[nine]

4.1K 322 5
                                    

Gladys mengajak Bianca untuk belajar membersihkan hajat Airy. Dengan perlengkapan super lengkap; ada pakaian bersih, popok, bedak, minyak telon, dan lap basah serta baskom berisi air hangat.

Mengurai lipatan karpet plastik bergambar lucu, Gladys juga membentangkan kain siap pakai. Menuntun Bianca masih termangu anti bicara. Wanita dua anak itu hanya menggeleng geli, karena gelagat Bianca tak biasa.

"Baringkan Airy di sini." Gladys menepuk kain bersih dilapis karpet plastik nan lembut, cocok untuk balita. "Buka semua bajunya, lalu pakai sarung tangan berbentuk handuk ini supaya kamu bisa mengelap badannya dengan air hangat," perintahnya langsung diterima Bianca.

Balita itu sepertinya senang ada dua wanita sedang membantu membersihkan tumpahan hajat. Airy tertawa senang sembari memainkan kaki-kakinya yang telanjang.

Gugup, Bianca mematuhi semua perintah Gladys. Demi menyembuhkan ketidaksukaan terhadap anak kecil, otomatis Bianca harus siap melakukan itu.

"Angkat pantatnya dan bersihkan kotorannya. Kalau bisa, pakai tisu basah supaya pantatnya tidak kena sasaran bakteri. Terus, basuh badan Airy dengan air hangat pakai handuk berbentuk sarung tangan tadi. Setelah itu, balur minyak telon, bedak bayi dan pakai baju bersih."

Bianca mengangguk-angguk.

Skeptis, Bianca membersihkan kotoran itu dengan tisu basah. Bau tak sedap bercampur harumnya tisu basah membuat hidung Bianca tak enak. Aromanya seakan tumpah ruah. Lalu, membasuh badan Airy dengan air hangat. Tuntunan Gladys membuat Bianca sepertinya terlarut. Keenakan.

"Airy sudah harum," puji Gladys lekas membersihkan perlengkapan tadi dibantu asistennya. Ibu Airy tersenyum lugas. "Airy bareng Auntie Bianca dulu, ya. Mommy membereskan ini dahulu."

Sangat mengerti kode ibunya, Airy menganggut.

Otomatis Bianca mesti menjaga balita itu. Namun, saat mengintip Gladys tampak terhenti di ambang pintu, Bianca menemukan secercah kebahagiaan dari mata anak angkatnya. Tak mau cuek lagi, Bianca melambai.

"Lovely bisa bantu emmm—Mommy?"

Sontak, Lovely mengangguk dan menerjang Bianca, lalu duduk di sampingnya. "Aku bisa bantu apa, Mom?"

Walaupun Bianca nyaris merasakan copotnya jantung, tetapi dia berhasil menangani dengan baik. Saat itu pula, dia bisa melihat begitu intens anak kecil berusia tujuh tahun. Anak manis memiliki gestur wajah khas Jepang atau Korea.

"Bantu aku menemani Airy."

"Oke, Mom!"

***

"Bagaimana?" tanya Joshua mencekal pergelangan tangan Gladys.

Edward menepis tangan Joshua nangkring di pergelangan istrinya. "Jangan sentuh istriku. Beraninya menyentuhnya," ucap Edward mengerling tajam.

"Jahatnya jadi manusia," gerutu Joshua mengusap tangannya.

"Justru kamu seenaknya menyentuh Gladys, jadi aku pantas menjahati orang hampir mengambil istriku."

Joshua cemberut. Dia malah menundukkan kepala saat sekilas barusan ketajaman mata dari Gladys bertemu. Dia jadi merasa bersalah apalagi niat terdahulu telah meregangkan persahabatan di keluarga ini.

Istri Edward Golden berlalu, membawa perlengkapan Airy ke lantai bawah.

Dua pria itu kembali melongok ke kamar bermain Airy dan Glory. Lovely bersenda gurau dengan Airy tampak tergelak bahagia. Lalu, beralih ke Bianca tersenyum tipis. Dua pria itu saling pandang, mengembuskan napas seakan lega akan hal ini.

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang