[extra]

8K 463 28
                                    

Acara di salah satu gedung hotel berbintang lima. Di mana dua keluarga terhebat dalam perbisnisan bersatu. Elbinso dan Golden.

Acara itu sangat gemerlap, penuh sorak-sorai ramai. Dentingan gelas menunjukkan dukungan. Ramah-tamah menyapa para undangan. Serta celotehan cucu-cucu Elbinso dan Golden.

"Lihat. Anakku ganteng, bukan?"

Pria sebelahnya berdecak. "Anakku lebih tampan dari anakmu, Joshua."

"Tapi, dia punya kewibawaan dan bijaksana dari ayahnya." Joshua merapikan jas membalut setelan putihnya.

"Bijaksana? Wibawa? Maksudmu ayahmu bukan kamu, kan?" Sesuai dugaan, Edward membidik langsung hati Joshua.

"Ternyata sulit sekali mengajak bertengkar denganmu." Joshua mengembuskan napas, kekalahan.

"Bedakan aku dengan teman sejawatmu yang kini menghilang. Agnes. Apa kabarnya?" tanya Edward.

Joshua tak menjawab, hanya mengedikkan bahu.

Mereka berdua terdiam sambil menyesap air putih yang disodorkan istri masing-masing. Ancaman paling mengerikan saat Bianca dan Gladys meminta mereka menunda untuk meminum wine. Alasannya ada anak-anak.

Sementara Bianca dan Gladys senang bercanda tawa. Ditemani Lovely yang lemah lembut dan Glory tampak penasaran. Ada Airy mulai lancar berbicara. Di dua stroller berbeda, kedua bayi laki-laki berusia lima dan tujuh bulan sedang tertidur lelap.

Lovely merasakan sesuatu yang bikin dia gelisah. Tanpa meminta izin pada ibunya, Lovely beranjak mencari toilet. Gerakan Lovely tak lepas dari Glory yang kebingungan.

"Aunt Bianca." Gadis kecil itu memanggil. Bianca menengok kepadanya. "Lovely pergi entah ke mana," tunjuknya mengarah ke mana tapak kaki Lovely melangkah.

Glory tak seperti dulu, selalu mendatangkan masalah dengan menantang Bianca. Dia mulai menghargai keberadaan Bianca di sisi Joshua.

Bianca menoleh ke mana arah telunjuk Glory, punggung Lovely masih terlihat di netranya. Tak ingin kehilangan jejak, Bianca undur diri sementara. Bianca pun mengejar Lovely.

***

"Toilet? Mana toiletnya?"

Lovely terus-terusan mengedar ke sekeliling, mengitari koridor remang-remang. Suara-suara dari acara terdengar samar-samar, tandanya Lovely melangkah terlalu jauh.

"Itu dia!" seru Lovely akhirnya bernapas lega. Cepat-cepat Lovely memasuki toilet tanpa mengetahui Bianca yang menyusul di belakang.

Tidak ketahui di mana Lovely berada, Bianca melewati toilet dan masuk lebih dalam ke koridor paling gelap. Meski bukan seorang penakut, karena banyaknya pegawai hotel dan tamu-tamu hotel lainnya sedang berseliweran di mana-mana.

Usai mengeluarkan rasa tak enak, Lovely pun keluar dari toilet. Hingga tak sadar bahwa dia menabrak, karena kepala tertunduk dalam-dalam untuk mencari noda-noda kotor di gaunnya.

"Maaf, Nak. Kamu baik-baik saja?" tanya wanita tak sengaja atau disengajakan menabrak Lovely.

Lovely mendongak. "Iya, tidak apa-apa."

Mulut wanita dan matanya membulat. Bola matanya menggenang. Timbullah setetes air mata membasahi pipi.

"Ji Su? Ji Su, anakku?"

Lovely menelengkan kepala tak mengerti. Diteliti baik-baik, wajah wanita kental dengan asianya. Matanya sipit. Pipinya tirus dan berkulit putih susu. Jarinya lentik yang sedang menutup mulut. Ada cincin cantik tersemat di jari manis.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang