BAB 6

5.8K 550 49
                                    

.
.

Bersama teman-teman bodohku yang sudah berteman selama tujuh hari. Walaupun baru tujuh hari aku merasa seperti sudah tujuh tahun mengenal mereka.

Ditinggal Mama dan Papa ke Medan itu membuat hidupku hampa. Nggak sih biasa aja cuman akting.

Iya, kedua orangtuaku sedang kembali ke Medan karena perusahaan di sana sedang membutuhkan Papa, jadi dengan berat hati aku membiarkan mereka berdua pergi meninggalkanku sendiri di sini.

Tara dan Ucup berada di rumahku, sudah dua hari mereka tinggal di rumah, padahal aku hanya bercanda mengajak mereka untuk menemaniku di rumah, tetapi ternyata mereka menganggap ucapanku adalah keseriusan.

Aturan mah jangan serius-serius yaa, takut nya udah serius nanti malah di mainin kan sakit.

Udeh kaga usah rame.

Bercanda doang.

"Dya, Bibi lo nggak masak." ucap Tara.

"Itu pernyataan apa pertanyaan?" tanyaku.

"Ck, gue ngasih tahu lo."

Aku mengangguk. "Emang gue suruh jangan masak."

"Dih si anjir. Kita mau makan apaan kalo dia nggak masak?"

"Makan hati aku aja nih." jawabku.

"Najis gue mah najis." gumamnya lalu meninggalkanku di ruang TV sendirian.

"NANTI MAKAN DI LUAR AJA! BANGUNIN UCUP!" Teriakku.

"Y" jawabnya. Ih sialan.

Siang ini aku akan mengajak mereka makan di luar, ini juga karena suruhan Mama dan Papa, kalau tidak juga aku tidak akan mau mengeluarkan uangku hanya untuk mereka.

"Mana Dina?" Aku menoleh keasal suara. Ucup.

"Dina?" Beoku.

Dia mengangguk. "Kata Tara ada Dina di sini."

Aku menggeleng. "Sejak kapan dia tahu rumah gue?"

"Sialan Tara sialan emang." umpatnya sendiri.

"Kenapa sih?"

Dia menggeleng. "Noh idiot bangunin gue segala pake berisikin kalo Dina lagi di sini terus pake tangtop doang."

Aku terbahak. "Menjijikan ih, lo mau sama Dina?"

Ucup menggeleng lagi. "Kaga lah! Kan cuma penasaran aja." jawabnya.

Bodo amat. Kan sama aja.

Ucup langsung meninggalkanku berlari menaikki anak tangga, aku yakin dia akan menyerbu Tara.

Aku berjalan juga ke atas menaikki tangga ke arah kamarku, ingin melihat kedua anak landak itu sedang apa di kamarku.

"Nggak ada sialan!"

Tara terbahak. "Iya iya ampun disuruh sama Adya bangunin lo."

"Tapi nggak usah bilang ada Dina pake tangtop juga." aku melihat Ucup masih mencapit kepala Tara dengan tangannya.

Aku masuk ke dalam kamar "Kalo mau bunuh-bunuhan jangan di kamar gue dong!"

"Bacot!" jawab mereka bersama. Wahh kurang di ajar sekali mereka.

Dua anak landak itu sedang sibuk dengan kekuatannya mereka masing-masing di ranjangku. Dan aku dengan kekuatan jurus Avatar berlari ke ranjang lalu menaikki tubuh mereka.

"Eh pea berat!"

"Si homo emang nih ah berat bego!"

Aku hanya terbahak di atas sini mendengar umpat-umpatan mereka untukku.

KARENALURITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang