
.
.
.
Videla hanya diam tak berkata apa-apa. Dia tahu dia salah. Kini ia harus meladeni ayahnya yang tengah duduk di singgasananya

"Kenapa kau melakukannya Videla?" Tanya ayahnya.

"Aku tidak melakukannya ayah" elak Videla.

"Lalu bagaimana bisa Pangeran Hann melaporkan itu pada ayah?".

"Dia berbohong, itu sebuah kecelakaan".

"Kau telah melukainya dan kini kau berbohong pada ayah! Apa kau sada kau juga telah memfitnah Pangeran Hann!" Ucap Raja yang kini mulai marah.

"Tapi..".

"Aku tidak percaya bagaimana bisa Delefina melahirkan anak keji seperti kau!" Potong Raja.

"Ayah" Videla mulai merasa bersalah.

"Aku tidak pernah punya anak sepertimu! Dan Delefina pasti sedang menangis diatas sana! Dia pasti telah menyesal melahirkan orang sepertimu!"
Perkataan itu seakan petir yang menyambar dalam diri Videla. Matanya berkaca-kaca namun terus menahan agar air mata itu tak jatuh.

Videla membalikkan badannya berlari keluar dari istana. Meloncat keatas kudanya dan pergi melesat kehutan tak tahu arah tujuan. Di bawah pohon rindang itu dia terus menangisi hal yang dikatakan ayahnya. Hingga sebuah suara terdengar dari langit.

"Kau adalah anak yang diciptakan dari hubungan tanpa persetujuan. Kutukan itu aku yang menaruhnya pada ibumu. Dan kini aku juga akan membunuhmu dan ibumu!"

Suara itu membuat Videla berdiri dan mengeluarkan pedangnya.

"Siapa kau?" Tanya Videla.

"Aku adalah Regina!"

Tiba-tiba semua ranting pohon yang ada di sekeliling Videla memanjang dan menyerang Videla. Pedang emasnya sangatlah sibuk melayani ranting-ranting itu. Seolah ingin mengambil sesuatu dari Videla, mereka berusaha meraih kaki milik Videla. Karena terlalu banyak akhirnya Videla dibelilit oleh ranting-ranting pohon itu. Hanya satu tujuan Regina yaitu mengambil gelang kaki yang merupakan penangkal kutukan itu.

Dijatuhkannya Videla dari lilitannya. Kembali lagi pohon-pohon itu seperti semula. Celah-celah rantingnya ditembus oleh sinar mentari. Titik kecil dari sinar matahari itu mengenai kulit tangan Videla yang putih itu. Seperti kertas yang dimakan api tangannya terbakar dan mengelupas. Dengan kudanya dia mencoba meraih secepat mungkin istana tanpa terkena matahari.

Luka bakar di sekujur tubuhnya tak mengering. Bahkan bajunya juga ikut terbakar. Dengan secepat mungkin dia masuk ke kamarnya tanpa ada seorangpun yang mengetahui kondisinya.

Itu adalah terakhir kalinya Sang Putri terlihat. Selanjutnya dia menghilang dalam kegelapan. Dia menutup semua yang berhubungan dunia luar. Jendela, pintu, bahkan dirinya. Kamar itu berubah menjadi kegelapan. Tak ada secercah cahaya yang masuk kedalam kamar itu. Lagi-lagi seseorang dikeluarga itu tinggal dalam kegelapan.
#
.
.
.
Setelah berhari-hari tak keluar dari kamar, Sang Raja baru menyadari apa yang telah dia katakan pada putrinya adalah hal yang sangat buruk. Gelang kaki yang ditemukannya di hutan saat berburu digenggamnya dengan erat. Sang Putri telah meninggalkan luka yang besar pada orang-orang di kerajaan.
#
.
.
.
Hehe...
Maaf ya...
Agak panjang dari biasanya.
Jangan lupa bintang dan commentnya ya...

The Damnation (Kutukan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang