[six]

4.2K 346 14
                                    

Tiba di bandara internasional, Joshua bergegas mencari pintu keluar. Dia meninggalkan Edward sedang berjalan tenang dan lama. Joshua tak acuh apabila Edward memanggil dan memberi tumpangan dengan menunggu supir pribadi keluarga Golden.

Yang didahulukan Joshua adalah pulang dan lekas melihat Lovely baik-baik saja. Dari kemarin—sejak menelepon Lovely, lalu diputuskan sepihak—firasat pria itu tak enak. Ada-ada saja pemikiran buruk mengenai Bianca bersama Lovely.

Dia lupa bahkan sempat melupakan bahwa Bianca tak suka keberadaan anak kecil di sekelilingnya.

Edward berdiri di sebelah Joshua sembari mengerem troli. Dia melirik Joshua gelisah. Pria dua anak itu menggeleng prihatin jika kebenaran menyetujui pemikiran Joshua. Bianca menyakiti Lovely.

Taksi muncul saat memarkirkan mobilnya. Hal itu tak lepas dari tatap Joshua. Dia segera meluncur dan memasuki taksi setelah penumpang di dalamnya keluar. Supir taksi pun kaget, karena mendapat pelanggan baru.

"Mau ke mana, Pak?" tanya supir itu usai mengeluarkan ransel dari bagasi.

"Ke Apartemen Goldenview, Pak. Cepat, ya."

Lekas duduk di belakang kemudi, supir itu menancap gas kala menutup pintu. Memang sedari tadi, kunci mobil masih berdiam diri di lubangnya berarti mobil itu tetap hidup. Jadi, tak perlu pusing-pusing bila dapat protes dari penumpang meminta untuk cepat.

Edward bersiul justru kepalang sedih. Namun, wajahnya tersirat tatkala melihat Gladys turun dari mobil. Langsung saja, Edward memeluknya.

"I miss you."

"Miss you too."

"Joshua pergi tadi." Edward menjawab saat mata itu bertanya di mana asistennya. "Dia cemas dengan anak angkatnya."

"Anak angkat dari Korea itu?" tanya Gladys sembari membantu Edward mengangkat koper di troli. "Kenapa bisa jadi anak angkat kalian?"

Edward menggaruk tengkuk. "Ceritanya panjang. Yang penting, Joshua bahagia kalau ada anak kecil di sekitarnya. Dia akan memberi kelimpahan kasih sayang yang tidak Joshua dapat saat kecil dulu. Orangtuanya sibuk kerja berlebihan."

"Itulah mengapa, dia menyukai anak kecil?"

"Iya, tapi kebalikan dari Bianca tidak menyukai anak kecil."

"Tentu saja aku tahu kalau dia tidak suka anak kecil. Mungkin dia benci atau punya trauma."

Edward mengelus pipi Gladys, lembut. "Tidak, Dear. Bianca tidak trauma atau benci. Dia tidak mungkin mengikis hatinya dengan kebencian. Dia tidak mau itu terjadi. Selagi bisa, dia membuat hati itu penuh ketidaksukaan. Sama dengan dia suka Joshua, tapi tidak suka dengan kalimat Joshua."

Gladys menunggu ketika pintu belakang mobil dibuka Edward. Mereka masuk sambil memeluk satu sama lain. Melepas kerinduan. Dapat waktu berdua, bertubi-tubi Edward mencium pelipis dan bibir Gladys tanpa peduli supir sedang menyetir di depan.

"Terus?"

"Dari dulu Bianca terkesan kesepian. Orangtuanya mendominasi kehidupan dua anak kecil telah dibuang keluarga. Di situ, Bianca merasa iri. Anak kecil itu mengambil perhatian kedua orangtuanya. Waktu itu, usia Bianca memasuki masa SMA. Perhatian sering didapat berpindah tempat kepada kedua batita berusia satu tahun. Anak perempuan dan anak laki-laki."

"Bukankah wanita itu senang punya adik?"

Kelihatan sekali Gladys enggan menyebut nama Bianca. Berganti haluan dengan menyebut nama dengan sebutan "wanita itu". Gladys seiring waktu menemukan setitik prihatin, meski ketidaksukaan masih dominan.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang