[three]

5.2K 407 15
                                    

"Kejam sekali kalau kabar ini baru muncul sekarang."

"Ya, aku tidak suka dengan Bianca."

"Kenapa baru sekarang dimulai kebenciannya? Kenapa tidak dari dulu sewaktu Gladys merasa kamu sibuk selama enam bulan, he?"

"Aku menyesal pada saat itu. Aku terlampau sibuk, makanya lupa membahas pekerjaanku."

"Untung ada aku. Menjaga Airy dan mengajari Glory."

"Bisa tidak, berhenti membayangkan yang terdahulu?"

"Itu pelampiasanku saat Lovely tidak ada di sisiku."

"Bagaimana dengan Bianca? Bukannya dia tidak suka anak-anak?"

"Nanti aku akan bicarakan ini ke dia."

Edward memerhatikan segi dan sudut ruangan. Bau khas tak lagi merusak penciuman. Jarangnya ke apartemen Joshua membuat pria itu lebih suka ke sebelah, karena perempuan lebih praktis dalam membersihkan dan menata ruangan agar terlihat rapi.

"Apa lihat-lihat?"

"Apartemenmu bersih juga. Ada apa ini?"

"Semenjak kuajak ke apartemen dan menemukan benda-benda hebat di ruangan ini, dia memerintahku untuk membersihkan segalanya."

"Luar biasa." Edward bertepuk tangan. "Sejak kapan kamu rajin dalam melakukan pekerjaan ini selain jadi asistenku?"

"Lupakan. Aku saja miris memikirkan kejadian tadi. Bukan diriku banget."

Mereka berdua masih berbicara mengenai pekerjaan dan kesibukan akan datang. Peninjauan di luar kota sebentar lagi disusun. Dan bisa ditebak, Joshua tetap menemani Edward ke mana pun mereka pergi.

"Daddy, Uncle, Mommy sudah bangun."

Dua-duanya mengangkat alis. Tak kaget.

***

Bianca terbatuk-batuk saat mencium aroma minyak kayu putih. Bukan suaminya bertugas merawat, melainkan sesosok anak kecil berwajah manis. Mata bulat sangat teduh. Dan kulit seputih susu. Kelihatan bukan asli di sini. Mukanya mengingatkan dia tentang Negara dijuluki negara ginseng.

Ketika Bianca bangun, sosok itu mengagetkan. Hampir memekik histeris. Akibatnya, sosok itu melarikan diri seakan-akan Bianca itu monster.

"Akhirnya sadar juga."

Tersentak, Bianca mendongak. Geram melihat Joshua terlihat santai. "Seharusnya kamu yang merawatku bukan si kerdil tadi!" ucap Bianca tak menyaring kalimat tersebut.

Habis kesabaran Joshua. Lekas pria itu mencengkeram erat pipi tirus Bianca. Mata itu berubah mengerikan.

"Sekali lagi kamu menjelekkan anakku dengan sebutan barusan, sebentar lagi kamu akan menerima ajalmu," ancam Joshua tak main-main.

Ketakutan, Bianca mengangguk.

Joshua menyentak pipi itu membuat wanita baru dinikahinya meringis pelan. Ada secercah ketidakrelaan ketika Bianca ketakutan dan kesakitan. Tetapi, mulut itu tak bisa diajak bekerja sama. Perlu dikasih pelajaran.

"Daddy, Mommy kenapa?" tanya Lovely membikin Bianca menunduk dalam-dalam.

Joshua menghampiri Lovely yang tampak penasaran. Bahkan memandang lekat Bianca tak ingin balas menatap. Setitik kesedihan ibu barunya tak ingin melihat dirinya. Sedari tadi dia hanya berwaswas di dalam otaknya. Takut berspekulasi.

"Kita ke kantor dulu. Mommy butuh istirahat."

Joshua mengajak Lovely keluar. Pintu tertutup itu meyakinkan Bianca untuk mengintip. Kelegaan telanjur keluar walaupun dosa yang menjelekkan anak kecil seumuran anak sulung Edward masih tertera di ingatan.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang