[eight]

4.1K 335 4
                                    

Kekerasan terjadi di rumah tangga Joshua. Tempat perkara berada di kediaman Golden. Kejadian itu terlihat jelas di mata Edward Golden. Tampak sedang menyeruput kopi buatan sang istri, sembari mengikik geli dalam hati.

"Aww! Bianca! Astaga!" pekik Joshua tak mengelak dari terjaan tangan berlentik dan berkuku tajam milik Bianca di rambutnya. "Lepas, Bianca! Aduuuh, sakiiit! Eeed!"

Namanya disebut hanya termangu, mengangguk. Namun, seakan memberi harapan palsu. Soalnya Edward sedang duduk berpangku tangan. Membalas berupa senyuman manis.

"Sial kamu, Ed!" teriak Joshua mulai tak tahan terhadap kuku-kuku tajam Bianca. "Kenapa tidak menolongku?! Dia nyaris meremukkanku!"

Edward mengangkat bahu. "Itu urusanmu. Dia begini 'kan, karena ulahmu."

"Kejaaam, sialan!"

Joshua berhasil menepis kedua tangan Bianca, langsung melengos kabur. Pria itu terbang, melompat sofa dan meja. Mendarat mulus di samping Edward. Napasnya terputus-putus seolah nyawanya telah tercabut.

Pria itu berbalik dengan muka marah. Dia murka.

"Kenapa kamu menjambakku?!" jerit Joshua. "Lihat! Rambutku rontok!" lanjutnya memerlihatkan helai-helai rambut yang berguguran.

Sama dengan suami, napas Bianca terengah. Menelan saliva untuk mengatasi suara, lalu memejamkan mata. Sekadar menunjukkan bahwa dia kuat dan tak terpengaruh kalimat-kalimat Joshua selanjutnya.

"Itu gara-gara kamu!" katanya setelah membuka mata. "Kamu lari ke sini di mana aku lapar selama dua hari. Keterlaluan sekali!"

Edward memekik tak percaya, menoleh ke arah Joshua. "Kamu meninggalkan rumah? Oh, God. Kamu sungguh menyedihkan sebagai suami, brother."

Tak suka disudutkan, Joshua mengatakan sebenarnya. "Dia menyakiti Lovely."

"Hanya itu?"

"Dia menyuruh Lovely berbelanja. Dia juga suruh Lovely memasak."

Kerutan di kening Edward membuatnya bingung. Mengelus dagu, Edward memertanyakan, "sudah berbicara dengan Lovely tentang ini? Mungkin kamu salah paham."

"Aku tidak salah paham, Ed! Dia!" Joshua menunjuk Bianca yang memberi pelototan. "Dia bikin anakku jadi pembantu!"

"No!" bantah Bianca. "Aku tidur di kamar pembantu. Dia sendirilah yang memasak. Bahkan dia juga menyuruhku membantunya. Soal belanja, dia butuh izin dariku."

"Your lie!"

"Aku tidak berbohong, Joshua!"

"I don't believe." Joshua menggeleng kecewa.

Bianca muram. Tak tahu bagaimana meyakinkan Joshua tentang peristiwa-peristiwa kemarin.

"Terserah kamu memercayainya atau tidak, aku tidak peduli. Aku—"

"Mommy!"

Ada suara lain telah memotong kalimat Bianca. Seorang anak perempuan berdiri di pertengahan tangga, kemudian melompat lekas berlari melangkah menuju Bianca. Anak perempuan itu memeluk pinggang ibu angkatnya.

"Mommy, aku percaya padamu. Mommy tidak melakukan itu. Ini inisiatifku sendiri, Uncle Edward," ujar Lovely mengatakan kejujuran.

Paham, Edward mendekat Lovely. Namun, jaga jarak dari Bianca beberapa meter. "Yang memasak itu Lovely?" tanyanya. Lovely mengangguk sebagai jawaban. "Yang berbelanja juga Lovely?" Lovely kembali mengangguk. "Yang suruh Mom Bianca membantu Lovely itu...."

"Semuanya atas permintaanku, Uncle. Bukan salah Mommy," ucap Lovely dengan tampang ingin menangis.

"Cup, cup, cup, Sayang. Aku tidak berniat membuatmu menangis." Edward menyeka tetes-tetes bening di pelupuk Lovely. "Jadi, ini bukan salah Bianca, Joshua. Lebih percaya mana? Penglihatanmu atau ucapan dari bibir Lovely?"

Golden Love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang