Jun itu ya memang jago banget dalam hal basket. Dalam waktu 10 menit dia dapat 3 point, 3 kali berturut- turut. Sekarang, kak Allen masih 0.
Pasti Jun marah, saat aku memuji - muji kak Allen dulu. Tapi, kenapa mereka bermain seperti kerasukan?Kenapa alur permainan nya begini? Bukannya, hanya sebatas menentukan kapten tim, dan kak Allen sudah menjadi Kapten di pertandingan sebelumnya. Jangan bilang,kalo kak Allen takut kalah pamor dengan Jun.
YES! Jun memang hebat. Tidak- tidak keduanya sama - sama hebat. Tidak- tidak, Jun yang hebat. Dia mampu mengalahkan kak Allen dengan skor 55-30.
Aku tau dia bisa. Aku merasa bersalah dulu tak perna memuji dia malah memuji Allen.
"Jun! Hebat banget" aku menghampirinya yang sedang merapikan tas, sambil menyodorkan air minum.
"makasih" Jawabnya.
"Gila ya. Kalo tadi kamu ga ajak kesini, nyesel banget ga bisa liat kamu sekeren ini. Dan, maaf ya untuk hari ini, untuk aku yang tak pernah memuji permainan basket mu." jelasku.
" makasih ya, aku memang keren. Iya iya kita sama - sama salah." sambil mencubit pipiku.
"pulang yuk. Kita nonton dirumah kamu aja."
"kamu pulang sama kak Allen ya, aku ada urusan, maaf kita ga jadi nonton." jawabnya dengan senhyum sambil meninggalkan ku.
Maksudnya apa? Tadi dia yang ngajakin kesini dan nonton, sekarang main di tinggal.
"mau pulang bareng ga, Lyn?" tanya kak Allen saat menghampiriku.
"pulang sendiri aja kak" jawabku.
"udah mau jam 7 nih, Jun juga sudah pulang. Aku antar ya, ga baik cewek pulang sendirian." katanya. Kata - kata kak Allen ada benarnya, aku mengangguk dan ikut bersamanya pulang.
"cuman diam aja ni?" tanyanya.
"mau ngomong apa emangnya?" aku balik bertanya.
"gatau juga ya hahah, eh tadi aku hebat ga?" tanya kak Allen.
"iya"jawabku singkat.
"ini, rumah kamu dimana? Ntar nyasar lagi nih." tanya dia, aku lupa dia tidak tahu rumah ku.
" antar ke rumah Jun aja" jawabku.
"kenapa? Gapapa langsung ke rumah kamu aja" tanya dia heran.
" ada yang perlu diomongin" jawabku.
"oh"
Sesampainya, dirumah Jun. Tidak ada tanda - tanda bahwa dia sudah pulang.
"pulang aja ya, Jun ga ada kan?" tanyanya.
"ya" jawabku lesu.
aku mengarahkan kak Allen ke rumahku. Aku sangat sedih melihat kelakuan Jun hari ini, tadi dia membuatku terbang tinggi, tapi sekarang dia menjatuhkan ku ke dasar yang paling dalam.
"makasih kak. Hati- hati dijalan." kata ku ketika aku turun dari motornya yang sudah sampai di rumahku.
"kalau ada apa - apa cerita aja ya." kata nya sampai melayangkan senyum yang dulu kugilai itu.
Aku masuk ke dalam rumah, mengunci pintu, mandi, dan langsung masuk kamar untuk merenung apakah selama di lapangan tadi aku ada berbuat salah? Apa tadi saat aku menghampirinya ada salah bicara? Ada apa dengan Jun? Hah? Seenaknya bilang pulang dengan kak Allen. Seharusnya aku ga ikut tawaran Jun tadi.
Jika hari ini saja tidak bertemu kak Allen di lapangan, kejadian hari ini tidak mungkin terjadi. Jun, juga tidak biasanya meninggalkan aku sendiri. Apa dia terpaksa? Kalau terpaksa, apa faktor nya? Apa kak Allen yang menyuruhnya? Kalau begitu, kenapa dia mau? Apa mereka taruhan dengan pertandingan 1 lawan 1 tadi? Tapi kan Jun yang menang. Semua ini berputar - putar di kepala ku. Sedihnya, tidak ada tempat bagiku menceritakan ini di rumah, semuanya ku pendam dalam diamku. Ada satu hal lagi yang menjanggal di pikiran ku, pergi kemana dia sampai tadi belum pulang?
"kamu dimana? Sudah pulang?" aku mengirimkan pesan kepadannya, aku memang marah tapi aku tak bisa berhenti peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintaimu dalam Diam
Fiksi RemajaAku diam.... Bukan berarti aku tak memikirkanmu. Aku diam.... bukan berarti aku tak mengharapkanmu. dan... Aku diam.... bukan berarti aku tak mencintaimu Aku lebih memilih diam. Karna.. Tak seorang pun mengerti ini termasuk diriku.