[eleven]

4.3K 347 5
                                    

Di pagi hari kian terang benderang, Bianca memulai semuanya dengan membersihkan. Kamar kecil itu masih dipakai Bianca, sebelum suaminya itu memerintah untuk kembali ke kamar utama. Kata Gladys, ingin berbuat baik harus dimulai dari paling terkecil.

Dibantu Lovely bergerak lincah, otomatis Bianca tak menghambur-hamburkan tenaga. Siapa yang menyangka, guru terbaik adalah anak Joshua. Mengajarkan Bianca membersihkan dan merapikan setiap sudut yang selalu terhinggap kotoran.

Sering menyuruh para Pelayan, itu kebiasaan Bianca. Tinggal di apartemen butuh kemandirian total. Bekerja, menghasikan biaya buat hidup dan lebih mementingkan diri sendiri, tak bikin dia pelak. Apalagi meminta bantuan orang tua sengaja membuangnya.

Mendapat kasih sayang luar biasa, tentulah dari sosok pria yang semakin hari semakin tampan. Perawakan semenjak kecil sampai sekarang, membuktikan Joshua tidaklah berubah. Dia masih sama, seperti dulu.

Hanya saja, mulut dan tindakannya tak sinkron. Selalu saja, saling membantah dan pergolakan mulut. Baik ketus, tajam atau lemah lembut. Campur aduk.

Itu pun dilakukan saat Lovely tidur. Dalam bisik-bisik lirih di dapur.

Begitulah keanehan terpancar di sekeliling Joshua dan Bianca. Kesal, tetapi menggemaskan. Tak jarang bikin Gladys dan Edward terkekeh pun sebal di dalam hati. Namun, tak ditunjukkan.

Joshua menanti sahabat untuk menjemputnya. Tak lupa ada Agnes berdiri diam sambil melipat kedua tangan di dada. Mengamati pekerja serabutan dialami Bianca.

"Kelihatan sekali tidak bisa bekerja," kata Agnes ketus. Hal itu tak lepas dari pengamatan Joshua.

"Biarkan. Malah aku tidak sabar melihat dia berubaglh 180 derajat."

"Sifatnya mungkin tidak berubah."

"Bisa jadi."

Agnes menurunkan kedua tangan, memandang Joshua tampak mengelap sepatu hitamnya. "Kalau begitu, kenapa kamu tidak mengusirnya dari sini?"

Selesai mengelap, barulah Joshua mendongak. "Ya, mau bagaimana lagi, Lovely menginginkan Bianca berada di sini sekaligus Mommy buat anakku. Untuk anakku, akan kulakukan yang terbaik."

"Bukannya kamu benci dia?" Pernyataan tadi bikin Agnes tak puas. Entah kenapa. "Dia hampir merusak rumah tangga Edward dan Gladys. Lalu, kemarin kamu tanpa bilang-bilang padaku, telah menikah dengannya. Otakmu tidak waras, ya?"

"Demi menjauhkanku dari keluarga, apa pun kulakukan. Bahkan aku belum memperkenalkan Lovely pada Mom dan Dad." Kening Joshua berkerut. "Kenapa kamu begitu sinisnya bila berbicara mengenai Bianca? Sewaktu aku melamarmu, kamu menolakku."

"Kapan?" Agnes memijat pelipisnya. "Dari tadi terurai terus perkataanmu. Tidak ada sangkut pautnya terhadap perasaanku. Hanya itulah tindakan paling etis menyalami tingkah laku Bianca."

"Oke, aku selalu begitu." Joshua memahami, sedari mungkin sering tidak tersambung.

Agnes gerah di dalam apartemen sahabatnya, melenggang keluar. "Aku tunggu di depan lift. Aku tidak suka berlama-lama sama pengacau."

Membuang napas, Joshua mempersilakan Agnes pergi. Walaupun pria itu cukup risi apabila Bianca bertindak penuh kelembutan.

"Beda sekali dengan kepribadiannya," ucapnya merasakan merinding.

***

Gladys menggendong Airy serta Edward berjalan menuju kamar apartemen Joshua Elbinso. Kedatangan ketiga orang itu disambung Agnes sedang mengerucutkan bibir. Waspada, Gladys dan Edward membungkam mulut dan tak ingin jadi orang penasaran.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang