[thirteen]

4K 340 15
                                    

Tuturan lugas layak sebuah perintah, membuat Bianca melongo. Belum datang bulan menggantikan matahari, lagak seorang tamu bagaikan pemilik rumah mendatangkan kekesalan bagi Bianca dan ketakutan Lovely.

"Masak sendiri, bisa tidak?" Bianca berbicara ketus.

Maria melangkah dengan anggun, tak menggubris keketusan Bianca. "Hei, anak manis, di mana makananku? Aku lapar," katanya kepada Lovely beringsut di belakang Bianca.

Telapak tangan istri Joshua mendorong dada Maria. "Ambil dan masak sendiri. Punya tangan, 'kan? Punya kaki, 'kan? Gunakan itu sebaik mungkin bukan memerintah orang."

"Apa masalahmu?" tanya Maria sembari menepis tangan tersebut. "Aku ini tamu. Seorang tamu patut dihormati bukan disuruh ambil ini-itu."

Memincingkan pupil mata setajam mungkin, Bianca menyela, "Seorang tamu juga harus tahu adat, adab dan perilaku. Kamu menumpang di sini. Dan di apartemen ini tidak ada pembantu bisa kamu suruh. Sebaiknya kamu memasak selagi kamu bisa. Soalnya aku mesti jalan-jalan bersama ... anakku."

Maria meneliti Bianca penuh selidik. Perkataan barusan seakan ragu-ragu buat dikeluarkan. Seakan anak kecil bersembunyi di balik punggung Bianca merupakan sumber kecanggungan ini. Itu yang dirasakan Maria saat masuk ke apartemen.

Sepupu Joshua mengangkat tangan. "It's okay. Silakan pergi. Sekalian membawakanku makanan paling terlezat di kota ini."

Geram, Bianca mengentak kaki. Tanpa perlu menarik Lovely, Bianca berlalu. Sekejap Lovely mengikuti. Hal itu tak luput dari penglihatan Maria.

"Bad."

***

Lovely menyejajarkan langkah-langkah kaki dengan derap kaki Bianca. Gadis kecil itu mengetahui sepak terjang Bianca yang tak ingin terlalu dekat dengan wanita tadi. Bahkan Lovely seakan penasaran di balik pandang Maria terus-menerus menatapnya.

Sambil menunggu lift terbuka, Bianca mengembuskan napas panjang setelah menghirupnya dalam-dalam. Keterkejutan diterima selama kedatangan Maria membuat Bianca tak tahu harus berkata apa. Hanya keketusan diberikan.

Semoga saja tindakannya terhadap Lovely, tak dilihat secara intens oleh Maria. Bisa jadi, keesokan hari akan semakin buruk bila tak mengontrol.

Tanpa menoleh ke Lovely, Bianca berkata, "I'm sorry, Lovely. Aku terlalu tegang bila bersama Maria. Dia sangat menyeramkan," tuturnya.

"Understand, Mom." Tangan Lovely terulur, menggenggam erat telapak Bianca. "Asal Mommy jangan meninggalkan Bianca. Please, Mom?"

Nada pilu meyakinkan Bianca untuk menengok ke bawah. Diperhatikan secara lekat manik mata Lovely yang terus menyadarkannya. Perasaan anak kecil sangat rapuh. Sebagai anak telantar, Bianca paham dan ikut terhanyut.

Membungkuk, tanpa skeptis, Bianca menyentuh kedua bahu Lovely. Sinar rapuh itu memancarkan kesenangan pun kebahagiaan. Manisnya senyuman terukir di bingkai wajah Lovely membuat Bianca memeluk anak kecil itu.

"Believe me, I don't leave you."

Sihir dari kata-kata itu bikin Lovely terpekik girang. Dengan membalas pelukan hangat itu—meski sedikit tegang—Lovely memastikan bahwa ini tetap selamanya. Forever, after."

Bunyi berdenting menandakan lift terbuka. Tanpa canggung lagi, Bianca menggandeng Lovely. Suasana bahagia itu takkan dirusak kapan pun. Meski Bianca sadar ada yang mengawasinya dari jauh.

Sepasang mata tajam menusuk punggungnya.

***

Maria menutup pintu, setelah kegusarannya terjadi. Sedari tadi, dia mewanti-wanti untuk mengejar Bianca dan anak adopsi Joshua. Namun, perlakuan dilakukan Bianca membuatnya berhenti. Sejenak dalam memutar ingatan.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang